Achlam chunaimah nawwal sa'dawy
STAI AL-ANWAR 2024
Tetapi tanah air kita Indonesia hanya satu bagian kecil saja daripada dunia!
Ingatlah akan hal ini!
Gandhi berkata:’’ saya seorang nasionalis, tetapi kebangsaan saya adalah perikemanusiaan,Â
My Nationalism Is humanty’’...
Kita bukan saja hrus mendirikan Negara indonesia merdeka, tetapi harus menuju pula pada kekeluargaan bangsa-bangsa...
Inilah filisofisch principle yang nomor dua, ...yang boleh saya namakan’’internasionalisme’’
Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud kosmopolitanisme, yang tidak mau adanya kebangsaan...
(soekarno, 1 juni 1945)
INTEGRITAS PEMILU 2024, SERTA IMPLEMENTASI PERIKEMANUSIAAN
Dalam konteks pemilu 2024, yang berhasil menjadi sorotan publik, khususnya terkait beberapa penerapan nilai-nilai integritas dan kemanusiaan. Pancasila sebagai landasan negara perlu menekankan adanya kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai dasar moral. Â
Pentingnya latar belakang dalam memberikan kepercayaan publik, pemilu yang berintegritas tinggi merupakan cara untuk bisa membangun dan memperkuat kepercayaan publik terhadap sistem demokrasi di Indonesia.Â
Dengan adanya pemilu yang jujur, masyarakat akan merasa suara mereka lebih dihargai, serta dengan adanya prinsip demokrasi pancasila, sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai pancasila, yang mana menjadi bagian penting untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan, yang bisa menjunjung kemanusiaan yang adil dan beradab, juga mencegah praktik curang atau diskriminasi selama pemilu berlangsung.Â
Dalam konteks kali ini permasalahan nya adalah Praktik yang mengurangi kepercayaan publik pada sistem demokrasi, salah satu darinya adalah politik uang yang mempengaruhi saat pemilihan, kampanye hitam yang dapat merusak citra dari masing-masing kandidat, adanya media sosial yang dipergunakan untuk menyebarkan disinformasi, dan apakah kandidat serta para pendukungnya bisa mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa diatas kepentinagn pribadi?.Â
Dalam menanggapi berbagai kasus yg muncul dalam pemilu 2024, pendekatan yang berlandaskan perikemanusiaan sangat berperan penting untuk bisa memastikan proses pemilu yang adil, inklusif, dan bermartabat. Sepertihalnya beberapa kasus pemilu 2024:
1. Kasus Konflik Sosial
Kasus polarisasi muncul karena adanya perbedaan pilihan politik, yang sering kali memicu adanya ketegangan bidang sosial. Sikap perikemanusiaan berpegang teguh pada kebebasan individu dalam memilih, sehingga setiap orang saling respectable dalam pilihan setiap individu. Sikap perikemanusiaan ini juga menekankan bahwa perbedaan pilihan politik bukan alasan untuk memecah belah persatuan, sebaliknya, diadakannya diskusi yang santun perlu agar bisa menciptakan pemahaman bersama.
2. Penyebaran Berita Hoaks dan Kampaye Hitam
Banyaknya kasus pemilu yang banyak menyebarkan berita hoaks atau kampanye hitam yang bisa merusak reputasi kandidat dan bisa menyesatkan suku pedalaman, dalam berperikemanusiaan, hal ini bertentangan dengan prinsip kebenaran dan kejujuran yang harus di junjung tinggi dalam pemilu, karena semua pihak bertanggung jawab dalam menyaring informasi,dan menjaga kepercayaan publik dari media sosial.
3. Politik Uang (Money Politics)
Salah satu bentuk manipulasi yang merusak proses demokrasi, perikemanusiaan yang mengajarkan bahwa politik seharusnya tidak sekedar transaksi, melainkan opini agar kita bisa memilih pemimpin yang benar-benar peduli dengan kesejahteraan rakyat.
5. Pemimpin yang Tidak Akuntabel
Jika hasil pemilu menghasilkan pemimpin yang tidak bertanggung jawab atau akuntabel, hal ini yang bisa merusak prinsip kemanusiaan yang tidak menghargai kesejahteraan rakyat, oleh karena itu, berperikemanusiaan dalam pemilu tidak hanya memilih candidatnya, tetapi harus dilanjutkan dengan adanya komitmen untuk memastikan bahwa para pemimpin dapat memenuhi janji dan bertindak demi kebaikan umum.
Sikap Perikemanusiaan dalam konteks pemilu 2024 dengan mempertimbangkan tiga aspek yakni: Rohani, Kebudayaan, dan Adab.
1. Aspek Rohani
Sikap perikemanusiaan ini berlandaskan nilai rohani dalam pemilu dan mendorong para pemilih, calon pemimpin, dan penyelenggara pemilu untuk menjaga kejujuran, dan rasa tanggung jawab moral.
2. Aspek Kebudayaan
Kebudayaan di Indonesia adalah pondasi yang mengajarkan kita akan nilai gotong royong, persatuan, bhinneka tunggal ika. Aspek kebudayaan yang berarti menghargai keberagaman yang menjadi keharmonian dalam keperbedaan. Pemilu 2024 ini menjadi wadah kesempatan dalam mencerminkan sikap toleransi budaya, di mana proses pemilihan harus bebas dari kata-kata kebencian.
3. Aspek Adab
Adab dalam pemilu berpacu pada sikap sopan santun, etika, yang harus dijaga oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pemilu. Para kandidat, pendukung, dan pemilih diharap untuk menjaga tata krama baik saat komunikasi, kampanye, maupun menyampaikan opini.
Ketiga aspek ini, merupakan dasar demi terciptanya pemilu yang bermartabat dan beradab. Dengan mengutamakan perikemanusiaan pemilu 2024, indonesia bisa semakin dekat dengan tujuan demokrasi sebenarnya, yang mana pemilu bukan hanya ajang kompetisi, melaikan kesempatan emas demi memperkuat persatuan dan keharmonisan bangsa. Â Â
 Dalam hal ini teori yang bisa diangkat ialah Teori Humanisme pemilu yang mengfokuskan terhadap nilai kemanusiaan, penghormatan, serta martabat manusia , yang mana perlu di garis bawahi peran penting bagi setiap individu dalam mengambil keputusan, di bawah ini termasuk beberapa aspek teori humanisme dalam pemilu:
1.  Penghargaan  Terhadap Martabat Manusia
Dalam teori ini menekankan bahwa setiap masing-masing manusia memiliki nilai yang tak bisa ternilai, dalam hal ini setiap suara berhak dihormati. Setiap orang berhak beropini dan memilih sesuai keyakinan pribadi
2. Kebebasan dan Tanggung Jawab Individu
Yang mana memberikan kebebasan masyarakat dalam memilih tanpa adanya tekanan, dan paksaan, selain itu melatih rasa tanggung jawab dalam memilih secara bijaksana, barlandaskan pengetahuan.
3. Pengembangan Potensi Diri dan Masyarakat
Pemilu bukan hanya soal memilih pemimpin, tapi juga menjadi sarana mengembangankan potensi diri dan masyarakat. Dengan keterlibatannya dalam politik, berharap masyarakat bisa semakin kritis, serta mengaspirasikan kebutuhannya.
Demikianlah, sila kedua merujuk pada nilai-nilai dasar manusia, yang diterjemahkan dalam hak asasi manusia, taraf kehidupan yang layak bagi manusia, serta sistem pemerintahan yang demokratis serta adil, serta salah satu visi bangsa yang mengandung begitu banyak nilai manusiawi yang bisa dijadikan pegangan dengan mengantisipasi tantangan globalisasi.Â
Dibareng dengan adanya perkembangan bangsa kedepan agar tidak kehilangan kepercayaan demi menyongsong globalisasi spirit kemanusiaan.di tengah tantangan globalisasi, indonesia harus mampu memposisikan nasional menyangkut hubungan internasional, yang seharusnya pancasila dijadikan sebagai prinsip pemberadaban manusia dan bangsa indonesia.Â
Begitupun era globalisasi yang semakin memarak, sifat masyarakat indonesia yang cenderung lentur dalam menerima pengaruh global baik pengaruh positif maupun negatif, maka dari itu di perlukan kepemimpinan ( masyarakat politik dan sipil) yang kuat, kepemimpinan yang mampu melalukan seleksi dan sintesis kreatif, antara kepentingan nasional dan kemaslahatan global, dengan adanya aksi kerangka penyelesaian berdasarkan prinsip kebenaran(win solution)/(right-based development).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H