Usia menua, rimba dalam kepala kian rimbun.
Akar menjulur dalam tanah, pucuk menengadah langit, daun jatuh dan terhempas.
Dulu ia serupa ladang, dirawat tani saban hari di dalam dua musim.
Musim dalam dua mata, mata yang berair datang, mata yang menangis pulang.
Sebab ladang bersarang babi; beranak-pinak, menjadi komunitas menjarah,
ladang berbuah racun, menjadi rimba: rimba dalam kepala tani.
Usia menua, merusak sel-sel otak seperti hama, seperti endusan babi liar,Â
menyeringai tatkala berpapasan dengan anjing, padahal keduanya terkutuk dalam mushaf.
Tani mengukur bayang waktu, saban petang ia bermenung, saban malam ia merangkul bayang, tatkala pagi ia meratap diri menua, usia, kenangan, penyesalan.
Ia bersua dengan petani muda yang baru turun dari tangga rumah kolong,
mengucek mata sebab kantuk bergadang malam, bekul matanya, sirah bijinya, hitam cengkuk kelopaknya, kabur pandangannya.