Mohon tunggu...
Astri Mayasari
Astri Mayasari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menanamkan Rasa Cinta Diri Sendiri dan Kepercayaan Baik terhadap Orang Lain

29 Oktober 2017   06:49 Diperbarui: 29 Oktober 2017   07:09 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Papay berani menunjukkan hasil karyanya.|Dokumentasi pribadi

Setiap Minggu pagi, ketika sedang di Jakarta, saya beberapa kali  menyempatkan diri berkunjung ke Sakura Manggarai. Sanggar bermain dan belajar anak -- anak yang memfokuskan pada pembentukan karakter dan  pengembangan softskill. Adalah Marissa, mantan kepala sekolah sanggar  yang memperkenalkan saya pada anak -- anak pintar yang menggemaskan ini.

Minggu ini materi yang disampaikan adalah "Kamu baik, Aku baik" .  Nilai yang akan ditanamkan pada anak-anak pada materi kali ini adalah tentang mencintai diri sendiri.

Sebelum memulai kegiatan, kakak- kakak fasilitator mengkondisikan  adik -- adik dan memberi kesempatan pada mereka untuk mencalonkan diri  memimpin doa. Setelah itu, kakak fasilitator menyampaikan pentingnya  menjalani kesepakatan kelas seperti, tertib, tidak bertengkar atau menangis, dan lainnya. Latihan seperti ini merupakan latihan untuk  meningkatkan inisiatif , keberanian, dan komitmen adik-adik.

Pendekatan yang dilakukan fasilitator sanggar untuk materi kali ini  adalah mendeskripsikan diri sendiri dengan membuat gambar dirinya sendiri dan menuliskan hal baik dari dirinya. Kemudian, adik-adik  diminta untuk menyampaikan hal baik yang ada di diri teman-temannya dengan cara menempelkan kertas yang berisi kepercayaan baik pada gambar  teman-temannya.

Kak Ozan sedang membantu Delisa membuat karya.|Dokumentasi pribadi
Kak Ozan sedang membantu Delisa membuat karya.|Dokumentasi pribadi
Beberapa anak kebingungan saat diminta untuk menggambar dirinya  sendiri. Ada pula yang tidak mau menggambar dirinya sendiri karena merasa dia itu jelek. Disinilah peran kakak fasilitator, untuk  menyemangati dan memberi kepercayaan baik pada anak-anak yang masih malu terhadap dirinya sendiri. Contohnya Kanaya, ia sempat mogok untuk  menggambar dalam waktu yang lumayan lama. Sampai pada akhirnya Kak Mar  membantu Kanaya untuk bercermin, dan meminta Kanaya menggambar apa yang  dilihatnya di cermin. Pelan -- pelan, Kanaya mau juga mendeskripsikan  dirinya sendiri.
Fokus membuat karya.|Dokumentasi pribadi
Fokus membuat karya.|Dokumentasi pribadi
Setelah selesai menggambar, anak-anak diminta membuat lingkaran dan  membawa gambar yang berisi tulisan tentang hal-hal positif pada dirinya.  Kemudian secara bergantian, teman-teman yang lain menempelkan kertas  kepercayaan positif pada gambar salah satu anak. Saat proses ini, tak  jarang ada anak yang malu untuk memberikan "kertas kepercayaan" pada  temannya. Mengapa merasa malu atau gengsi ? Karena kita tidak terbiasa  mengungkapkan hal -- hal baik atau rasa cinta pada orang -- orang sekitar  kita. Latihan ini ditujukan untuk membuat anak-anak berani mengungkapkan  apa yang dirasakannya pada orang lain.
Papay berani menunjukkan hasil karyanya.|Dokumentasi pribadi
Papay berani menunjukkan hasil karyanya.|Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Aura yang senang membantu ibu.

Papay dan Aura adalah contoh dari anak -- anak yang berani  mengungkapkan nilai positif yang ada di dirinya. Beberapa anak yang malu  untuk mengungkapkan di depan umum, diminta untuk membisikannya pada  fasilitator. Gendis dengan riangnya berlari ke arah kak Dona dan membisikan sifat -- sifat baiknya.

Kakak, sini ku bisikin sifat-sifat baik aku.|Dokumentasi pribadi
Kakak, sini ku bisikin sifat-sifat baik aku.|Dokumentasi pribadi

Sebelum kelas berakhir, adik -- adik diingatkan  untuk tetap menyimpan  gambarnya dan membaca kalimat -- kalimat kepercayaan baik setiap hari.

Tujuan yang diharapkan setelah ini anak -- anak mampu mengenal hal-hal  baik yang ada di dirinya dan pada teman-temannya. Disini tidak hanya  adik-adik yang belajar, kakak fasilitator pun belajar lagi untuk  mencintai dan menghargai diri sendiri dan orang lain.

Mendeskripsikan hal -- hal baik dalam diri kita terkadang adalah hal  yang sulit, di usia dewasa sekalipun. Contohnya saja, beberapa dari kita masih merasa kebingungan saat diminta mengisi form interview mengenai  kelebihan apa yang kita miliki. Nyatanya, beberapa orang lebih mudah  menyebutkan kekurangan -- kekurangan yang ada pada diri mereka. Oleh  karena itu, menanamkan kepercayadirian dan menanamkan kepercayaan  positif pada orang lain sangat penting dilatih sejak usia dini.

 Kunjungi kami di IG : @sakuramanggarai .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun