Mohon tunggu...
Ach Syifa Qolby
Ach Syifa Qolby Mohon Tunggu... Mahasiswa - Umur 20 tahun dan masih kuliah

Hanya ingin bermanfaat melalui tulisan kepada khalayak umum.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Agar Tidak Salah Sasaran dalam Mengajar, Pelajari dulu Ilmu Ini!

27 Oktober 2022   00:45 Diperbarui: 27 Oktober 2022   01:01 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam tahap ini, pendidikan lebih banyak berfokus pada apa yang diberikan oleh orang tua, pendidik, atau guru. Seperti halnya lafadz hadist tadi yakni “Rahmat” yang artinya kasih sayang, maka secara eksplisit mengatakan bahwa orang yang dididik (صغيرَنا ) disini harus diberikan kasih sayang, diayomi dan diberikan pelajaran oleh pendidik. Hasilnya, konsep diri dari peserta didik dalam metode ini adalah pribadi yang bergantung kepada gurunya. Dengan kata lain anak-anak (7-14 tahun) pada masa ini memiliki ketergantungan pada orang tua atau pendidik yang menjadi sumber pendidikan mereka.

Sebagai sumber pendidikan anak-anak, maka orang tua atau pendidik haruslah memiliki 3 hal ini agar terciptanya good parenting.

  1. Interaktif-Reflektif, bisa mengelola emosi dan mengungkapkan perasaan pada anak atau peserta didik dengan cara yang baik.
  2. Disiplin Positif, memiliki adab yang baik yang mana nantinya akan dicontoh oleh anak atau peserta didiknya.
  3. Edukatif-Efektif, dapat men-distribusikan pelajaran dengan cara yang kreatif dan tentunya efektif agar pelajaran yang diberikan dapat mudah ditangkap oleh anak atau peserta didik.

Parenting Tauqir atau Andragogis (Pendidikan Orang Dewasa)

Pada metode ini tidak lagi tergantung pada orang tua atau guru. Karena hadist diatas menggunakan lafadz توقير  (يُوَقِّر) yang memiliki arti menghormati peserta didik (كبيرَنا), tidak mengandung untuk memberi intruksi atau pembelajaran disana, hanya sebatas mengarahkan tidak harus menjadi sumber ilmu mereka. Fungsi guru dalam tahap ini hanya sebagai pemandu dan fasilitator, bukan menggurui. Karena peserta didik dalam andragogis adalah orang dewasa (mulai umur 15 tahun) dianggap dapat mengarahkan dirinya (self-directing) dan mampu menjadi guru bagi dirinya sendiri.

Singkatnya, peserta didik disini sudah bersifat aktif, tidak seperti ketika dalam metode pedagogis yang mana peserta didik masih bersifat pasif dan hanya menunggu pemberian pelajaran para pendidiknya. Namun perlu digaris bawahi, meskipun dalam metode andragogis pendidikan sudah “dipasrahkan” pada peserta didik, pendidik tentunya masih memiliki peran yakni sebagai perancang pembelajaran agar mendapat hasil sesuai apa yang diinginkan serta menjadi pengarah ketika para peserta didik butuh jawaban atas suatu permasalahan yang tidak bisa mereka temukan sendiri jawabannya.

Pemahaman Peran Orang Tua atau Pendidik

Orang tua atau pendidik merupakan pihak yang memiliki peranan sangat penting dalam mendidik anak atau peserta didik. Karena mereka-lah yang menjadi subjek proses distribusi pembelajaran dan objeknya adalah peserta didik itu sendiri. Oleh karenanya tidak mungkin terjadi proses pendidikan jika tidak ada orang tua di lingkup keluarga atau guru di lingkup sekolah. Agar tercipta good parenting maka orang tua atau pendidik harus mengetahui peran mereka dalam mendidik peserta didiknya.

.لاعب ولدك سبعاً وأدبه سبعاً وصاحبه سبعاً ثم اترك حبله على غاربه. قول بعض السلف, وقيل من عمر ابن خطاب   

  “Bermainlah dengan anakmu ketika mereka berumur 7 tahun, didiklah anakmu ketika mereka berumur tujuh tahun berikutnya, temanilah anakmu ketika mereka berumur 7 tahun berikutnya, kemudian tinggalkan tali mereka diatas bahunya*”

Hadist ini menjelaskan peran dari orang tua dan pendidik sesuai tingkatan umur anak atau orang yang dididiknya. Ketika anak berumur 7 tahun pertama (2-7 tahun) maka orang tua seyogyanya menjadi “teman bermain ملاعب ” untuk mereka. Selanjutnya, ketika anak berumur 7 tahun kedua (8-14 tahun), orang tua atau pendidik mulai menjadi “pembimbing مأدب ” bagi anak dan peserta didik seperti yang telah dijelaskan dalam Metode Pedagogis diatas. Berikutnya, ketika anak atau peserta didik berumur 7 tahun ketiga atau yang disebut dewasa awal (15-21 tahun), maka orang tua atau pendidik menjadi “teman صاحب ” mereka. Dalam masa ini, orang tua dan pendidik tidak lagi menggurui tetapi menjadi teman diskusi dan rekan mereka dalam memecah masalah yang sedang dihadapi.

Terakhir, setelah 7 tahun ketiga yakni diumur 22 tahun hingga akhir hayat, orang tua dalam hadist diatas diumpamakan sebagai pemilik unta yang meninggalkan atau menaruh tali untanya diatas bahu unta itu. Maknanya adalah unta tersebut memang dibebaskan namun karena talinya masih berada diatas bahu si unta maka unta ini masih tetap dalam pengawasan pemiliknya. Secara singkat dapat diartikan bahwa orang yang berumur 22 tahun keatas tidak lagi dalam tanggungan orang tua atau pendidik, tapi mereka diyakini sudah bisa mengarahkan dirinya sendiri dan mampu hidup mandiri, oleh karenanya peran orang tua atau pendidik disini adalah sebagai pengawas, perancang, pengarah dan fasilitator mereka seperti apa yang telah dijelaskan dalam Metode Andragogis tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun