Emang betul kata temen gue itu.. "Solo traveling is a unique experience. And many orang indo just takut mencoba." Dia sendiri aja umur 17 dari Jerman ke Denmark & Sweden pas summer holiday. Umur 19 ke sini. Yaaa gue udah 28 udah lebih dari cukup lah umurnya untuk solo traveling. Untuk orang Indonesia mungkin solo traveling, cewek pula, kedengarannya cukup asing.
Mungkin bisa dikatain aneh. Tapi nilai2 selama lo solo traveling yang lo dapetin mungkin ga pernah mereka punya. Gimana lo bisa mandiri dan survive di negara orang. Ga semua orang bisa mengerti atau mau mengerti dan itu bukan masalah.
Gue juga jadi belajar budaya baru dan gue sangat kagum dengan Singapore. Terlihat betul perbedaannya bila dibandingkan dengan keadaan negara kita. Kapan ya Indonesia bisa jadi kayak Singapore? Kalau bandingin Indonesia sama Singapore kayaknya gue kurang cocok karena Singapore hanya seluas Jakarta (kurang lebih) dan kalau Indonesia kan luasnya berkali-kali lipat. Pasti punya permasalahan yang jauh lebih kompleks lah ya.. Ok lah.. Bagaimana kalau kita bandingkan ibu kota negara kita saja dengan Singapore yang luasnya beda tipis?
Selama di sana itu rasa-rasanya gue ga lihat asap knalpot. Motor tuh jarang banget. Kebanyakan orangnya kalau ga jalan kaki, naik sepeda atau naik bus dan MRT. Gue ga ketemu macet. Jalan kaki pun jadi nyaman di sana. Gue di sana banyak jalan kaki, eh pulang2 nimbang berat badan eh turun hampir 2kg. Mantab lah.. Hahaha
Kalau dilihat-lihat juga sepertinya mindset orang-orang di sana dan orang-orang di sini beda jauh ya.. Gue suka bagaimana mereka dari anak-anak yang masih muda sudah bekerja di tempat-tempat wisatanya, para lansianya aja juga pada kerja dong di airport.
Gue jadi pengen tau angka pengangguran di Singapore berapa. Dan gue juga jadi penasaran mau tau angka kecelakaan di sana berapa banyak karena gue lihat cara berkendara mereka sangat beda jauh sama negara kita. Di sana gue cuman sempet denger sekali orang ngeklakson.
Kalau di sini? Jangan ditanya... Klakson-klakson pada enteng banget tangannya. Di sana? Rasanya orang berkendara itu saling pengertian. Pengendara mobil ke pejalan kaki juga ga arogan. Justru mereka ngasih jalan ke yang pejalan kaki. Di sini? Jawab sendiri deh.. Para pejalan kaki di sana juga tau aturan sih.. Setiap lampu merah ya berarti ada jalan untuk mereka menyebrang. Kalau di sini sih udah mau nyebrang di lampu merah juga tetep aja mau diseruduk.
Mindset orang-orangnya juga sepertinya berbeda. Ga kepoan. Respect ke orang. Mereka juga produktif dan gue rasa Indonesia harus banyak belajar dari Singapore. Memang sih belajar bisa dari mana aja. Berhubung gue dari sana jadi ya gue pikir Singapore bisa menjadi salah satu contoh negara yang bisa kita pelajari karena ada begitu banyak nilai positif yang mereka miliki.
Terakhir yang gue mau share... Untuk segala sesuatu akan ada waktunya bagi masing-masing kita. Ada anak-anak yang dari kecil udah bisa pergi ke luar negeri. Ada juga yang sudah tua (kayak gue misalkan.. hahaha) baru bisa menginjakkan kakinya ke luar negeri.
Dan gue jadi paham bahwa memang waktu setiap orang itu berbeda. Iri rasanya ga perlu banget karena untuk setiap hal atas setiap orang pasti akan ada waktunya dan nyinyir pun juga ga bagus sebenernya buat kesehatan mental lo. Kepo hanya untuk nge-gosip juga rasanya ga baik juga ya.. Sekian dan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H