Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Akhir Tragis Sang Don

18 Desember 2023   11:30 Diperbarui: 19 Desember 2023   08:23 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hamparan tanah kering berdebu dengan berlatar guratan gunung berbatu yang ditingkahi dengan waran hijau tak beraturan seakan berbanding terbalik dengan berdirinya sebuah mansion mewah dua lantai dengan pilar-pilar penyangga berwarna putih mengkilat khas bangunan abad pertengahan. 

Di halaman depan terdapat pagar hitam dari besi tempa dengan pos penjaga berada tepat di sampingnya, ditambah dengan sebuah air mancur berada di tengahnya. 

Sedangkan di halaman belakang hamparan rumput berwarna hijau yang terpotong rapi bersanding dengan sebuah kolam renang dengan air sebiru kristal. 

Mansion mewah yang berada di pedalaman Sinaloa tersebut dimiliki oleh salah satu gembong narkoba paling berbahaya saat ini. Orang-orang hanya mengenal dirinya sebagai 'Sang Don'.

Pagi itu udara terasa hangat dengan sinar matahari bersinar terang khas daerah gurun. Sang Don terlihat tengah duduk bersantai dengan ditemani istrinya di beranda belakang mansion mewahnya sambil menikmati sarapan paginya, dengan beberapa pengawal pribadinya yang berdiri sambil mengawasi keadaan sekitarnya. 

Saat ini Sang Don telah menjadi seorang raja kokaina karena telah berhasil mengendalikan hampir sembilan puluh persen pasokan kokaina ke seluruh dunia. 

Ada juga orang yang telah berhasil menyatukan beberapa kartel pengedar kokaina yang sebelumnya saling berseteru dan saling membunuh menjadi sebuah kartel tunggal yang diberi nama "Kartel Sinaloa".

Dengan reputasinya yang begitu mentereng karena mengendalikan jalur perdagangan kokaina dunia, maka tidak heran banyak badan penegak hukum, terutama dari Amerika Serikat yang ingin bisa menangkapnya serta membawanya ke Amerika. 

Namun, semua usaha itu selalu mengalami kegagalan karena kelihaian Sang Don bertahan hidup dalam dunia yang tidak mengenal hukum dan kemanusiaan. 

Sang Don telah menjelma menjadi seorang raja di dunia bawah tanah yang penuh dengan kekerasan, pertumpahan darah, serta tidak berlakunya hukum dan norma-norma sosial.

***

Pada saat yang sama, di luar mansion mewah Sang Don dengan pakaian kamuflase serta terlindung di balik rimbunan pohon yang membuatnya benar-benar menyatu dengan keadaan alam di sekitarnya. 

Ada dua orang yang tengah mengamati dengan seksama bagian belakang mansion mewah tempat Sang Don sedang menikmati sarapan paginya menggunakan teropong binokular. Kedua orang itu telah berada di tempat persembunyiannya selama dua hari untuk memantau setiap pergerakan Sang Don. 

Kedua orang itu hanya memiliki satu tujuan untuk melenyapkan Sang Don selamanya, sehingga akan memicu terjadinya kekacauan serta perebutan kekuasaan di dalam kartel Sinaloa.

   "Kau lihat, bedebah itu sedang menikmati sarapan paginya untuk yang terakhir kalinya," ujar Danilo kepada rekannya yang berada di sampingnya.

   "Tutup mulutmu dan terus awasi bedebah itu. Kita tidak boleh gagal dalam misi kali ini," balas Xavier yang tengah membidik menggunakan senapan runduk.

   "Lihat! Bedebah itu telah selesai menikmati hidangan makan paginya. Inilah saatnya untuk mengakhiri semua permainan ini," balas Danilo dengan begitu antusias.

   "Pastikan ada berapa penjaga yang tengah berpatroli di bagian belakang mansion. Jangan sampai posisi kita diketahui oleh para penjaga. Jika itu yang terjadi tamatlah riwayat kita."

***

Setelah menikmati hidangan makan paginya, Sang Dong mulai berjalan seorang diri menuju ke halaman rumput yang terpotong rapi dengan dibayangi beberapa pengawal pribadinya. Sang Don begitu menikmati keindahan alam sekitar yang terlihat begitu kontras dengan mansion mewah miliknya. 

Namun, Sang Don tidak menyadari, jika di balik rimbuhan pohon yang berada di bagian belakang mansion mewahnya, seorang penembak jitu tengah membidikkan senapanya tepat ke kepala Sang Don.

Angin sepoi-sepoi gurun bertiup lembut menerpa wajah Sang Don yang terlihat begitu tenang dengan setelan jas buatan rumah mode Armani. Sang Don berjalan perlahan mengitari halaman rumput dan menuju ke sebuah kolam renang dengan air sebening kristal. 

Sang Don begitu menikmati kemewahan serta kekuasaan yang tak terbatas dalam mengendalikan serta memasarkan kokaina ke seluruh dunia, dan terutama ke daratan Amerika yang berada tepat di seberang perbatasan.

***

Dalam ketegangan yang semakin memuncak, Xavier memusatkan pandanganya melalui teleskop jarak jauh yang terpasang di atas senapan runduknya. Dari teleskop jarak jauhnya terlihat Sang Don tengah berjalan santai menuju ke samping kolam renang, dan ini adalah saat yang tepat untuk menghabisi Sang Don selamanya. 

Inilah kesempatan terbaik yang pernah dimiliki untuk melancarkan aksi gila, yakni membunuh sang raja kokaina dengan nyawa mereka berdua sebagai taruhannya jika sampai gagal.

Bulir-bulir keringat ketegangan mulai membasahi kening Xavier. Ketegangan yang semakin lama dirasakannya membuat napasnya mulai tidak beraturan. 

Xavier terus memfokuskan pandangannya ke target yang ada di bawah sambil melakukan perhitungan cermat sebelum menekan pelatuk senapan runduknya. Ketika momen yang ditunggu akhirnya tiba, terdengar suara rekannya berkata dengan suara pelan:

   "Inilah saatnya dan cepat lakukan."

***

Kemudian terdengar suara dor yang memecah keheningan daerah pedalaman Sinaloa tempat mansion mewah Sang Don berada. Dalam hitungan detik sebagian kepala Sang Don telah lenyap dihantam peluru subsonik berkecepatan tinggi, kemudian tubuh yang sudah tidak bernyawa itu jatuh ke dalam air sebening kristal. 

Saat itu juga terjadi kepanikan dari para pengawal pribadi Sang Don yang tidak tahu harus berbuat apa dengan situasi yang baru saja terjadi.

Sementara para penjaga yang berada di bagian luar mansion segera menembakkan senapan otomatis mereka ke segala arah tanpa mengetahui dengan pasti dari mana arah datangnya tembakan yang mengakhiri nyawa Sang Don untuk selamanya.

Terdengar jeritan memilukan dari istri Sang Don yang seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja menimpa suaminya. Istri Sang Don segera berlari menuju ke kolam renang untuk melihat jasad suaminya yang sudah tidak bernyawa. 

Ketika istri Sang Don tiba di samping kolam renang, sebuah pemandangan mengerikan tersaji di hadapannya. Tubuh suaminya tengah mengambang di atas air seakan tubuh itu sudah tidak memiliki berat lagi. 

Air kolam yang semula sebening kristal kini telah berubah warna menjadi semerah darah, dan yang membuat istri Sang Don jatuh tak sadarkan diri adalah saat melihat sebagian kepala suaminya telah hilang dan tak berbentuk lagi.

Kejadian yang baru saja terjadi telah menyebabkan kepanikan di mansion mewah milik Sang Dong. Dalam kekacauan yang tengah terjadi di bawah sana, kedua orang itu melihat hasil kerja mereka dalam melaksanakan misi untuk mengakhiri hidup Sang Don. Dan misi itu telah berhasil dilaksanakan. 

Namun, bahaya yang sesungguhnya baru saja dimulai ketika kedua orang itu harus meninggalkan tempat persembunyian mereka dan pergi menjauh dari mansion mewah milik Sang Don. 

Karena bala bantuan tidak akan tiba dalam misi kali ini, maka kedua orang itu harus bisa menjaga diri mereka masing-masing, serta berusaha sesegera mungkin keluar dari pedalaman antah berantah Sinaloa sebelum para pemburu berhasil menemukan mereka, serta nasib mengerikan yang pasti akan mereka terima.

"Saatnya kita segera pergi dari sini sebelum salah satu penjaga mansion mengetahui tempat persembunyian kita," ujar Danilo dengan senyum kemenangan.

   "Aku akan menyimpan senapan ini terlebih dahulu dan kau tetap pantau keadaan di bawah," balas Xavier yang segera mengemasi senapan runduknya sebelum pergi meninggalkan tempat persembunyian.

   "Para penjaga mansin mewah Sang Don yang berada di luar pagar masih terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi," kata Danilo menerangkan keadaan yang terjadi di bawah. "Dan salah seorang pengawal prIbadi Sang Don sedang membopong istri Sang Don yang tak sadarkan diri masuk ke dalam rumah."

   "Itu bagus. Dan sekarang segera kemasi peralatanmu, lalu kita pergi meninggalkan tempat ini dengan perlahan,"

~Bersambung~

Achmad Fahad menyukai dunia tulis-menulis dan memiliki hobi membaca berbagai buku terutama novel, buku ilmu pengetahuan, buku politik, sejarah dan budaya. Saat ini sedang berusaha menghasilkan beberapa karya berupa cerpen, puisi, artikel opini agar dapat dibaca oleh masyarakat luas, serta dapat menambah wawasan serta literasi bagi generasi muda.

#cerpenbebas, pulpen, dan sayembarapulpenx.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun