Mohon tunggu...
Achmad Tijani
Achmad Tijani Mohon Tunggu... -

Sang Pejantan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bedah Buku: Senandung Cinta Si Bahlul

5 Juli 2017   10:18 Diperbarui: 5 Juli 2017   10:28 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Dok.Pribadi

Bagian kelima, Balada Si Bahlul. Bagian ini adalah pamungkas yang berisi tentang relasi espektasi dan kenyataan. Keduanya dapat saja didudukkan secara bergantian, boleh espekatasi mengawali, lalu kemudian diikuti dengan realita, atau mungkin sebaliknya, tapi sangat tidak mungkin didudukkan dengan saling berlawanan. Secara substantif, bagian kelima ini berisi fatwa retoris bagi siapa saja yang mempunyai banyak keinginan agar tetap harus sejajar dengan usaha yang dilakukan. Caranya adalah kebaikan untuk kebaikan dan tidak ada jalan kejahatan yang menuju pada kebaikan. Selain dari itu hal yang harus diingat adalah, dunia ini penuh dengan tipu daya, disinilah kemudian manusia diuji untuk melewatinya. (Lihat pusii judul, Si bahlul ingin jadi raja).

Lima bagian tersebut di diikat dengan satu esensi yaitu menuju Tuhan, bersama Tuhan, kembali turun ke bumi dengan Tuhan dan di bumi atas nama Tuhan. Maka itulah sebenarnya inti misi kehidupan manusia, yaitu menjadi pengatur dunia (khalifah fi al-ardi) dan hamba Allah (ibadurrahman).

***

Kehadiran ide si Bahlul ala Eka Hendry ini dalam konteks keremangan antara fakta dan imajinasi di era kebangkitan teknologi dirasa cukup relevan untuk mengatasi berbagai persoalan, khususnya persoalan eksistensi diri. Kondisi manusia yang selalu tidak dapat dipisahkan dengan produk-produk mekanis telah mengurangi sisi otentisitas eksistensi dirinya, bahkan cenderung menjadi bayang-bayang dari syahwat-syahwat global yang bermetamorfosa lewat proses diffusi. Dalam terminilogi sosiologi modern, proses diffusi merupakan transformasi sosial yang sebenarnya tidak diinginkan oleh masyarakat tertentu namun terpaksa terjadi akibat kendali-kendali dan ketergantungan terhadap teknologi. Hadirlah situasi orang miskin mencerminkan orang kaya, orang Indonesia bergaya ala Eropa dan perubahan-perubahan tidak lazim lainnya.

Tawaran si Bahlul dengan lima komponennya merupakan ajakan yang santun dan cukup layak untuk dilirik, namun tentu semuanya tergantung pada kita, apakah akan tetap membiarkan "aku" sebagai diri yang hilang dari kita, atau menemukannya kembali menjadi bagian dari diri kita. Semua ada pada pilihan kita masing-masing.

sumber: Dok.Pribadi
sumber: Dok.Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun