Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Tepi Barat Kisah Perjalanan Sang Mata-mata

9 November 2024   09:45 Diperbarui: 9 November 2024   10:04 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   "Aku baru saja datang dari Tunisia untuk suatu urusan bisnis. Ketika aku tengah berada di sana, aku sempat mendengar sebuah kabar burung yang belum dapat dipastikan kebenarannya, bahwa akan ada sebuah kejutan yang tengah dipersiapkan untuk pemerintah Israel. Mengingat beberapa hari belakangan ini, berbagai faksi atau kelompok perlawanan sedang melakukan pertemuan di Tunisia. Aku sangat yakin jika dinas intelijen Israel pasti akan sangat tertarik untuk mengetahui jalannya pertemuan tersebut."

   Aku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Kata-kata yang baru saja ia sampaikan kepadaku telah membuat pikiranku menjadi terasa berat untuk mencernanya. Dengan raut wajah bingung aku berkata kepadanya, "Apakah ada sebuah permainan yang akan dimainkan oleh kelompok perlawanan yang saat ini sedang melakukan pertemuan di Tunisia?"

   "Aku tidak dapat memastikannya," jawabnya singkat dengan seulas senyum mengembang di wajahnya. "Semua itu hanya kabar burung yang aku dengar dan sejauh ini belum ada pihak yang bisa mengonfirmasinya. Tetapi aku meyakini, jika kabar itu mengandung sebuah kebenaran."

   "Apakah engkau yakin dengan semua ini? Ataukah ini hanya sebuah candaan belaka yang dilontarkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab?" tanyaku dengan jantung yang mulai berdegub kencang karena sensitifnya informasi yang baru saja aku dengar.

   "Aku yakin dengan apa yang aku katakan ini." Ia kembali menyesap kopinya dan memandangku dengan tersenyum. Sedangkan aku hanya bisa duduk diam sambil mencerna apa yang baru saja ia sampaikan. Ini sangat aneh dan janggal, seperti ada seseorang yang sedang memainkan permainan tipu muslihat. Aku tidak memiliki izin untuk melakukan pengecekan lebih jauh atas desas-desus yang berkembang untuk mendapatkan konfirmasi.

   Didorong oleh rasa patriotisme untuk membela negara Israel dan menjadi seorang pahlawan, aku akhirnya mengambil sebuah inisiatif yang berbahaya karena tindakan ini tidak mendapat persetujuan dari kepala operas dan aku juga tidak melaporkannya. Jika aku sampai salah dalam mengambil keputusan ini, maka karirku di Mossad akan berakhir saat itu juga. Aku menarik napas dalam-dalam untuk meredakan ketegangan yang aku rasakan. Kemudian aku mengajukan sebuah pertanyaan berani yang bisa membongkar identitasku yang sebenarnya. "Apakah kamu bisa mencari informasi untuk memastikan jika desas-desus yang kamu dengar itu adalah sebuah kebenaran?"

   "Kelihatannya kamu mulai tertarik dengan apa yang baru saja aku sampaikan?" jawabnya dengan suara pelan seolah ia bisa membaca raut wajahku yang nampak kebingungan.

   "Aku hanya ingin memastikan saja. Karena jika itu sampai terjadi, maka akan terjadi kehebohan yang luar biasa," ujarku kepadanya.

   "Aku tidak bisa berjanji kepadamu," ujarnya. "Bisakah kamu menunggu sebentar di sini? Karena aku akan bertanya kepada seseorang dan kita akan lihat apa yang aku dapatkan."

   Aku hanya mengangguk sekali dan ia segera bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan dengan santai menuju ke pintu keluar restoran. Aku masih tidak percaya dengan semua kejadian ini. Apakah semua ini merupakan kebetulan semata atau jangan-jangan identitasku sudah terbongkar? Jika itu yang terjadi maka aku harus bersiap dengan segala kemungkinan terburuk. Dalam hati kecilku, aku meyakini jika semua ini adalah kebetulan semata dan pria arab yang notabena adalah seorang pebisnis hanya ingin berbagi informasi mengenai berbagai hal untuk diperbincangkan. Aku memanggil seorang pelayan dan memesan secangkir kopi hitam pekat untuk meredakan ketegangan yang selama ini aku rasakan.

   Aku hanya duduk berdiam sambil menganalisa keadaan sekitar untuk mencari tahu apakah ada orang yang tengah mengawasiku. Sejauh yang dapat aku pindai, tidak ada orang yang sikapnya mencurigakan semua berjalan seperti apa adanya. Tidak berapa lama pintu restoran kembali terbuka dan terlihat seorang pria arab kembali berjalan masuk dengan penuh percaya diri menuju ke meja tempat ia duduk sebelumnya. Setelah ia duduk kembali di kursinya dan meminum kopi hitam yang pastinya sudah dingin, ia tersenyum bahagia kepadaku dan berkata dengan suara penuh kemenangan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun