Mohon tunggu...
Ahsan Azhar
Ahsan Azhar Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Bekerja paruh waktu sebagai nelayan. Kalau tidak sedang melaut, sehari-harinya bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Karena Menjadi Trio Bukanlah Pilihan; Sebuah Surat untuk Prabowo Subianto

17 Juli 2014   22:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:02 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang kadang lupa, bahwa mereka hadir di muka bumi dalam keadaan telanjang tanpa, meminjam istilah Leonard Cohen, A Manual for Living Defeat. Dalam otak manusia, menerima kekalahan itu not installed as a default setting, dan juga sulit untuk dipelajari. Apatah lagi, jika kekalahan tersebut adalah buah dari perjuangan selama bertahun-tahun. Saya sepenuhnya menaruh curiga terhadap orang seperti Mario Teguh beserta variannya mengambil terlalu banyak peran dalam membentuk cara berfikir motivator dadakan, para penulis surat itu.

Tapi, jangan risau. Itu semua tak perlu didengarkan Pak. Maju terus. Sebagai mantan aktivis, saya akan terus bertepuk tangan menyoraki di belakangmu. Eaa… eaaa…, begitu. Perlu diketahui, saya adalah mantan aktivis judi poker di facebook, makanya, berbicara empati, saya paham betul perihal perihnya kalah setelah all-in. Ya, sakitnya itu di situ *nunjuk dadamu. Saatnya sekarang kita gebrak meja. Kalau perlu kita bakar kasino. Dan jangan lupa untuk mengejawantahkan pesanmu: “Rampoklah kasino tetanggamu yang terbakar!”

Tidak ada lagi kesempatan. Tahun 2019 usiamu sudah terlalu tua untuk ikut kontes. Jangan sampai macan kehilangan kesempatan menguasai hutan. Karena menjadi trio bukanlah pilihan. Saya geli membayangkanmu mengenakan legging macan,  berdiri mengangkang sambil head banging di atas panggung dangdut. Makanya, satu-satunya hal yang kita butuhkan sekarang adalah KEMENANGAN. Jangan biarkan Machiavelli marah karena engkau hanya setengah hati menjalankan doktrinnya.

Sebelumnya, hari yang paling ditunggu-tunggu rakyat Indonesia adalah Rabu, 9 Juli. Tapi ternyata, setelah sore pada hari itu, urusan belum benar-benar selesai. Dada sakit yang tadi kita sama-sama tunjuk itu masih harus dag-dig-dug sampai tanggal 22. Saran saya, jangan berhenti. Bertarunglah Pak, gugat sampai ke MK. Kalau masih ada lagi di atas MK, gugat terus sampai sana.

Rakyat Indonesia sejatinya membutuhkan lebih banyak hiburan, demi menjaga agar fikiran tetap waras. Kami membutuhkan lelucon segar untuk ditertawakan. Orang-orang yang mengagungkan pertunjukan stand-up sebagai masa depan dunia komedi seharusnya minder melihat kenyataan berikut, siapa yang pernah menyangka bahwa sebenarnya ada pelawak yang mati suri dalam jiwa Fadli Zon, Ahmad Dhani, Fahri Hamzah dan Hatta Rajasa. Handphone, asbak, dan helm, Adipura-Kalpataru, situs berdomain wordpress, “Quick Qount”, sujud syukur, proposal lembaga survey delapan milyar, santri sinting, serta segala jenis meme yang dihasilkan dari kontestasi pilpres ini sungguh-sungguh sangatlah menghibur. Dan puncak dari semua lelucon tadi adalah ketika saya tanpa sengaja menemukan sebuah twit yang bernada menuduh, bahwa sebenarnya Sang Macan hanya menggunakan ajang pilpres kali ini sebagai modus untuk menggaet kembali hati Sang Mantan. Kalau pun benar demikian, maka kami hanya bisa berkata, “Cieee…”

Pak Prabowo yang lucu dan baik hati,

Pesan saya rasa-rasanya sudah terlalu panjang, saya khawatir surat ini malah justru menjadi another keju. Sudjiwo Tedjo pernah bilang, “Kejantanan dalam berpolitik adalah keberanian untuk tidak berkuasa”. Menanggapi pernyataan itu, saya mau bilang, bahwa dalam konteksmu itu tidak berlaku, dan saya fikir, masalah kejantanan tak perlu dibahas. Sensitif soalnya.

Terlepas dari itu semua, jika pada akhirnya engkau pun kalah (tentu setelah gugat sana-sini, dan menjalankan aneka ragam game-plan), mungkin memang engkau harus mulai belajar bersepakat dengan para penganjur tadi untuk menerima kenyataan, bahwa rakyat berkehendak lain. Ada kerinduan atas kualitas seorang pemimpin yang mereka tidak temukan di dirimu. Mereka memang kadung kebelet untuk dipresideni Jokowi.

Sekarang sudah saatnya engkau berpikir untuk kembali ke istal. Ada baiknya mengurusi kuda, ketimbang duka, bukan?

15 Juli 2014
Salam,

Ahsan Azhar
–seorang buruh migran yang senantiasa mencintai Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun