Mohon tunggu...
RM TPA II
RM TPA II Mohon Tunggu... Eks, Mahasiswa -

S1 Pendidikan Matematika Unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesiapsiagaan Sekolah dalam Menghadapi Bencana

12 Maret 2017   16:50 Diperbarui: 13 Maret 2017   04:00 3721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Mahasiswa JISI-MIS dan Hibeuna bersama Kepala Sekolah dan Siswa SD N Kajhu (sumber: foto pribadi)

Bencana Tsunami yang telah terjadi belasan tahun memang telah berlalu, namun kini menyisakan pembelajaran yang sangat berharga baik setiap orang baik itu Aceh, Indonesia maupun Dunia. Salah satunya adalah dimana terlahirnya Hyogo Framework yang lahir pada tahun 2005, yang kini terbaru di berlakukan adalah Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030 dan begitu pula di terbitkan undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang bencana di Indonesia.

Peta Indeks Rawan Bencana di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (sumber : geospasial.bnpb)
Peta Indeks Rawan Bencana di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (sumber : geospasial.bnpb)
Terlepas dari itu ada hal penting yang seharusnya menjadi perhatian, yaitu bagaimana menciptakan kesiapsiagaan dalam menghadapi maupun beradaptasi dengan bencana tersebut. Aceh termasuk kedalam kawasan rawan terhadap bencana, untuk itu kita harus mampu menciptakan diri dan belajar untuk meningkatan pengetahuan terhadap bencana sehingga dapat mengurangi korban jiwa.

Serangkaian bencana yang terjadi di awal tahun 2017 menjadi peringatan dini bagi masyarakat maupun pemerintah dalam mensosialisasikan terkait kesiapsiagaan terhadap bencana. Dimana BNPB mencatat selama tahun 2017 telah terjadi 654 bencana di seluruh Indonesia dan Dampak yang ditimbulkan 61 jiwa meninggal dan hilang, 174 orang luka dan 584.173 jiwa menderita dan mengungsi (sumber : BNPB: Terjadi 654 Bencana Alam Sepanjang 2017).

Sekolah Salah Satu Lembaga Kesiapsiagan

Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menjadi ujung tombak dalam perkembangan maupun membentuk karakter pada anak-anak bagi itu tingkat SD (Sekolah Dasar), SMP ( Sekolah Menengah Pertama) maupun SMA ( Sekolah Menengah Atas). Nah, apabila anak-anak ini diberikan porsi yang lebih terkait pendidikan bencana maka dengan sendirinya anak-anak tersebut akan terbentuk karakter dan sikap kesiapsiagaan yang lebih tinggi dalam menghadapi bencana di kemudian hari.

Mahasiswa JISI-MIS dan Hibeuna Berdiskusi dengan Guru SD 48 Deah Geulumpang (sumber : Foto Pribadi)
Mahasiswa JISI-MIS dan Hibeuna Berdiskusi dengan Guru SD 48 Deah Geulumpang (sumber : Foto Pribadi)
Seperti halnya yang penulis dapatkan pada saat melakukan kunjungan ke Sekolah SD Negeri Kajhu dan Sekolah SD 48 Deah Geulumpang Kec. Meuraxa bersama Mahasiswa JISI-MIS. Dalam kunjungan sekaligus berdiskusi dengan pihak sekolah ini, kami memperoleh banyak informasi terkait kesiapsiagan kedua sekolah ini dalam menghadapi bencana.

Suasana Diskusi dengan Pihak Sekolah SD Negeri Kajhu (sumber : foto pribadi)
Suasana Diskusi dengan Pihak Sekolah SD Negeri Kajhu (sumber : foto pribadi)
Salah satunya adalah apa bila tiba-tiba terjadi goncangan gempa, guru mengarahkan para siswa untuk berkumpul di lapangan sembari mengurangi rasa kepanikan siswa.

" kalau gempa, guru disini lebih mengarahkan siswa untuk berkumpul di lapangan sembari menunggu goncangan gempa reda" ujar Kepala Sekolah di sela-sela diskusi.

" Alhamdulillah, sekolah kita juga dilengkapi dengan peta jalur evakuasi bila memang terjadi bencana tsunami. " tambah Kepala Sekolah.

SD Negeri Kajhu sudah di lengkapi dengan Denah Evakuasi (sumber : foto pribadi)
SD Negeri Kajhu sudah di lengkapi dengan Denah Evakuasi (sumber : foto pribadi)
Hal ini juga kami temukan ketika berkunjung ke Sekolah SD Negeri 48 Deah Geulumpang Kec. Meuraxa, sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang menjadi korban keganasan Tsunami. 

Genta, Salah Satu Mahasiswa JISI-MIS sedang mengamati Disaster Education Laborator (sumber : foto pribadi)
Genta, Salah Satu Mahasiswa JISI-MIS sedang mengamati Disaster Education Laborator (sumber : foto pribadi)
Di Sekolah SD Negeri 48 Deah Geulumpang Kec. Meuraxa terdapat ruangan khusus bagi para siswa untuk mempelajari tentang bencana yang disebut Disaster Education Laborator. Di ruangan ini dilengkapi dengan buku-buku maupun poster mitigasi bencana sehingga siswa-siswa bisa belajar dan memahami bagaimana cara melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan dengan baik dan benar sesuai bencana yang terjadi.

Sekolah SD Negeri 48 Deah Geulumpang Kec. Meuraxa juga dilengkapi dengan jalur evakuasi yang telah terpasang di dinding sekolah.

Jalur Evakuasi yang terpasang di dinding sekolah (sumber: foto pribadi).
Jalur Evakuasi yang terpasang di dinding sekolah (sumber: foto pribadi).
Melihat kedua sekolah baik itu Sekolah SD Negeri 48 Deah Geulumpang Kec. Meuraxa maupun SD Negeri Kajhu yang telah menerapkan kesiapsiagaan maupun mitigasi bencana pada proses pembelajaran terhadap siswanya sehingga sekolah tersebut telah menciptakan pengurangan risiko bencana sejak dini. 

Selain itu, sekolah telah menanamkan sikap maupun karakter terhadap siswa agar bisa beradaptasi kala bencana terjadi. Siswa yang telah diberikan pengetahuan terkait bencana ini, diharapkan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa menciptakan masyarakat yang tangguh terhadap bencana.

Kebencanaan Diharapkan Masuk Kurikulum Pendidikan

Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia 2012 (sumber : geospasial.bnpb)
Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia 2012 (sumber : geospasial.bnpb)
"Diharapkan ke depan kebencanaan masuk dalam kurikulum pendidikan, karena Indonesia termasuk dalam wilayah sumber bencana alam," kata Sarwidi, Sabtu (5/3). (sumber :Kebencanaan Diharapkan Masuk Kurikulum Pendidikan).

Pernyataan di atas memang benar dan saya sangat mendukung pemerintah untuk memasukan kebencanaan kedalam kurikulum pendidikan. Mengingat belum semua sekolah mnerapkan kebencanaan dalam kurikulum pembelajaran, sudah seharusnya pemerintah memberikan perhatian lebih terhadap pentingnya pengetahuan kebencanaan terhadap siswa-siswa baik itu tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) , karena mereka adalah penerus bangsa kedepan sehingga mereka mampu menciptakan bangsa Indonesia menjadi Negara yang tangguh dalam menghadapi bencana.

Merubah Paradigma Penanggulangan Bencana

Paradigma lama dalam penanggulangan bencana adalah dengan menggunakan pendekatan manajemen krisis dimana manajemen krisis lebih menekankan penanganan pada saat dan setelah terjadinya bencana (disaster responses).

Nah, dengan mengubah paradigma baru dimana paradigma baru itu lebih mengutamakan pada mengurangi korban jiwa dan harta benda maka perlu penanganan sebelum bencana melalui pendekatan manajemen risiko melalui upaya-upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan. Manajemen risiko sendiri pada hakikatnya adalah menangani bencana mulai dari sebelum, sesaat, hingga sesudah terjadinya bencana sehingga menjadikan masyarakat yang tangguh.

Namun untuk mengubah dari paradigma lama ke paradigma baru memang tidak mudah harus melalui tahapan-tahapan maupun rintangan dalam penyampaian pentingnya pengetahuan kebencanaan ini. Sehingga di perlukannya peran sekolah dalam hal ini untuk menyampaikan pesan-pesan penting melalui proses pembelajaran di kelas. Dimana guru maupun pihak sekolah dapat memberikan secara eksklusif terkait pendidikan kebencanaan ini, apa bila pendidikan kebencanaan dimasukan dalam kurikulum pendidikan maka akan bersifat continue dalam kehidupan sehari-hari siswa maupun masyarakat.

Dengan adanya continue di tambah dengan penerapan simulasi atau drill maka akan menjadi budaya tanggap bencana, karena selain menjadikan masyarakat tangguh dalam menghadapi bencana masyarakat maupun siswa akan ikut menjaga kelestarian alam dan lingkungannya.

Semoga pemerintah Indonesia maupun Daerah mau memberikan perhatian lebih terhadap permasalah kebencanaan ini.

***

Potret Siswa SD Negeri Kajhu Larut dalam Kegembiraan bersama Mahasiswa JISI-MIS

Yumi, salah Satu Member JISI-MIS bersama Anak-anak SD Negeri Kajhu
Yumi, salah Satu Member JISI-MIS bersama Anak-anak SD Negeri Kajhu
Potret Kebersamaan Guru SD Negeri 48 dengan Mahasiswa JISI-MIS dan Hibeuna

img-20170311-121106-58c51917517a616c571b7803.jpg
img-20170311-121106-58c51917517a616c571b7803.jpg
***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun