Bencana Tsunami yang telah terjadi belasan tahun memang telah berlalu, namun kini menyisakan pembelajaran yang sangat berharga baik setiap orang baik itu Aceh, Indonesia maupun Dunia. Salah satunya adalah dimana terlahirnya Hyogo Framework yang lahir pada tahun 2005, yang kini terbaru di berlakukan adalah Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030 dan begitu pula di terbitkan undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang bencana di Indonesia.
Serangkaian bencana yang terjadi di awal tahun 2017 menjadi peringatan dini bagi masyarakat maupun pemerintah dalam mensosialisasikan terkait kesiapsiagaan terhadap bencana. Dimana BNPB mencatat selama tahun 2017 telah terjadi 654 bencana di seluruh Indonesia dan Dampak yang ditimbulkan 61 jiwa meninggal dan hilang, 174 orang luka dan 584.173 jiwa menderita dan mengungsi (sumber : BNPB: Terjadi 654 Bencana Alam Sepanjang 2017).
Sekolah Salah Satu Lembaga Kesiapsiagan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menjadi ujung tombak dalam perkembangan maupun membentuk karakter pada anak-anak bagi itu tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP ( Sekolah Menengah Pertama) maupun SMA ( Sekolah Menengah Atas). Nah, apabila anak-anak ini diberikan porsi yang lebih terkait pendidikan bencana maka dengan sendirinya anak-anak tersebut akan terbentuk karakter dan sikap kesiapsiagaan yang lebih tinggi dalam menghadapi bencana di kemudian hari.
" kalau gempa, guru disini lebih mengarahkan siswa untuk berkumpul di lapangan sembari menunggu goncangan gempa reda" ujar Kepala Sekolah di sela-sela diskusi.
" Alhamdulillah, sekolah kita juga dilengkapi dengan peta jalur evakuasi bila memang terjadi bencana tsunami. " tambah Kepala Sekolah.
Sekolah SD Negeri 48 Deah Geulumpang Kec. Meuraxa juga dilengkapi dengan jalur evakuasi yang telah terpasang di dinding sekolah.
Selain itu, sekolah telah menanamkan sikap maupun karakter terhadap siswa agar bisa beradaptasi kala bencana terjadi. Siswa yang telah diberikan pengetahuan terkait bencana ini, diharapkan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa menciptakan masyarakat yang tangguh terhadap bencana.
Kebencanaan Diharapkan Masuk Kurikulum Pendidikan
Pernyataan di atas memang benar dan saya sangat mendukung pemerintah untuk memasukan kebencanaan kedalam kurikulum pendidikan. Mengingat belum semua sekolah mnerapkan kebencanaan dalam kurikulum pembelajaran, sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap pentingnya pengetahuan kebencanaan terhadap siswa-siswa baik itu tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) , karena mereka adalah penerus bangsa kedepan sehingga mereka mampu menciptakan bangsa Indonesia menjadi Negara yang tangguh dalam menghadapi bencana.
Merubah Paradigma Penanggulangan Bencana
Paradigma lama dalam penanggulangan bencana adalah dengan menggunakan pendekatan manajemen krisis dimana manajemen krisis lebih menekankan penanganan pada saat dan setelah terjadinya bencana (disaster responses).
Nah, dengan mengubah paradigma baru dimana paradigma baru itu lebih mengutamakan pada mengurangi korban jiwa dan harta benda maka perlu penanganan sebelum bencana melalui pendekatan manajemen risiko melalui upaya-upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Manajemen risiko sendiri pada hakikatnya adalah menangani bencana mulai dari sebelum, sesaat, hingga sesudah terjadinya bencana sehingga menjadikan masyarakat yang tangguh.
Namun untuk mengubah dari paradigma lama ke paradigma baru memang tidak mudah harus melalui tahapan-tahapan maupun rintangan dalam penyampaian pentingnya pengetahuan kebencanaan ini. Sehingga di perlukannya peran sekolah dalam hal ini untuk menyampaikan pesan-pesan penting melalui proses pembelajaran di kelas. Dimana guru maupun pihak sekolah dapat memberikan secara eksklusif terkait pendidikan kebencanaan ini, apa bila pendidikan kebencanaan dimasukan dalam kurikulum pendidikan maka akan bersifat continue dalam kehidupan sehari-hari siswa maupun masyarakat.
Dengan adanya continue di tambah dengan penerapan simulasi atau drill maka akan menjadi budaya tanggap bencana, karena selain menjadikan masyarakat tangguh dalam menghadapi bencana masyarakat maupun siswa akan ikut menjaga kelestarian alam dan lingkungannya.
Semoga pemerintah Indonesia maupun Daerah mau memberikan perhatian lebih terhadap permasalah kebencanaan ini.
***
Potret Siswa SD Negeri Kajhu Larut dalam Kegembiraan bersama Mahasiswa JISI-MIS
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H