Mohon tunggu...
Aby Hakim
Aby Hakim Mohon Tunggu... -

Domisili: Jakarta, Lahir: Cirebon 1962, Masakecil:Brebes. Wiraswasta. Gemar spiritual, bola, disiplin, petualang.\r\n\r\nPenulis Buku "Rahasia Besar Cermin Cinta" terbit 2011. \r\n\r\nKeponakan Kong @Ragile.\r\n\r\nFacebook: Aby Hakim Apink

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cermin Cinta Adam dan Hawa

2 Oktober 2011   13:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:25 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kita melihat sebuah pesta pernikahan yang sangat meriah. Biasanya diawali pembacaan ayat-ayat suci dan khotbah nasihat pernikahan. Begitu agung, luhur, dan juga indah. Pesta senyum serta tawa diiringi lantunan lagu merdu, hidangan aneka makanan, buah-buahan, dan aneka minuman. Iringan ucapan selamat, juga doa berdatangan dari para undangan, saudara, dan kerabat dekat.

Kemudian?

Hiasan senyum ada di mana-mana. Rasa sykur dari kedua orang tua dari kedua keluarga berlomba dengan terangnya lampu dan pijar cahaya bintang di atas langit.

Kemudian?

Namun beberapa waktu kemudian, kemungkinan dalam hitungan minggu, hitungan bulan, atau hitungan tahun, petaka PERCERAIAN menjadi tragedi layakanya badai tsunami. Menghantam dan menenggelamkan bahtera rumah tangga. Seyum dan tawa ikut hanyut bersama air mata kepedihan dan kekecewaan yang dalam. Langit gelap menutup pandangan, pikiran, dan emosi jiwa.

Seolah diri ingin berlari mengakhiri apa yang terjadi. Namun prahara kepedihan menusuk hati dan perasaan. Selalu datang menghampiri. Semua orang tak ingin peristiwa ini terjadi. Rasa penyesalan hadirkan segala caci-maki menjadi tumpukan sampah busuk yang dinikmati oleh lidah pengucapan, bermata dendam dan kebencian.

Setumpuk doa dan harapan serta beribu ucapan selamat di awal pernikahan seolah tertiup angin lalu.

Tak berbekas. Dan tak memaknai mahligai suci kasih sayang di balik tirai kelambu pernikahan. Mungkin perjodohan kedua belah pihak atau tatap awal pandangan mata, wujud dan cinta mempelai berdua, seolah tak bertaji untuk memenangkan prahara perceraian ini.

Diri bertanya kepada para kyia dan para ahli. Jawabannya singkat: JODOH TELAH BERAKHIR. Pertanyaannya adalah mengapa pada awal pernikahan dikatakan bahwa mereka telah berjodoh?

***

Hatiku mencoba bertanya tentang cinta dan jodoh kepada Nabi Adam:

"Cinta adalah kesendirian. Dan ketika kesendirian menciptakan sunyi, sepi yang khusuk, manifestasi hasratku, muncullah mimpi. Cahaya jelita dari balik tulang rusukku. Bidadari indah, bermata laksana bintang, pipi seperti rembulan, rambut berurai, bulu mata lentik, dan bibir senantiasa berhias senyum sang fajar."

"Aku memeluk dia seperti aku memeluk diriku, tapi dalam wajah berbeda. Aku pandangi senyuman bibirnya. Dan aku melihat setumpuk gunung gula, manis rasa syukurku. Lalu aku meraba bibirku, dan aku merasakan manisnya sebatang tebu. Aku bertanya: Siapa namamu?"

"Hawa, " jawabnya.

"Siapa sesungguhnya engkau?" tanya Adam.

"Aku adalah bayanganmu. Bayangan cahaya hasrat putih tulus  hatimu, " ujar Hawa.

"Mengapa engkau berbeda?" tanya Adam kembali.

"Karena ku punya nama. Engkau Adam dan aku Hawa. Engkau seorang pria, aku seorang wanita, " jelas Hawa.

"Kanda Adam, boleh aku bertanya: Apa beda manis gunung gula senyumanku dengan manis sebatang tebu di sudut senyumanmu?" tanya Hawa.

***

Sungguh yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. Proses modern dengan beraneka ragam persoalan yang dihadapi, terjadinya perubahan tata nilai, integritas budaya, kecendrungan globalisasi, dan aspek-aspek lainnya, merupakan konsekwensi logis dari suatu proses perubahan. Dampak positif dan negatif selalu ada. Tinggal bagaimana kita mencermati, dan pada akhirnya memutuskan dengan berfikir jernih. Bukan semata-mata emngandalkan kecerdasan logika/akal, dan akal emosional belaka. Namun menggunakan akal spiritual yaitu kasih sayang dalam hati sanubari.

Kita lihat tangan kanan dan tangan kiri kita, kaki kanan dan kaki kiri kita, berbeda tapi bisa seiring, seirama dan setujuan. Apa maknanya?

Selama yang menjadi tujuan adalah kasih syang, Tuhan Yang Satu, perbedaan akan menjadi rahmat. Sebuah tujuan hidup yang luhur dan mulia dengan segala cara dan manifestasinya sesuai bakat dan kemampuan masing-masing.

Walaupun tak satu jalan, namun arah satu tujuan. Menjadi pemanis di setiap kepahitan yang datang, menjadi penguat di tiap kelemahan yang ada, menjadi  penenang di saat kegelisahan datang, menjadi pendamai kala api kebencian menyala-nyala, dan menjadi penyelamat ketika musibah mendera.

~~~

Salam cinta,

Aby Hakim

#

#

#: dikutip dari buku Rahasia Besar Cermin Cinta oleh Aby Hakim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun