Suara merdu keyboard komputer kantor...
Jari-jariku yang imut ini lagi sibuk menari. Ideku mengalir deras sampai jauh. Waduh, kaya slogan pipa ya. Tapi ini kita bukan bahas pipa, pipet, apalagi popok. Aduh bukan, bukan!
Hahahaha...
Aku sedang berada di kantor. Seperti biasa, lagi sibuk ngerjain naskah.
Hmmm...
"Eh.. ehh... Mau kemana lo?" Aku berusaha memberhentikan Patrick yang sedang berjalan melewati meja kerjaku. Pas banget nih ada Patrick.
"Mau ke dinas kependudukan gua.."
"Lah? Mau ngapain?" tanyaku sambil kebingungan.
"Mau ngurus dokumen, Taylor Swift katanya mau masuk kartu keluarga gua."
Kami berdua tertawa. Sial banget dengarnya. Padahal udah serius banget nanya.
"Mingkem mulut lo, jelek tau! Gigi lo yang ditambal kelihatan," ejekku.
"Sensitif banget sih kaya pantat bayi, marah mulu deh.. Ada apa sih manggil gua?"
"Lo pasti mau turun, kan?" tanyaku meramal.
"Dih, sotoy! Gua mau ke toilet. Mau nebeng pipis ya? Yauda sini buka celana lo," perintah Patrick sambil memegang celana panjangku dan sedikit meraba pahaku. Sialan!
"Aduh.. aduhh... pasangan homo ini mesra banget sih di kantor. Pacarannya nanti aja, sekarang fokus kerja dulu," ucap seorang karyawan cewe yang mempergoki kami berdua. Ini cewe darimana sih datangnya? Tiba-tiba nongol aja kaya jelangkung. Datang nggak dijemput, pulang pesen ojol pakai voucher pula biar ongkosnya murah.
Hehehe...
"Apa-apaan sih? Gila lo ya, kita diliatin sama orang kantor, lho!" Aku membentak Patrick.
"Semua orang tau lo udah kelamaan jomblo, ya bisa aja kan mereka pada mikir kalau lo itu demen cowo bukan cewe. Iya gak?" Patrick memainkan matanya dan tertawa lepas.
Aku buru-buru merapikan celana dan bajuku. Harus tetap cool dong di kantor, walau jomblo!
Hahahahahaha....
"Oke oke gua serius nih, ada apa lo manggil gua?" sambung Patrick dengan muka seriusnya yang menjijikkan itu.
"Gue mau nitip, tolong beliin gue yang itu lho.. Orang pintar minumnya tolak angin."
"Lo pinter emangnya? Kan hanya orang pinter yang minum.."
Aku menghela napas. Hidup lagi capek-capeknya, punya rekan kerja begini rasanya kiamat kaya udah dekat gitu.
"Yauda lo tunggu disini.."
Patrick menepuk bahuku sambil tersenyum.
"Thanks ya, Patrick! Nanti gue ganti duitnya," ucapku.
"Udah gausah. Hitung-hitung kemarin lo udah ajakkin gua makan ayam goreng gratis."
Tumben nih anak ingat kebaikanku. Hahahaha...
"Yauda pergi sono, buruan! Kembung perut gue nih..."
Aku melanjutkan kerjaanku. Ini naskah harus perfect, biar Pak Erwin bangga denganku.
Hmmm...
Tiba-tiba aku terlintas salah satu aplikasi e-commerce. Jadi teringat rencanaku setelah mengirim surat cinta, kan aku mau coba beli coklat di e-commerce buat Manda. Aku memperhatikan sekitarku, dan memastikan di belakangku tidak ada orang yang mengintip layar komputerku.
Pertama, aku coba nanya dulu ke mbah gugel. Emang berguna banget deh si mbah gugel ini. Hahaha...
Aku menuliskan sesuatu di kolom search engine itu, coklat yang cocok dikasih ke crush alias gebetan. Ciyeelaaahhhh... Sok english deh, ah!
Aku menemukan beberapa pilihan. Aku langsung membuka aplikasi e-commerce di gawaiku. Loading-nya lama banget dah, maklum kuota lagi krisis. Bentar.. Pakai wi-fi kantor aja deh. Udah dibayar mahal sama perusahaan, masa wi-fi gak dipakai gimana sih? Hahahaha...
A-ha! Nah, ini dia!
Aku udah tau coklat apa yang cocok buat Manda. Coklat sederhana, lucu dan gemes banget. Sesuai dengan profesiku sebagai scriptwriter, jadi sepertinya akan lebih uwu kalau kita ngobrolnya via message gitu. Ciyeelaaahhhh...
Habis dari surat, sekarang kita menyapa Manda lewat coklat. Slebewww ~
Aku langsung chat penjualnya.
"Mbak ini bisa request, kan? Saya mau dibuat kata-katanya 'Hai Manda...'. Gitu aja, Mbak." Aku memesan coklat huruf untuk menyapa seorang wanita berzodiak Taurus yang berdomisili di kota Bandung.
Aduhaiii ~
"Bisa, Mas. Langsung checkout aja," balas mbak-mbak admin toko online-nya. Ini mbak penjualnya sat-set-sat-set gitu ya, gak pake lama. Ready banget bosquee, gokil! Eh, tapi tau darimana penjualnya ini mbak-mbak? Wujudnya kan nggak kelihatan? Kan bisa aja sih admin yang balas pesanku ini ternyata cowo? Bodo amatlah!
Hahahahaha...
Aku langsung checkout belanjaanku sambil memperhatikan sekitarku. Takutnya si ketombe kuyang tiba-tiba nongol terus aku kepergok beli coklat di e-commerce, kan ribet dah jelasinnya. Aku mengirim pesan lagi mengingatkan penjualnya agar tidak salah cetak. Takutnya salah cetak, hai manda malah jadi hai wakanda. Kan bakal absurd banget, ya.
Seumur-umur nih ya, belum pernah aku kaya gini. Melenyot ~
Ya ampun, masa sih aku bisa seromantis ini? Hahahaha...
Minimal kalau gak ganteng ya bisa romantis lah, biar ada nilai plus. Muka jelek ini biar termaafkan.
Aku melihat waktu di jam tanganku.
Lama ya...
Ini anak bakal buat alasan apalagi? Kalau kemarin bantu nyeberangin nenek-nenek, terus ini lagi nyeberangin kakek-kakek? Besok-besok ketemu cucunya diseberangin juga sama dia. Udah deh, satu keluarga besar dia seberangin tuh..
Aku memutar saluran radio dari gawaiku. Yup, aku lagi dengerin radio kesayanganku, Radio Hot Latte FM.
"Hai.. haiii... Gimana nih hari kalian? Walau di luar hujan tapi hati tetap aman, kan? Atau hatinya juga lagi hujan, di-hujan-in rindu. Hehehe... Kalau emang lagi rindu, bisa kali request lagu disini sekalian kalau ada yang mau kirim salam juga boleh. Entar bakal kita bacain..." Suara penyiar itu berhasil memancing diriku untuk request lagu lagi buat Manda.
Aku mengetik sesuatu di awali kata sapaan dan memperkenalkan namaku. Aku mengirimkan pesan itu. Segera dibaca si penyiar radio. Sama seperti kemarin, aku meminta agar namaku tidak disebutkan alias anonim. Untuk seorang wanita di kota kembang.
Lagu request-an aku diputar...
Aku larut dalam alunan musik. Udah lama aku gak merasakan rasa seperti ini. Bertahun-tahun aku hidup layaknya zombie. Badan bergerak setiap hari kerja ke kantor tapi hati bagaikan gurun pasir yang teramat gersang. Ciyeelaaahhh...
"Nih pesenan lo.."
"Duh, sakit!" Dengkulku kepentok meja karna kaget. Tiba-tiba nih ketombe kuyang bersuara di belakang telingaku.
"Ngapa sih!?"
"Kaget gue..!"
"Berarti lo gak bisa ikutan acara tv uang kaget gitu. Duit satu milyar di depan mata lo disuruh habisin yang ada lo pingsan duluan karna kaget banget ngeliatnya. Waktunya kebuang nungguin sampai lo sadar.."
Ini orang waktu mamanya mengandung, mamanya ngidam apa sih? Kenapa yang keluar kaya begini modelannya? Hiks...!
"Mana pesenan gue?"
"Nih..." Patrick memberikan satu kotak.
"Banyak banget ini, Pat! Astagaaa..." Aku terkejut karna Patrick membelikan satu kotak, padahal satu sachet udah cukup kali. Tepuk jidat.
"Kasihan gua liat lo kembung gitu. Liat perut lo udah kaya perut mas koki. Kembung banget..." Patrick memasang wajah hibah melihat kondisiku. Tapi sebenarnya gak sekembung perut ikan mas koki juga sih.
At least, aku nggak perlu beli lagi karna udah ada stok. Thanks, otak mesum!
Hahahaha...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H