Sore itu aku sedang duduk di salah satu restoran hotel sambil menyantap hidangan khas Siprus yang begitu menggugah selera. Tidak berapa lama datanglah seorang pria arab dengan berpakain rapi serta membawa sebuah tas kulit yang terlihat mewah keluaran dari salah satu rumah mode yang ada di Italia. Pria itu duduk di Seberang mejaku dengan menyunggingkan senyum menawan yang mampu meluluhkan hati para wanita yang berada di dekatnya. Aku pun balas tersenyum kepadanya dan berkata, "Apakah kamu ingin memesan makanan seperti yang sedang aku makan saat ini?"
  "Tidak, terima kasih banyak," jawabnya dengan bahasa Inggris yang fasih. "Aku akan memesan secangkir kopi hitam dan sepiring bacon," imbuhnya.
  "Baiklah," kataku. Aku segera memanggil seorang pelayan dan menyampaikan pesanan tamuku.
  Tidak berapa lama pesanan berupa secangkir kopi hitam dan sepiring bacon tiba di meja kami. Pelayan tersebut segera menghidangkan di atas meja lalu berjalan pergi meninggalkan kami sebagai seorang pebisnis yang sedang bertemu sambil menikmati hidangan.
  Tamuku segera meminum kopinya yang disusul dengan memakan sepotong bacon. Aku hanya duduk diam sambil menikmati minumanku serta memandang keadaan sekitar yang saat itu ramai dengan lalu-lalang para wisatawan dari berbagai negara. Setelah ia menikmati hidangannya, barulah tamuku mulai berbicara kepadaku dengan penuh semangat seakan kami ini adalah kawan lama yang telah lama berpisah dan sekarang berhasil dipertemukan kembali.
  "Bagaimana kabar kamu hari ini? Sepertinya bisnis sedang berjalan sangat baik akhir-akhir ini."
  "Seperti yang bisa kamu lihat kawan. Aku sedang dalam kondisi yang baik dan penuh semangat dalam menjalani hari ini," jawabku sambil meneguk minuman seolah menunjukkan rasa kemenangan. "Kau benar, bisnis sedang berjalan baik saat ini dan semoga saja akan terus berjalan seperti ini. Dengan kondisi ekonomi seperti sekarang, uang akan dengan mudah dihasilkan dan itu bisa membiayai gaya hidup kita yang selalu menginginkan kemewahan."
  "Itu benar sekali, apa yang baru saja kamu katakan." Temanku kembali memasukkan bacon ke dalam mulutnya dan ia begitu menikmatinya.
  "Kalau boleh tahu, apa yang membawamu datang ke Siprus?" tanyaku dengan rasa ingin tahu.
  "Aku datang ke Siprus karena ada urusan bisnis yang harus aku selesaikan. Mengingat besarnya keuntungan yang akan aku peroleh jika semuanya berjalan tanpa ada hambatan." Ia mengambil cangkir kopi yang ada di atas meja, lalu dengan gaya bersulang ia meminum kopinya.
  "Aku sangat bangga kepadamu kawan," kataku dengan tulus. Baru saja aku menyampaikan pujian untuknya, tiba-tiba ia menyampaikan sebuah informasi penting yang hampir saja membuat aku terjengkang ke belakang karena sensitifnya informasi yang ia sampaikan.