Kusesap secangkir kopi seorang diri, karena di halaman mendung mengantri,Â
ingin kumiliki setiap kata-kata basah yang pasrah menimpa tanah sore ini,Â
tapi hujan berkata itu semua properti pribadi milik Bumi, jelas tak mampu kubeliÂ
tak hilang akal, kusiapkan seperangkat kediaman sebab dia menolak dibuang ke kamar mandi.Â
Kubuka lembar buku sejarah, membaca bagian bagaimana cara membentuk negara,Â
satukan mulut besar dengan kebohongan yang diulang-ulang sepanjang hariÂ
maka terciptalah ribuan mesin pelaksana perintah apa sajaÂ
dan kulihat tubuhku, daging berusus hitam karena kopi menolak untuk dicerna.Â
Aku patuh kepada segala perintahmu, dari seseorang yang semenjak pagi hingga sore selalu bertanya.Â
Aku tidak memiliki wewenang atas diri sendiri, tak sanggup melakukan perlawanan.Â
Engkau tirani, dan aku adalah rakyat yang diperintah setiap hari.Â