Mohon tunggu...
RM TPA II
RM TPA II Mohon Tunggu... Eks, Mahasiswa -

S1 Pendidikan Matematika Unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Suka atau Tidak Pengetahuan Bencana Itu Penting!

31 Oktober 2016   21:46 Diperbarui: 1 November 2016   21:10 1215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses dari Pengetahuan menjadi Pribadi Masyarakat yang Hidup berdampingan dengan Bencana

Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologis dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam perekonomian sekaligus juga rawan dengan bencana.

Peta Risiko Bencana Aceh
Peta Risiko Bencana Aceh
Secara geologis, Indonesia terletak pada 3 (tiga) lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik yang membuat Indonesia kaya dengan cadangan mineral sekaligus mempunyai dinamika geologis yang sangat dinamis yang mengakibatkan potensi bencana gempa, tsunami dan gerakan tanah/longsor. 

Selain itu, Indonesia mempunyai banyak gunung api aktif yang sewaktu-waktu dapat meletus. (Perka BNPB Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana).

Proses dari Pengetahuan menjadi Pribadi Masyarakat yang Hidup berdampingan dengan Bencana
Proses dari Pengetahuan menjadi Pribadi Masyarakat yang Hidup berdampingan dengan Bencana
Gambar tersebut menjelaskan bahwa bagaimana dari proses pengetahuan menjadi resilience, di mana dengan adanya pengetahuan yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat tahu apa itu bencana, apa itu risiko bencana dan tahu bagaimana cara pengurangan risiko bencana itu sendiri. Berbekal dari adanya pengetahuan itu, masyarakat bisa untuk mencapai tingkatan ketahanan dan hidup berdampingan dengan bencana.

Nah, tujuan dari pengetahuan bencana dan simulasi yang telah dilakukan sejauh ini adalah agar masyarakat mampu mengimplementasikan segala bentuk kehidupan yang sesuai dengan pengurangan risiko bencana itu sendiri.

Peran Pemerintah

Siklus Manajemen Bencana
Siklus Manajemen Bencana
Kenapa saya memasukkan peran pemerintah paling pertama, karena sejauh ini terlihat kurangnya konsistensi dari peran pemerintah itu sendiri dalam penanggulangan bencana atau pengurangan risiko bencana. Seperti halnya dalam Pilkada di Aceh mendatang ini, tak ada satu pun dari calon pemimpin baik itu tingkat walikota, bupati maupun gubernur yang memasukkan visi dan misinya tentang pengurangan risiko bencana itu sendiri. 

Padahal Aceh merupakan salah satu daerah yang dengan tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana, baik itu Kota Banda Aceh, Aceh Besar termasuk kawasan Aceh bagian Barat Selatan maupun kawasan Aceh bagian Timur.

Peran Pemimpin sangatlah penting dalam hal merubah mainset dari masyarakat yang ada dalam wilayahnya tersebut. Sejauh ini Pemerintah hanya turun ketika pasca bencana saja, namun selebihnya adalah simulasi atau drill tanpa bersifat continue dari program tersebut. 

Sejauh ini Kota Banda Aceh telah membangun 5 (lima) Escape Building yang terletak di kawasan Kecamatan Meuraxa. Hal tersebut adalah sesuatu langkah yang positif mengingat kawasan Kecamatan Meuraxa termasuk daerah yang mengalami kerusakan dan kerawan tingkat tinggi pada saat peristiwa Tsunami 2004 silam.

Seharusnya pemerintah turut andil dalam mempersiapkan sebelum, saat dan sesudah bencana. Bukan hanya bertindak setelah bencana saja, dengan peran aktif pemerintah itu sendiri. Tatanan Kota maupun pembangunan yang dilakukan di daerah-daerah yang rawan terhadap bencana sudah semestinya mengikuti aturan atau kaidah terhadap pengurangan risiko bencana itu sendiri.

Peran Masyarakat

Framework For Disaster Risk Reduction ( Sumber : ISDR global of disaster reduction, 2002)
Framework For Disaster Risk Reduction ( Sumber : ISDR global of disaster reduction, 2002)
Pertanyaannya adalah apakah cukup dengan pembangunan Escape Building saja? Jawabannya adalah tentu tidak, karena bencana itu tidak berhenti begitu saja. Tsunami 2004 bukanlah tsunami pertama yang terjadi di Aceh. Namun, tsunami yang terjadi 2004 silam adalah tsunami yang terjadi dengan skala perulangan waktu, perulangan waktu ini bisa mencapai ratusan tahun lamanya.

Apakah umur kita akan sampai pada ratusan tahun tersebut? Jawabannya adalah tidak. Nah mengingat umur kita yang tak sampai ratusan tahun tersebut, maka sangatlah penting yang dinamakan menjaga dan meneruskan “Kearifan Lokal”. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun