Mohon tunggu...
Acet Asrival
Acet Asrival Mohon Tunggu... Guru - Guru

www.berandaedukasi.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hujan Pukul Tujuh

6 Agustus 2018   06:28 Diperbarui: 6 Agustus 2018   07:09 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: picjumbo.com

T, sebelum hati kubuka,

aku telah menyimpan luka. Sangat perih.

Disalib atas penderitaan sendiri.

Hujan pukul tujuh adalah saksinya.

Ia mengalir memberi kabar padamu,

kau tak berada di rumah kala itu.

Rumahmu sepi

pohon rebah menutupi pagar berkarat

pagar yang dibuat Abahmu

sebelum maut menjemput.

aku tak sempat izin.

Angin membawa kabar duka,

simpang-siur tanpa sebab hujan akan datang

aku menyimpan luka itu

luka yang dijahit ibuku dari pasar rabaa,

ibu pulang dengan jeritan si bungsu.

ia tak tahu apa-apa.

Sebelum hati terbuka lebar

kau terlebih dahulu mengintip luka yang menganga

sebagian luka itu telah dijahit ibu

terkelupas seperti terkelupas bawang merah di depan mata.

sangat perih.

Hujan pukul tujuh dulu turun

sebelum air mataku membawa kabar duka

ia mengalir menuju rumahmu

sedang di halaman itu, kau mengenakan kebaya sirah

sirah mataku menahan marah.

#Akura 14

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun