Minggu (27/9), Pukul 20.00. Komunitas Menulis Online (KMO) Indonesia melalui channel telegram Indonesia Menulis, mengajak subscribernya berdiskusi mengenai cerpen. Pemateri kali ini Kak Rinawati Patta, biasa disapa Kak Rina, salah satu PJ KMO Indonesia dan Founder Komunitas Literasi KaBar EzRin. Diskusi malam ini berjudul "Maksimalkan Cerpenmu, Walau Hanya Sekali Duduk."Â
Diskusi malam ini dibuka Kak Rina dengan pengertian cerpen dan alur cerpen. Setelah Kak Rina menjelaskan apa itu cerpen, bagaimana menciptakan tokoh dan watak cerpen, dan bagaimana alut cerpen, kak rina memberikan beberapa tips dalam menulis cerpen. Sebelum memberikan tips, Kak Rina bertanya dengan subscriber.
Pernahkah teman" menulis cerpen sambil menangis atau tertawa sendiri?
Saya yakin sebagian teman-teman pernah mengalaminya, apalagi jika cerita itu diambil dari secuil kisah hidup kita.
Bila kita yang menulis saja bisa terbawa perasaan, saya juga yakin pembaca akan mengalami hal yang sama.
Trus apa sih pemicu yang membuat penulis atau pembaca bisa terbawa perasaan seperti tadi?
Bagaimana membuat pembaca terbawa perasaan dan masuk kedalam cerita?Â
Menurut Kak Rina, pembaca bisa sampai terbawa perasaan dan masuk ke dalam cerita itu sendiri, karena penulis mengikutsertakan panca inderanya pada saat menulis.Â
Bila penulis hanya mengandalkan permainan kata hubung saja, tidak mau peka dalam menggunakan panca indera yang terjadi adalah bakal banyak serangan kata.Â
Misalnya,Â
serangan "ku atau aku" untuk Point of View (POV) 1.
Serangan "nya" untuk POV3.
Untuk memberikan penjelasan menghindari serangan kata, Kak Rina menceritakan pengalamannya ketika menulis cerpen.Â
Ketika beliau sedang menulis cerpen, beliau akan berimajinasi tingkat dewa, kalo bahasa gaolnya nge-halu, apa yang beliau bayangkan beliau tulis, mulai dari apa yang beliau lihat, raba, rasa walaupun itu hanya dalam khayalan saja. Beliau membayangkan dan berperan sebagai tokoh utama.Â
Ketika menulis jangan lupa untuk mempertimbangkan juga segi pendukung yang lain dalam menulis, seperti penggunaan diksi yang tepat, penggunaan diksi yang tepat dapat menciptakan estetika tulisan. Ide cerita yang bagus tanpa dibungkus dengan diksi yang tepat akan jadi hambar membacanya.
Pertanyaan selanjutnya dari Kak Rina pernah nggak teman-teman nulis cerpen sambil nangis atau ketawa sendiri?
Kak Rina yakin sebagian teman-teman pernah mengalaminya, apalagi jika cerita itu diambil dari secuil kisah hidup kita.
Bila kita yang nulis aja bisa terbawa perasaan, beliau juga yakin pembaca akan mengalami hal yang sama.
Trus apa sih pemicu yang membuat penulis atau pembaca bisa terbawa perasaan seperti tadi?
Kebanyakan penulis sudah memiliki di kepala, tapi kok ya bingung mau mulainya darimana.
Tips dari Kak Ria ketika bingung mau memulai cerita diawal paragraf adalah dengan memperkenalkan tokoh dengan konflik hidupnya. Buat pembaca empati dengan tokoh tersebut.
Misalnya:
Kita bercerita tentang gadis pemulung. Bisa dimulai dengan adegan karung plastik yang telah dipungut seharian, hanyut di sungai dan tidak bisa dia kejar. Adegan dia mengejar karung itu bisa menjadi awal pembuka cerpen yang membuat pembaca iba.
Menurut beliau pembuka cerpen seperti ini lebih menarik untuk dibaca daripada menceritakan cuaca atau pemandangan alam. Bagaimana menurutmu?Â
Itu tadi tips sederhana, dari Kak Rina untuk memaksimalkan cerpenmu saat menulis. Contoh cerpen yang di sharingkan di tadi, sekarang telah menjadi satu buku antologi yang berjudul Jagad Metta, Cinta Alasan Segala Sesuatu Menjadi Mungkin. Hasil karya alumni KMO Club Batch 25 Kelompok 40. Wah keren ya....Â
Setelah selesai memberikan tips, Kak Rina memberikan kesempatan bertanya kepada teman" Subscriber Channel Telegram Indonesia Menulis.
Pertanyaan pertama dari Kak Akhza Achmad. Pertanyaan beliau adalah bagaimana memaksimalkan konflik yang juga bisa diselipkan amanah walau hanya tersirat bukan tersurat.Â
Jawaban Kak Rina dari pertanyaan Kak Akhza adalah konflik yang maksimal itu adalah, konflik yang tidak harus dibuat pelik supaya terkesan dramatis, cukup bagaimana konflik itu bisa selesai dengan solusi yang masuk nalar.Â
Cerita yang berlatarkan kisah hidup, akan selalu berhasil memberikan hikmah disetiap cerita, Kak Rina yakin cerita seperti ini akan bisa menyelipkan amanah dalam konfliknya.
Pertanyaan kedua dari Kak Reka, "Apa maksudnya alur cerpen penyelesaian? Apa harus mempertemukan tokoh utama dengan tokoh pendampingnya? Dan apa boleh bila di akhir cerita, saya sebagai penulis menggantungkan pertemuan itu misal si pendamping tidak jadi pulang kampung?
Menurut Kak Rin bagaimana? Maaf bila membingungkan".
Berikut jawaban Kak Rina, "Penyelesaian adalah ending dari cerita, boleh pilih happy ending, sad ending atau ending yang menggantung.
Bila kita ingin menggunakan ending yang menggantung, sah sah saja, kadang saya juga memilih ending seperti ini dalam membuat cerpen."
Masih di permasalahan ending, salah satu subscriber memberikan komentar, "Kelemahan saya, jika cerpen yg sy tulis benar2-benar fiksi, maka akan kesulitan mencari ide utk endingnya.
Tanggapan Kak Rina mengenai komentar tetsebut adalah "coba buat premis dulu, kak.
Rumus premis itu tokoh, keinginan, rintangan, dan penyelesaian.
Dengan begitu, kita akan lebih mudah menentukan alur cerita dan endingnya seperti apa.
Pertanyaan selanjutnya dari Kak Octavi, "Manakahyg lebih baik, memikirkan alur dan jalannya cerpen baru ditulis. Atau menulis apapun yg muncul di kepala hingga ending, baru kita hapus bagian-bagian yang tidak perlu hingga menjadi ceepen yg ringkas.
Saran dari Kak Ria adalah, "Buat premis aja dulu, ini membantu banget agar cerita nggak mengalir tanpa arah, saran sebaiknya tulis saja apa yang ada di kepala, tanpa mempedulikan tombol delete atau backspace, setelah selesai endapkan beberapa saat, lalu baca naskah kita keras keras, hapus kalimat tidak efektif, ini yang kita kenal dengan nama self editing.
Masih mengenai self editing, pertanyaan dari Kak Rina Tupon, "Ketika proses self editing setelah diendapkan, cerpen yang kita tulis seperti tidak selesai-selesai, ada saja yang perlu diperbaiki. Bagaimana mensiasatinya jika sudah deadline?"
Jawaban Kak Rina dari pertanyaan tersebut adalah, "saat self editing, perbaiki apa yang perlu diperbaiki, seperti penggunaan kalimat tidak efektif, kbbi, puebi, jangan ubah alur cerita hanya karena kita merasa, kok ya nggak pas ya, biasanya ini faktor kenapa cerita tidak bisa selesai. Bila dari awal kita telah memiliki premis, maka kunci cerita sesuai dengan premis tadi."
Pertanyaan lain yang adalah, "Bagaimana cara mensiasati alur agar tidak monoton dan bisa membuat pembaca penasaran?'
Jawaban Kak Rina ,"Ciptakan konflik, cukup 1 konflik saja dan jangan bertele tele.
Pertanyaan selanjutnya, "Bagaimana jika dari sebuah cerpen di lanjut jadi novel? Karena banyak permintaan dari pembaca untuk lanjut. Nah untuk lanjut bingung mencari ide yang pas."
Tanggapan dari Kak Rina adalah, 'Boleh banget ya cerpen lanjut novel, tambahkan tokoh dan konflik, tanpa mengubah premis awal cerita.ab
Selain bertanya Subscriber juga bisa sharing mengenai permasalahannya, berikut salah satunya, "Saya selalu punya ide cerita bejibun, tapi hanya intinya saja jadi secara garis besar saya punya alur. Tapi saya selalu bingung dengan kalimat apa yg harus saya gunakan. Nah bagaimana ya cara melatih nya, saya harus mulai dari mana kak?"
Saran dari Kak Rina untuk permasalahan tersebut adalah, "Latihan dengan memulai menulisnya, tuangkan ide yang ada di kepala, gunakan tahapan yang tadi saya sharing, sepengalaman saya, semakin kita sering membuat cerpen, semakin kita menemukan karateristik tulisan kita, seringlah ikut even menulis cerpen, nulis bareng (nubar) cerpen untuk antologi diberbagai komunitas, atau mengikuti tantangan menulis, ini bisa jadi sarana latihan menulis untuk kakak."
Banyak sekali pertanyaan dan permasalahan yang didiskusikan Kak Rina dan dan teman-teman subscriber Indonesia Menulis sampai tak terasa sudah jam 22.32 Wita, eh baru tau kalau Kak Rina ada dibelahan bumi tengah, hehe. Berhubung sudah malam Kak Rina menutup diskusi malam ini dengan saran yang luar biasa.
"Saran saya, mau mahir menulis, maka teruslah menulis, tidak ada tulisan yang tidak bagus apabila kita menyelipkan pesan baik di dalam cerita.Â
Rajinlah membaca untuk menambah pembendaharaan kata dan diksi.
Rajinlah menulis untuk menemukan karakteristik tulisan kita." Rinawati Patta.
Terimakasih Kak Rina atas sharing ilmunya . Sukses selalu Kak....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H