Mohon tunggu...
RM TPA II
RM TPA II Mohon Tunggu... Eks, Mahasiswa -

S1 Pendidikan Matematika Unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sudah Tepatkah Reshuffle Kabinet Kerja?

31 Mei 2016   01:15 Diperbarui: 31 Mei 2016   22:34 1585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yohana Yembise, Menteri PPAI ( Sumber : antaranews.com)

Pada statement beliau menyatakan bahwa  di saat peristiwa itu terjadi, lanjut dia, orang tua Yuyun sedang berada di kebun. "Pertanyaannya, sudah berapa lama anaknya perempuan dengan kembarannya ditinggal dan bagaimana mau memperhatikan kedua anak itu?" ujar Yohana.

Ketika kita berbicara beliau seorang Ibu, maka pantaskah komentar atau statement beliau seperti itu pada kasus Yuyun? Bila secara logika, tidak pantaslah seorang Ibu atau pun seorang wanita apa lagi menjabat sebagai Menteri PPAI berstatement seperti itu. Seorang Menteri menyalahkan orang tua korban bukan malah menyalahkan orang tua si pelaku.

Seharusnya Menteri menyalahkan atau memberikan nasihat dan arahan kepada orang tua si pelaku, yang jelas-jelas anak mereka telah terpengaruh oleh konten-konten berbau pornografi. Pengawasan orang tua seharusnya lebih tepat kepada orang tua si pelaku bukan kepada orang tua si korban, dengan alasan mengatakan "Orang Tua si korban terlalu lama di kebun."

Bila orang tua si korban tidak bekerja, dari mana mencukupi kebutuhan sehari-hari. Keluarga Yuyun berasal dari golongan masyarakat menengah ke bawah yang tak seperti kehidupan menteri, yang harus bekerja banting tulang untuk menafkahi keluarganya. Bila menteri hanya masuk kantor absen, terus jalan sana sini buat rapat di sana sini masuk duitnya sekian juta atau malahan ratusan juta. 

Yohana Yembise, Salah Satu Menteri dengan Rapor Merah

Berdasarkan studi kualitatif terhadap kinerja kerja menteri-menteri Kabinet Kerja selama satu tahun, Setara Institute menemukan bahwa kinerja menteri pada masa pemerintahan Jokowi dan JK adalah sebagai berikut :

Sumber penelitian berasal sejumlah dokumen dan pemberitaan media. Termasuk yang utama membandingkan antara perencanaan kementerian dengan capaian kinerja setelah satu tahun masa jabatan. Laporan ini memperlakukan metodologi yang sama untuk mengkaji kinerja menteri-menteri yang menjabat belakangan, hasil reshuffle I pada 12 Agustus 2015 lalu.

“Berdasarkan hasil studi Setara terhadap indikator-indikator kinerja menteri, kami menilai Menteri Susi kinerjanya terbaik di antara para menteri lain. Menteri Susi mendapat nilai dengan skor 8,29,” ujar peneliti Setara Ismail Hasani di Kantor Setera Institute, Benhil, Jakarta, Minggu (15/11/15).

Selain Susi, kata Ismail masih ada sembilan menteri yang lain yang kinerjanya baik menurut Setara Institute. Kesembilan menteri tersebut adalah Tjahjo Kumolo (8), Ferry Mursyidan Baldan (7,86), Anies Baswedan (7,57), Yuddy Chrisnandi (7,29), Pramono Anung (7,29), Lukman Hakim (7,14), Retno Marsudi (7,14), Marwan Jafar (7), dan Hanif Dakiri (6,86).

“Menteri yang berlatar belakang non-parpol seperti Susi, Anis Baswedan, dan Retno LP Marsudi membukukan skor tinggi utamanya ditopang oleh variabel kompetensi dan kepemimpinan. Meskipun minim dukungan politik, menteri-menteri tersebut mampu menjalankan tugasnya dengan baik,” jelas Ismail.

Sementara, tujuh menteri terbaik lain merupakan menteri yang berasal dari kalangan parpol. Selain menunjukkan kinerja yang baik, ketujuh menteri tidak berkontribusi menimbulkan kegaduhan politik yang mengganggu dinamika kinerja kabinet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun