“Siapa Dimas?” tanya Elsa.
“Orang yang tahun ini digadang-gadang akal dipromosiakn naik jabatan manager,” jelasnya. “Menurut kabar yang beredar, perebutan kekuasaan manager selalu diwarnai aksi gelap. Konon, katanya Leo juga menjilat direktur dan menyebarkan berita tentang manager lama, sebelum akhirnya justru berita yang ia sampaikan benar. Jadi aku cari tahu tentang Dimas, dan ia ternyata terbukti sekongkol dengan salah satu perampok itu. Tapi entah bagaimana caranya, ia tidak terekam CCTV, malah justru yang terlihat adalah Leo,”
“Bukannya perawakan Leo dan Dimas hampir sama?” tanya Siska.
“Boleh aku lihat foto mereka?”
Toni akhirnya menunjukkan foto saat Dimas dan Leo berdiri berdua. Elsa mengangguk-angguk seperti telah menemukan titik terang. Tak berapa lama, ada notifikasi masuk dari ponsel Leo. Sebuah email masuk dari atasannya.
_
Hari persidanganpun tiba. Elsa, Siska dan Toni datang dengan wajah penuh harap. Berharap yang terbaik untuk rekannya, berharap Elsa bisa menulis artikel terbaik untuk kasus perampokan yang terjadi di bank Atlas. Hakim masuk, membawa Leo yang menatap kawan-kawan dan kekasihnya dengan senyuman penuh arti. Entah senyuman pasrah, atau senyuman pengharapan kepada mereka. Elsa menghela napas, ia tidak tahu apa yang akan terjadi di sidang ini. Semoga saja apa yang mereka temukan bisa membuat Leo keluar dari tuduhan ini.
Sidang berlangsung selama satu jam, kemudian dari pihak penggugat mendatangkan seorang saksi. Dari pintu masuk terlihat Dimas tengah berjalan menuju kursi saksi. Setelah disumpah, ia mulai menjawab semua pertanyaan dari penggugat.
“Saudara saksi, Anda dituduh sebagai dalang dibalik kasus ini, benar Pak Dimas?” tanya penggugat.
“Benar,” jawab Dimas. Semua orang terkejut mendengar pernyataan saksi yang terkesan menyerahkan diri.
“Lalu apa hubungan Anda dengan terdakwa?”