Mohon tunggu...
Achmad Anwar Sanusi
Achmad Anwar Sanusi Mohon Tunggu... Guru - Anak petani desa

Pengelana amatiran. Sedang ingin menapaki jejak ulama: mengajar, menulis, dan berdagang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona Tak Kunjung Reda, Sebaiknya Baduy Ditutup Saja

19 Juni 2020   22:50 Diperbarui: 18 November 2021   00:34 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai upaya pencegahan dan penanganan penyebaran Covid-19 di wilayah kabupaten Lebak dan provinsi Banten khususnya, serta di Indonesia umumnya, penulis menawarkan ke pihak-pihak yang memiliki wewenang atas warga adat Baduy dua pilihan solusi.

Solusi Pertama: Baduy Ditutup Sementara

Solusi pertama yang ditawarkan ialah Baduy ditutup untuk sementara. Setidaknya sampai semuanya benar-benar normal seperti sebelum ada pandemi, atau sampai vaksin Covid-19 ditemukan. Mungkin bisa membutuhkan 1 sampai 2 tahun ke depan. Tapi hal itu lebih baik dari pada harus mengorbankan kesehatan warga adat suku Baduy.

Membuka wisata budaya suku Baduy di saat seperti ini adalah hal yang sangat tidak tepat dan sangat tidak direkomendasikan. Walaupun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan, itu tidak dapat menjamin virus corona tidak terbawa oleh pengunjung atau wisatawan yang datang dan menginap di Baduy. Terlebih saat ini OTG cukup banyak ditemukan kasusnya.

Opsi pertama ini juga ditempuh oleh Baduy Corner sebagai salah tour operator dengan membatalkan semua trip setidaknya sampai bulan Juni 2021. Jika dirasa perlu diperpanjang, akan diperpanjang mungkin hingga akhir tahun 2021. Risikonya mungkin tinggi. Tapi tidak lebih tinggi kehilangan nyawa satu saja warga Baduy, hanya demi ekonomi. Toh ekonomi bisa tetap jalan dan lagi pula ekonomi masyarakat Baduy tidak sepenuhnya ditopang oleh pariwisata. Kita bahas itu di solusi kedua.

Solusi Kedua: Baduy Ditutup Selamanya

Solusi kedua dan cukup radikal ialah menutup Baduy selamanya untuk wisatawan umum, terutama Baduy Dalam. Di Baduy Luar cukup dibangun miniatur Baduy Dalam, mulai dari bentuk rumahnya, keadaan lingkungannya, masyarakatnya dan cara hidupnya. Tidak hanya dibangun di Baduy Luar, kita bisa juga memanfaatkan kampung-kampung Baduy seperti Kampung Landeuh Muallaf Baduy yang sengaja dibuat oleh orang luar Baduy. Jika hal ini dapat dilakukan akan ada keuntungan di dua pihak: wisatawan dan suku Baduy. Bagi wisatawan sendiri, tidak perlu jauh-jauh berjalan kaki 12 km untuk sampai di Cibeo, Baduy Dalam. Serta wisatawan tentunya akan bisa mengambil foto atau video di miniatur Baduy Dalam ini. Untuk diketahui, di wilayah Baduy Dalam dilarang mengambil foto atau video sebagai bentuk larangan modernisasi.

Sedangkan keuntungan bagi suku Baduy Dalam ialah kontaminasi budaya luar Baduy yang dibawa wisatawan akan jauh berkurang. Penulis kadang merasakan ironi saat melihat anak-anak Baduy Dalam memakan mie instant, makanan junkfood, atau minuman berkarbonasi yang ditawarkan wisatawan, padahal warga Baduy selalu mengutamakan makanan langsung dari alam. Belum lagi masalah sampah yang dibawa wisatawan yang hingga kini masih banyak ditemukan solusinya, dan masalah pelanggaran adat lain yang dilakukan wisatawan yang entah sengaja ataupun tidak disengaja di kawasan Baduy Dalam.

Baduy Dalam ditutup untuk wisatawan umum yang ingin berkunjung, namun bisa saja terbuka bagi peneliti, pemerintah atau tamu khusus kepada ketua adat. Aturan izin ini harus dibuat dengan ketat.

Bagaimana dengan perekonomian masyarakat Baduy? Kita harus ingat bahwa Baduy bukanlah objek wisata yang sengaja dibuat untuk kepentingan pariwisata, namun Baduy adalah sebuah masyarakat unik yang menjadikan pengunjung datang dan melihat-lihat keunikannya tersebut. Sebelum ada wisatawan pun Baduy telah hidup dan bertahan selam ratusan bahkan ribuan tahun. Ekonomi mereka bukan sepenuhnya ditopang dari kunjungan wisatawan. Ada pun jika ada warga Baduy Dalam yang menjual hasil bumi atau hasil kerajinan, ini momentum untuk mengoptimalkan peran koperasi yang ada di desa Kanekes. Dengan cara mengumpulkan hasil bumi dan hasil kerajinan di koperasi dan menjualnya ke masyarakat luar. Bisa online atau offline.

Kunjungan Dengan Protokol Kesehatan Bukanlah Pilihan!

Saran dan solusi yang Penulis tawarkan hanya dua. Kunjungan wisatawan ke Baduy walau dengan protokol kesehatan tetaplah bukanlah opsi yang baik di tengah pandemi yang tanda berakhirnya masih jauh sekali ini. Wacana Dinas Pariwisata yang akan melakukan pembukaan Baduy dengan menerapkan standar protokol kesehatan sekali lagi adalah bukan opsi yang tepat. Konsekuensi dan risikonya akan tinggi. Tinggi sekali. Ini akan sama saja dengan membiarkan herd immunity terjadi di Baduy. Sekian dan terima kasih.

Achmad Anwar Sanusi | Owner Baduy Corner

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun