Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pernikahan nan Syahdu

15 Agustus 2023   08:47 Diperbarui: 15 Agustus 2023   22:19 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Ketika tengah duduk di kursi pesawat yang sedang terbang, aku melihat keluar melalui jendela pesawat yang ada di sampingku. Di bawah, Bandara Juanda terlihat semakin mengecil dan setelahnya berganti dengan dataran rendah berwarna hijau yang diselingi dengan lekukan-lekukan berupa aliran sungai yang sedang menuju ke laut. Pada saat melihat pemandangan yang ada di bawah, tiba-tiba perasaan sedih kembali menghujam hatiku manakala aku teringat ibuku, dan juga adik-adikku yang sedang berada di rumah dan tidak bisa ikut pergi bersamaku ke Pulau Bacan. Sedangkan saat ini, aku sedang pergi seorang diri untuk memulai hidup yang baru bersama calon istriku tercinta. Sungguh ini adalah sebuah ironi bagi diriku, tetapi apa daya, aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk merubah semuanya. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala untuk mengusir kesedihan yang aku rasakan di dalam hati sambil terus memandang keluar. Setelah lelah melihat keluar jendela pesawat, aku kembali bersandar di kursi pesawat sambil berusaha memejamkan mata supaya air mata yang sudah ada di pelupuk mata tidak sampai jatuh membasahi pipiku. Tanpa sadar, aku akhirnya jatuh tertidur di kursi pesawat dalam perjalanan menuju ke Pulau Bacan.

***

Aku melihat baling-baling pesawat Wing's Air yang aku naiki mulai menurunkan ketinggian yang artinya sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Oesman Sadiq Labuha, Pulau Bacan. Tidak berapa lama aku merasakan getaran saat roda pesawat berhasil menyentuh landasan yang basah, pesawat terlihat mulai mengurangi kecepatan hingga akhirnya pesawat berhenti di area parkir. Dari dalam pesawat aku melihat keadaan di luar, dan saat itu hujan sedang mengguyur Bandara Oesman Sadiq dengan intensitas sedang. Aku segera berdiri di lorong pesawat sambil menunggu giliran untuk turun. Ketika aku telah turun dari pesawat, aku segera berlari kecil menuju ke terminal kedatangan di bawah guyuran hujan. Ketika aku telah berada di dalam ruang kedatangan yang tidak terlalu besar, terlihat kesibukan dari para penumpang yang baru saja turun dari pesawat Wing's Air. Beberapa dari para penumpang memilih untuk duduk sejenak di deretan kursi yang tersedia, dan ada beberapa penumpang lainnya yang langsung menuju ke roda berjalan untuk melakukan pengambilan bagasi. Aku segera berjalan menuju ke tempat para penumpang sedang mengantri untuk mengambil bagasi, dengan sabar aku menunggu giliran untuk dapat mengambil koperku.

   Setelah aku selesai mengambil koperku. Aku kembali meletakkan koper beserta tas bahu di atas kereta dorong, kemudian aku berjalan menuju ke pintu keluar ruang kedatangan. Setelah berada di luar, aku memerhatikan situasi di sekitar Bandara Oesman Sadiq, Labuha. Di area parkir bandara yang terletak di depan terminal kedatangan, hanya terlihat beberapa mobil sedang terparkir di bawah guyuran hujan, dan di jalur penjemputan, hanya ada beberapa mobil yang sedang menunggu, selebihnya bandara ini terlihat sepi. Di kejauhan aku melihat mendung tebal berwarna hitam masih menyelimuti Kota Labuha dan sepertinya hujan akan berlangsung hingga tengah malam. Tanpa sengaja aku melihat sebuah mobil Toyota Rush berwarna putih sedang melaju masuk ke jalur penjemputan dan berhenti tepat di depanku. Tidak berapa lama aku mendengar suara orang sedang memanggilku, dan aku mendapati Kak Faris sedang berlari kecil menuju ke tempat aku sedang berdiri. Kami segera berjabat tangan dan berpelukan sejenak.

   "Apa kabar sore ini Kak Faris?" kataku dengan seulas senyum, lalu menambahkan, "terima kasih banyak sudah menjemputku di bandara dalam kondisi hujan seperti saat ini."

   "Alhamdulillah kabar baik sore ini. Sama-sama Bang Fahad," jawab Kak Faris dengan senyum bahagia yang tergambar jelas di wajahnya. "Dan bagaimana perjalanan panjang dari rumah hingga sampai ke Pulau Bacan, apakah semuanya berjalan lancar?" tanya Kak Faris.

   "Alhamdulillah, perjalanan hari ini semuanya lancar dan tanpa ada halangan apa pun," jawabku. "Dan satu hal lagi, atas nama keluarga aku memohon maaf karena tidak ada keluargaku yang bisa hadir di sini. Namun, mereka menitipkan salam untuk keluarga besar yang ada di Pulau Bacan," imbuhku dengan senyum.

   "Tidak apa-apa Bang Fahad. Yang penting engkau telah tiba di Pulau Bacan dengan selamat dan pasti Fahna akan sangat bahagia mengetahui calon suaminya telah tiba," canda Kak Faris dengan kedipan sebelah mata.

   Kami berdua akhirnya tertawa bersama dalam suasana hangat kekeluargaan di sore hari dengan berlatar hujan yang terus mengguyur Bandara Oesman Sadiq juga Kota Labuha. Kak Faris adalah kaka dari calon istriku, dan tidak lama lagi ia akan menjadi kakak iparku juga akan menjadi saudara.

   Setelah percakapan singkat dengan Kak Faris, aku segera memasukkan koper beserta tas bahu ke dalam mobil, kemudian aku duduk di kursi depan di samping Kak Faris yang ada di balik kemudi. Mobil segera melaju meninggalkan area penjemputan penumpang dan masuk ke jalan utama Kota Labuha. Hujan masih terus mengguyur sehingga membuat jalanan menjadi basah dan di beberapa tempat terlihat genangan air. Aku mendapati sore itu Kota Labuha terlihat sepi dan sebagian toko memilih tutup lebih awal karena hujan sepertinya tidak akan reda. Hanya lampu penerangan jalan berwarna kuning yang menyinari perjalananku menyusuri jalanan Kota Labuha di penghujung sore hari. Setelah berkendara selama lima belas menit, akhirnya mobil yang aku tumpangi berbelok masuk dan berhenti di area parkir sebuah hotel yang ada di tengah Kota Labuha. Aku segera turun dari mobil dan mengambil koper beserta tas bahu yang ada di belakang mobil. Aku lalu mengajak Kak Faris ikut masuk ke dalam kamar untuk bersantai sejenak, tetapi ia menolak karena masih banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Aku tidak bisa memaksa Kak Faris dan aku mengucapkan terima kasih banyak sambil memeluknya erat.

   Kak Faris segera kembali masuk ke dalam mobil, lalu menurunkan kaca jendela penumpang sambil melambaikan tangan dengan wajah bahagia. Aku pun turut melambaikan tangan ketika mobil mulai berjalan perlahan meninggalkan area parkir hotel dan masuk kembali ke jalan raya hingga hilang dari pandangan. Aku lalu berjalan masuk dan menghampiri meja resepsionis untuk mengambil kunci kamar yang telah aku pesan sebelumnya. Setelah menerima kunci kamar, aku berjalan menuju ke kamarku yang terletak di lantai dua. Setelah berada di dalam kamar, aku meletakkan koper yang aku bawa di samping lemari pakaian, sedangkan tas bahu yang aku bawa aku letakkan di atas tempat tidur. Karena merasa lelah setelah menempuh perjalanan jauh, aku memutuskan untuk membersihkan diri agar badanku kembali merasa segar. Aku berjalan menuju ke kamar mandi, menutup pintu dan mulai mandi dengan air hangat. Selepas mandi tubuhku kembali merasa bugar, namun kali ini giliran perutku mulai terasa lapar, dan aku baru ingat saat terakhir kali aku makan adalah kemarin malam di warung pinggir jalan. Aku segera membuka tas bahu dan mengeluarkan roti isi coklat yang aku bawa sejak perjalanan dari Surabaya pagi tadi. Aku segera membuka jendela kamar sambil menarik sebuah kursi agar tepat berada di sisi jendela, lalu duduk bersantai sambil memandang keluar jendela menikmati suasana malam di Kota Labuha. Dengan perlahan aku memakan roti isi coklat sambil mendengarkan suara hujan yang masih terus mengguyur Kota Labuha sejak aku tiba hingga malam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun