Teknologi yang ada di film ini juga murni imajinasi Stanley Kubrick sendiri dimana beliau membayangkan bagaimana meningkat pesatnya teknologi di tahun 2000. Seperti telepon yang bisa menampilkan wajah orang yang kita telepon secara langsung, pesawat ruang angkasa nan futuristis, serta bahkan tablet ala Apple dan Samsung (yang sayangnya tidak diperlihatkan digunakan secara touchscreen). Membuat kita mungkin manusia 2000-an memprotes sana sini karena tidak sesuai dengan kenyataan, namun untuk jamannya sangat imajinatif.
Jangan lupakan dengan berbagai musik-musik megah yang mengiringi jalannya film seperti “The Blue Danube” karya Johann Strauss, “Also sprach Zarathustra” karya Richard Strauss, dan “Requiem for Soprano” karya Gyorgy Ligeti yang membuat aura kemegahan film ini seolah-olah cocok dengan keadaan ruang angkasa.
Film ini saya rekomendasikan untuk para pecinta film-film yang “tidak biasa”. “2001: A Space Odyssey” punya kesempurnaan dari segi sinematografi dan special-effect hingga sanggup memanjakan mata Anda. Jika suka dengan tontonan popular bergenre fiksi-ilmiah, percayalah film ini bukan film tipe yang Anda suka. Persiapkan mata karena dipastikan Anda (yang tidak biasa) bisa mengantuk karena alur cerita yang lambat dan jarangnya dialog namun Anda tak akan berkedip saat menonton segmen terakhir. Jika film ini justru menimbulkan pertanyaan yang lebih banyak, itu normal.
Nilai: 8.5/10. Sangat direkomendasikan.