Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Cinta di Pulau Bacan

28 Juli 2023   10:50 Diperbarui: 28 Juli 2023   17:19 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   "Kakak memang sengaja tidak memberi tahu adikku Vina, karena kakak ingin memberi sebuah kejutan yang spesial buat adikku," jawab Fahad lembut.

   Mendengar jawaban Fahad, seketika pipi Vina merona merah karena begitu bahagianya dan sungguh Vina masih tidak percaya jika pagi ini pujaan hatinya sedang berdiri di hadapannya. Semua ini bagaikan sebuah mimpi yang mewujud menjadi sebuah kenyataan. Fahad lalu berkata sambil menyerahkan sesuatu kepada Vina:

   "Ini setangkai bunga mawar merah untuk adikku Vina sayang. Tolong diterima pemberian kakak ini." Dengan tangan kanan Fahad memberikan setangkai bunga mawar merah kepada Vina.

   Dengan hati bergetar dan berbunga-bunga Vina menerima setangkai bunga mawar merah pemberian Fahad. Luapan perasaan di dalam hati Vina begitu kuat, hingga tanpa sadar air mata kebahagiaan keluar dari mata dan turun membasahi pipi Vina yang seputih salju. Dengan suara bergetar Vina berkata:

   "Terima kasih banyak sayangku. Ini sungguh luar biasa sampai aku hampir tidak mempercayainya. Dan aku tidak pernah menduga sama sekali, jika pagi ini aku akan berjumpa denganmu duhai pujaan hatiku."

   "Tidak adikku Vina sayang. Kakak yang harusnya berterima kasih banyak kepada adikku karena telah memberiku kekuatan berupa rasa sayang dan cinta yang tulus, kesabaran dalam menjalani hubungan ini, juga kepercayaan yang telah adikku berikan kepada kakak. Hingga pada akhirnya, kakak berhasil mewujudkan mimpi untuk datang ke Pulau Bacan dan yang paling penting bertemu dengan adikku Vina untuk pertama kalinya."

   Setelah percakapan singkat Fahad dan Vina hanya berdiri diam, tidak ada lagi kata yang terucap diantara keduanya. Kesunyian yang terjadi seolah memberi jalan pada sesuatu yang sedang bergerak, bergejolak, serta meletup-letup dengan kekuatan penuh yang bersemayam di dalam diri Fahad juga Vina. Bagaikan sepasang kutub magnet yang saling berlawanan bertemu, maka berlakulah hukum fisika dengan terjadinya 'gaya tarik-menarik'. Begitu pula perasaan yang Fahad dan Vina rasakan sedang mencari jalan untuk saling mendekat.

   Adegan berikutnya berlangsung bagai air yang sedang mengalir. Entah siapa yang memulai terlebih dahulu tidak ada yang pernah tahu. Karena kuatnya dorongan perasaan yang meletup-letup, tanpa Fahad sadari dan begitu pula Vina, akhirnya kedua orang itu berpelukan dengan lembut. Tangan Fahad mendekap tubuh serta punggung Vina seolah tidak ingin melepasnya lagi. Vina juga melakukan hal yang sama, dengan lembut Vina mendekap sambil melingkarkan kedua tanganya di pinggang Fahad dengan erat. Dengan masih berurai air mata kebahagiaan Vina membenamkan wajahnya ke dada Fahad. Momen itu menggambarkan betapa kuatnya cinta diantara mereka. Seakan dunia yang ada ini adalah milik mereka berdua, dan seandainya dunia di sekeliling mereka runtuh serta hancur berkeping-keping, mereka tidak akan menghiraukannya lagi. Fahad dan Vina tengah dibuai oleh indahnya cinta yang sedang berbunga-bunga bagaikan sebuah kisah klasik antara Romeo dan Juliet di masa lalu.

Labuha, Pulau Bacan 'kenangan indah yang tak akan terlupa'.

The End

Achmad Fahad sejak dulu sudah menyukai kegiatan membaca buku---baik berupa buku novel terjemahan, pengetahuan umum, politik dan sejarah dunia. Saat ini sedang fokus mendalami dunia literasi, mengingat begitu pentingnya literasi untuk kemajuan sebuah bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun