Mohon tunggu...
RZ Hakim
RZ Hakim Mohon Tunggu... lainnya -

Rakyat biasa yang senang menulis. Kini tinggal di Kalisat, kabupaten Jember.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[KCV] Journey to Remember

13 Februari 2012   23:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:41 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Lelaki macam apa dia? Sama cewek kok nggak mau ngalah. Cakep sih cakep. Tapi kenapa nggak mau tukar tempat duduk denganku? Apa kereta api ini milik kakek buyutnya? Apa tidak ada toleransi dengan nomor tiket? Huh, kayak lagi hidup di Jepang aja. Apa dia lupa kalau ini Indonesia? Aku terus mengutuknya dalam hati. Tak kupedulikan reaksi orang sekitar, namanya juga lagi emosi. Biar saja, biar sekalian mereka tahu kalau lelaki di sebelahku adalah mahluk angkuh yang nggak punya rasa hormat pada kaum hawa. Sebentar sebentar kulirik jam tangan. Hmmm, perjalanan masihlah sangat panjang dan aku terjebak di suasana yang memuakkan. Satu satunya yang bisa aku lakukan hanyalah berdoa, semoga waktu cepat berlalu dan kereta segera sampai di stasiun tujuan. Diam diam aku melirik sepasang muda mudi di dekatku. Mereka begitu mesra, begitu membuat hati ini iri. Ingin rasanya menggantikan posisi perempuan itu. Di suasana yang seperti ini, alangkah indahnya jika ada di samping seorang lelaki yang selalu menyediakan bahunya sebagai tempat bersandar. Entah kenapa tiba tiba aku mencuri pandang ke arah lelaki di sampingku. Kuperhatikan wajahnya, boleh juga. Rambutnya yang semi panjang menjadikannya nampak semakin terlihat jantan. Ah, andai saja dia sedikit ramah, mungkin ceritanya akan lebih menarik. Sementara pikiranku melayang, sebentar sebentar bibir ini menguap. Tak lama kemudian, aku sudah berpindah dimensi menuju dunia mimpi.

***

Perempuan di samping saya ini masih misuh-misuh, dalam hatinya saya tahu dia sedang mengumpat saya. Tetapi saya tidak peduli. Dalam hati saya juga sebal, dua belas jam akan sangat menyiksa dengan perempuan ini di samping saya. Ingin rasanya saya mengganti tempat duduk saja tetapi apa daya ini adalah bangku yang sesuai karcis saya. Kereta bergerak menyusuri rel, seketika semua orang digerbong itu mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dua pasang muda-mudi yang duduk di depan saya tampak semakin mesra, yang perempuan merebahkan kepala di bahu lelaki di sampingnya. Sementara perempuan di samping saya tampak mulai menutup mata. Wajahnya cantik juga saat menutup mata, saya bisa melihat hidungnya yang mancung dan bibirnya sensual dan tiba-tiba muncul keinginan saya untuk mengecup bibir itu. Cepat saya alihkan pandangan keuar jendela. Malam semakin larut tak tampak bulan maupun bintang. Kereta terus melaju menyusuri rel kereta. Diam menguasai gerbong kereta. Saya berusaha menutup mata berharap tidur.

“Tidakkkkkkk! Jangan! Tidak” Tiba-tiba perempuan di samping saya itu berteriak-teriak. Dia memegang tangan saya kuat. Spontan saya tersadar begitupun dua pasang muda-mudi yang duduk berhadapan dengan kami.
“Mbak, Mbak Bangun!” Saya berkata pada perempuan di sebelah saya sambil menyentuh pipinya yang halus. Beberapa penumpang tampak terganggu dengan keributan kecil itu.

“Toloongggg!” Kali ini perempuan itu berteriak keras dan memeluk saya erat. Spontan saya terkejut dan membalas pelukan itu. Saya elus-elus rambutnya yang halus.

“Sabar, Mbak. Itu semuanya hanya mimpi.” Kata saya. Dan tiba-tiba perempuan itu terbangun.

***

Aku terkesiap. Mataku nanar. Betapa kagetnya aku tatkala membuka mata, tubuh ini sudah ada di pelukan lelaki menyebalkan. Belum sempat kata kata kucerocoskan, dia sudah lebih dahulu menjelaskan tentang apa yang baru saja terjadi. Pelan tapi pasti dia mengucapkan itu, sepelan tubuhnya merenggang dari tubuhku. Entahlah, tiba tiba aku seperti seorang bocah yang sedang didongengi oleh Ayahnya. Diam, pasrah, meringkuk dan tak tahu harus berbuat apa. Aku bahkan tak kuasa menghempaskan salah satu tangannya yang kembali mengelus rambut ini. Dan satu lagi, sebenarnya aku tidak ingin mengakui ini, tapi inilah kenyataannya. Aku terbuai, merasa menemukan tempat paling aman di dunia. Diam diam ujung mataku menangkap bayangannya. Baru kusadari ternyata aura jantan lelaki di sampingku ini berhasil mencuri hati dan perhatianku. Bisa ditebak, detik detik selanjutnya aku dan dia sudah berbincang bincang, sesekali terkekeh bersama. Ah, aneh. Seperti tidak ada kejadian menyebalkan sebelumnya.

***

Perempuan itu tampak kaget waktu terbangun. Saya cepat-cepat melepaskan pelukan.
“Tadi Mbak teriak-teriak! Sepertinya Mimpi buruk. Lalu kemudian Mbak memeluk saya. Mbak Sendiri yang memeluk saya. Bukan saya yang memeluk.” Saya berusaha menjelaskan situasi. Perempuan itu tampak bingung, sungguh wajahnya yang bingung itu mengemaskan. Perlahan tetapi pasti kelakukannya yang menjengkelkan di awal mencair entah ke mana. Lalu kemudian saya bercerita kepadanya tentang bagaimana dia berteriak dan menjadi pusat perhatian penumpang satu gerbong. Orang-orang itu kini telah kembali ke aktifitasnya masing-masing termasuk dua orang muda-mudi yang berhadapan dengan kami, mereka kembali tidur. Dia tampak diam dan kikuk mendengar cerita saya. Tanpa sadar, entah kekuatan dari mana saya kembali merengkuh kepalanya kedekapan saya dan mulai mengusap-ngusap kepalanya dan dia menurut saja saat saya mengusap kepalanya, bahkan mulai menikmatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun