Perjalanan menuju kampung halaman
Kutempuh saat gelapnya hari
Dimana khalayak sudah mulai berfikir untuk segera memejamkan matanya
Atau menonton drama sabun sembari menanti reality show berbalut mistis mungkin
Kondisi fisik dan pikiran yang kurang bagus tak jadi halangan
Mata yang tak benar-benar melek membuatku berpikir dua kali untuk mengebut
Walhasil hampir 2 kali lipat waktu biasa aku tiba
Kupikir dengan memainkan game sejenak dan ucapan selamat malam kepadanya sebelum aku membaringkan badan dengan nyaman
Malam hari itu ternyata tidak berakhir sampai di situ
Terdapat perbincangan lebih lanjut antara kau dan aku dalam chat wa
Membicarakan hal yang sudah kuduga, namun ada beda
Kau memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita
Dengan memaparkan berbagai macam alasan, aku mencoba mengerti
Walau dalam hati tak ingin dia pergi.. lagi..
Tapi ya sudahlah, akhirnya aku bisa bernafas dengan lega
Tak lagi rasakan cinta satu pihak yang menyakitkan
Jiwaku sudah terbebas dari belenggu tebal yang mengikat
Batinku lepas sudah dari tekanan-tekanan tak masuk akal yang selama ini mendera
Dulu aku berpikir untuk tetap memperjuangkannya setelah putusnya hubungan
Berusaha sekeras mungkin agar dia kembali
Sekarang tidak lagi
Aku sudah benar-benar muak
Kesabaranku terkuras habis padanya
Tak ingin lagi waktu terbuang sia-sia hanya untuk dia
Mungkin sekarang adalah saat yang tepat bagiku
Untuk ucapkan selamat tinggal
Nganjuk, 9 Mei 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H