Mohon tunggu...
Marcha Latupeirissa
Marcha Latupeirissa Mohon Tunggu... Administrasi - The Special One • Indonesian • 👩💟🎶🎤🎧🎬🎥📝📱📷🌌

The Special One • Indonesian • 👩💟🎶🎤🎧🎬🎥📝📱📷🌌

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Akan Ada Waktunya bagi Setiap Orang

1 April 2018   22:41 Diperbarui: 1 April 2018   23:01 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


Jadi seorang solo traveler adalah cita-cita yang terpendam cukup lama untuk gue pribadi karena keterbatasan banyak hal dan dengan alasan beberapa hal. Thank God akhirnya bisa kesampean... Ya, gue baru aja menyelesaikan solo project gue untuk solo traveling di hari ulang tahun gue beberapa hari yang lalu. Well, apa sih yang harus gue lakukan sebelum gue mati kalau bukan ngejar apa yang gue impikan selagi gue masih hidup?

Untuk solo project kali ini sengaja gue ga share ke banyak orang sebelum gue berangkat. Takut dikira sombong padahal ke Singapore doang yang notabene dekat sekali dengan Indonesia dan udah banyak lah pasti orang kita yang pergi ke sana. Dan lagi gue pribadi punya pandangan kalau ngumbar-ngumbar itu kayak ngedahuluin kehendak Tuhan rasanya. 

Dari mulut ini yang suka ga tahan untuk share, gue jadi belajar tutup mulut dan share hanya ke sedikit sekali orang sebelum gue berangkat. Pas gue di sana pun gue cuman kasih tau ke beberapa orang saja. 

Beberapa hal yang jadi pertimbangan gue untuk tidak memberitahukan ke banyak orang atau share di sosmed sebelumnya dan selama di sana salah satunya karena alasan keamanan. Sebelum gue mulai solo project ini gue prepare cukup lama tentunya dan gue juga harus googling tips2 untuk jadi seorang solo traveler.

Jadi dari akhir tahun lalu gue share ke seorang teman baik yang ketika gue ungkapkan keinginan gue untuk solo traveling dia langsung dukung gue 100%. Dan ketika gue tunjuk Singapore sebagai negara pertama untuk gue datangi dia juga setuju karena menurut dia Singapore adalah negara yang aman untuk seorang solo traveler wanita. Terbukti sih selama gue di sana ga ada tuh kejadian aneh atau kehilangan barang.

Kenapa gue pilih berangkat waktu ulang tahun gue? Yah toh pas ultah gue so far juga ada aja yang luar biasanya. Kejadian 4 tahun lalu lah.. So kali ini kenapa gue ga buat lagi aja.. And somebody said, "good timing" well, i think so buddy.

Karena keterbatasan dana pun gue memilih hostel ketimbang hotel karena jauh lebih murah. Nanti gue bakal share videonya di IG gue. Tempatnya keren, recomended! Murah tapi ga murahan.

Ini pengalaman pertama gue juga untuk bermalam di hostel. Jujur sebelumnya agak takut. Tapi ternyata ga seseram yang dibayangkan. Tiba-tiba lagi blow rambut di toilet ada yang masuk nanya lah minta rekomendasi gue baju mana yang lebih formal. 

Atau ada cowok bule yang tiba-tiba duduk semeja pas sarapan. Macem2! Pas baru pertama naik MRT terus ada yang nanya karena mungkin dipikir gue orang Singapore dan ternyata sama-sama turis tapi dia dari Taiwan bareng teman-temannya banyakan dan kita ngobrol cukup seru juga waktu itu sampai tukeran account line. Seru deh!

Dari baca peta macam Dora dan kalau gue ga yakin daripada gue kesasar mending gue tanya orang sekitar gue. Dari anak muda sampai lansia, orang China atau orang India, gue samperin aja langsung. Tapi ada juga yang gue bisa cari tau sendiri cuman bermodalkan map. Gue pribadi selama di sana lebih suka MRT deh ketimbang bus karena MRT itu rutenya ga sebanyak bus. Tapi karena bus lebih banyak jadinya gue lebih banyak menggunakan bus sih di sana ketimbang MRT.

Untuk anak-anak muda yang mau coba solo traveling, ayo coba! Rasa penasaran lo harus lebih besar ketimbang rasa takut lo! Masalah bahasa? Ga usah terlalu khawatir juga sih menurut gue. Grammer bukan yang terpenting. Tapi kalau grammer lo bagus ya itu point plus sih. Yang penting pas lo ngomong dan mereka ngomong ya sama2 nyambung & ngerti aja.

Emang betul kata temen gue itu.. "Solo traveling is a unique experience. And many orang indo just takut mencoba." Dia sendiri aja umur 17 dari Jerman ke Denmark & Sweden pas summer holiday. Umur 19 ke sini. Yaaa gue udah 28 udah lebih dari cukup lah umurnya untuk solo traveling. Untuk orang Indonesia mungkin solo traveling, cewek pula, kedengarannya cukup asing. 

Mungkin bisa dikatain aneh. Tapi nilai2 selama lo solo traveling yang lo dapetin mungkin ga pernah mereka punya. Gimana lo bisa mandiri dan survive di negara orang. Ga semua orang bisa mengerti atau mau mengerti dan itu bukan masalah.

Gue juga jadi belajar budaya baru dan gue sangat kagum dengan Singapore. Terlihat betul perbedaannya bila dibandingkan dengan keadaan negara kita. Kapan ya Indonesia bisa jadi kayak Singapore? Kalau bandingin Indonesia sama Singapore kayaknya gue kurang cocok karena Singapore hanya seluas Jakarta (kurang lebih) dan kalau Indonesia kan luasnya berkali-kali lipat. Pasti punya permasalahan yang jauh lebih kompleks lah ya.. Ok lah.. Bagaimana kalau kita bandingkan ibu kota negara kita saja dengan Singapore yang luasnya beda tipis? 

Selama di sana itu rasa-rasanya gue ga lihat asap knalpot. Motor tuh jarang banget. Kebanyakan orangnya kalau ga jalan kaki, naik sepeda atau naik bus dan MRT. Gue ga ketemu macet. Jalan kaki pun jadi nyaman di sana. Gue di sana banyak jalan kaki, eh pulang2 nimbang berat badan eh turun hampir 2kg. Mantab lah.. Hahaha

Kalau dilihat-lihat juga sepertinya mindset orang-orang di sana dan orang-orang di sini beda jauh ya.. Gue suka bagaimana mereka dari anak-anak yang masih muda sudah bekerja di tempat-tempat wisatanya, para lansianya aja juga pada kerja dong di airport. 

Gue jadi pengen tau angka pengangguran di Singapore berapa. Dan gue juga jadi penasaran mau tau angka kecelakaan di sana berapa banyak karena gue lihat cara berkendara mereka sangat beda jauh sama negara kita. Di sana gue cuman sempet denger sekali orang ngeklakson. 

Kalau di sini? Jangan ditanya... Klakson-klakson pada enteng banget tangannya. Di sana? Rasanya orang berkendara itu saling pengertian. Pengendara mobil ke pejalan kaki juga ga arogan. Justru mereka ngasih jalan ke yang pejalan kaki. Di sini? Jawab sendiri deh.. Para pejalan kaki di sana juga tau aturan sih.. Setiap lampu merah ya berarti ada jalan untuk mereka menyebrang. Kalau di sini sih udah mau nyebrang di lampu merah juga tetep aja mau diseruduk.

Mindset orang-orangnya juga sepertinya berbeda. Ga kepoan. Respect ke orang. Mereka juga produktif dan gue rasa Indonesia harus banyak belajar dari Singapore. Memang sih belajar bisa dari mana aja. Berhubung gue dari sana jadi ya gue pikir Singapore bisa menjadi salah satu contoh negara yang bisa kita pelajari karena ada begitu banyak nilai positif yang mereka miliki.

Terakhir yang gue mau share... Untuk segala sesuatu akan ada waktunya bagi masing-masing kita. Ada anak-anak yang dari kecil udah bisa pergi ke luar negeri. Ada juga yang sudah tua (kayak gue misalkan.. hahaha) baru bisa menginjakkan kakinya ke luar negeri. 

Dan gue jadi paham bahwa memang waktu setiap orang itu berbeda. Iri rasanya ga perlu banget karena untuk setiap hal atas setiap orang pasti akan ada waktunya dan nyinyir pun juga ga bagus sebenernya buat kesehatan mental lo. Kepo hanya untuk nge-gosip juga rasanya ga baik juga ya.. Sekian dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun