Mohon tunggu...
Acet Asrival
Acet Asrival Mohon Tunggu... Guru - Guru

www.berandaedukasi.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Persuaan Dua Telapak

6 Agustus 2018   13:44 Diperbarui: 6 Agustus 2018   13:59 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku terjebak dalam dilema panjang antara terus mencintaimu dan melepaskanmu. Sungguh ini adalah pilihan terumit dari perjalanan langkah di kota ini. Aku lebih suka kesendirian daripada harus berpikir tentang perempuan-perempuan di kota ini.

Mencintaimu adalah caraku menjalani hari-hari, setelah kian lama aku memilih sendiri dalam hayalan dan imajinasi. Aku hanya berteman dengan seonggok bayang tubuh yang kucupitakan dalam kehiningan malam, saat hujan turun di Oktober ini. 

Ia yang selalu mendengar cerita-cerita tentang kita. Tapi kini aku telah kehilangan cara untuk kembali bercerita padanya. Sejak kuputuskan untuk bersamamu, aku telah melupakan bayangan diriku sendiri. Ia telah tiada seiring aku melupakan diriku sendiri.

Apakah aku salah memilihmu menjadi kekasih? Setelah kita sama-sama memahami perasaan di hati? Apakah tiada tempat bagiku kemudian hari untuk bersamamu? Sungguh aku ingin berjuang dalam penantian itu. Dan kau tahu, aku mulai sadar ketika prinsip kita berbeda dan kau memilih untuk kembali ke kampung halaman dan meninggalkanku sendiri di waktu yang ditentukan nanti.     

Sebenarnya aku tidak menyoalkan seberapa lama aku akan menunggu dan serumit apa nanti aku akan datang ke rumahmu. Tapi aku perlu tahu kenapa kau memutuskan dan mejaga jarak agar tidak sedekat dulu. Setelah kau ajari aku cara bermimpi, kemudian kau paksa aku untuk kembali. Bukankah itu adalah hal yang sulit kulakuan?

Percayalalah, bahwa aku tidak semudah itu untuk pergi. Banyak mimpi yang telah kurangkai dalam sebuah sketsa, yang selalu kupajang di dinding kamar dan kupandangi sebelum terlelap. Itu adalah tentang persuaan kita di kota ini.

Apakah aku akan kembali sebelum aku mewujudkan impianku itu?. Aku sungguh tidak tahu cara untuk menghibur hati. Kadangkala aku harus diam, bergumam, dan menjadi seseorang yang kehilangan cara untuk sekadar tersenyum.

***

Itu terakhir kali aku mendengar cerita lelaki itu. Lelaki yang mencintai seorang perempuan. Lelaki yang tidak akan mengharapkan apa-apa pada perempaun. 

Aku adalah seonggok bayangan dari dalam dirinya. Berharap menjadi perempuan yang mengerti akan perasaannya, tapi rantau dan persuaan dua telapak dia dan perempuan itu, membuat aku kehilangan cara untuk menjadi bayangan. Aku telah mengutuk diriku agar membiarkan ia sendiri dan sendiri.

Padang, 28-11- 2017 [untuk seorang kawan]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun