Mohon tunggu...
Aby Bagus Setiawan_123241014
Aby Bagus Setiawan_123241014 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga dari Fakultas Ilmu Budaya Prodi Bahasa dan Satra Inggris

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Keuangan, Mengapa Generasi Z Kesulitan Menabung?

4 Desember 2024   06:42 Diperbarui: 4 Desember 2024   06:45 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era digital yang serba cepat ini, Generasi Z atau biasa disebut Gen Z yang lahir antara 1997 hingga 2012 menghadapi tantangan unik dalam mengelola keuangan mereka. Meskipun dikenal sebagai generasi yang cerdas dan inovatif, banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam menabung. Berbagai factor mulai dari pengaruh media sosial hingga tekanan untuk mengikuti tren terbaru berkontribusi pada perilaku konsumsi yang impulsif. 

Selain itu, kondisi ekonomi yang tidak menentu dan tingginya biaya hidup semakin memperburuk situasi finansial mereka. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi factor-faktor di balik kesulitan Gen Z dalam menabung dan bagaimana mereka dapat mengatasi tantangan ini untuk mencapai stabilitas keuangan di masa depan.

 

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) 

Fear of Missing Out (FOMO) adalah perasaan cemas yang muncul ketika individu merasa tertinggal dari pengalaman atau aktivitas yang dilakukan oleh orang lain terutama yang terlihat di media sosial. Ketika seseorang melihat teman-teman atau orang lain menikmati momen tertentu atau memiliki barang-barang terbaru, mereka cenderung merasa tertekan untuk ikut serta agar tidak merasa terasing atau ketinggalan zaman. 

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang mengalami FOMO lebih mungkin untuk melakukan pembelian impulsif karena mereka ingin mendapatkan barang atau pengalaman yang dianggap "harus dimiliki" untuk mempertahankan status sosial mereka. Menurut Przybylski, FOMO dapat menyebabkan individu merasa kurang puas dengan hidup mereka, yang pada gilirannya mendorong perilaku konsumtif sebagai cara untuk mengatasi perasaan tersebut. 

Selain itu, FOMO juga menciptakan persepsi bahwa kebahagiaan dan penerimaan sosial bergantung pada kepemilikan barang-barang tertentu sehingga mendorong perilaku konsumtif yang tidak selalu didasarkan pada kebutuhan yang lebih bermanfaat. Hal ini dapat menyebabkan individu mengeluarkan uang lebih banyak daripada seharusnya yang berpotensi menimbulkan masalah keuangan di masa depan.

Tingginya Biaya Hidup dan Ketidakstabilan Ekonomi

Tingginya biaya hidup menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesulitan Generasi Z dalam menabung. Banyak anggota Gen Z menghadapi beban biaya yang terus meningkat termasuk biaya pendidikan, perumahan, dan kebutuhan sehari-hari yang terus naik. Menurut survei dari Bank of America, sekitar 53% Gen Z menganggap biaya hidup yang tinggi sebagai penghalang untuk mencapai kesuksesan finansial mereka. 

Penelitian dari survei tahunan Better Money Habits menunjukkan bahwa banyak anggota Gen Z merasa tertekan oleh inflasi dan biaya sehari-hari yang semakin meningkat. Sebagai respons terhadap tantangan ini, sekitar 73% Gen Z melaporkan telah mengubah kebiasaan belanja mereka (Bank of America,2023). 

Ketidakstabilan ekonomi global dan inflasi yang tinggi juga berkontribusi pada tantangan ini sehingga banyak dari mereka terpaksa hidup dari gaji ke gaji dan merasa tidak memiliki cukup uang untuk menabung. Dengan demikian, tingginya biaya hidup secara langsung berdampak pada kemampuan Generasi Z untuk menyisihkan uang bagi masa depan mereka.

Kurangnya Pendidikan Keuangan

Kurangnya pendidikan finansial secara signifikan mempengaruhi kesulitan Generasi Z dalam menabung. Banyak anggota generasi ini tidak mendapatkan pendidikan yang memadai mengenai pengelolaan keuangan termasuk topik penting seperti menabung, berinvestasi, dan perencanaan keuangan. 

Menurut penelitian oleh the National Endowment for Financial Education (NEFE), sekitar 60% Gen Z merasa tidak siap untuk mengelola keuangan pribadi mereka setelah lulus sekolah. 

Tingkat literasi keuangan di kalangan Gen Z sering kali sangat rendah yang menyebabkan mereka kurang memahami pentingnya menabung dan bagaimana cara mengatur keuangan pribadi dengan baik. Akibatnya, mereka cenderung membuat keputusan keuangan yang kurang bijaksana seperti menghabiskan uang untuk barang-barang konsumtif tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap keuangan mereka. 

Kurangnya pemahamahan ini dapat menyebabkan perilaku konsumtif yang berlebihan dan menghambat kemampuan mereka untuk menyisihkan uang untuk tabungan atau investasi di masa depan. Dengan demikian, peningkatan pendidikan finansial sangat diperlukan untuk membantu Generasi Z mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam mengelola keuangan mereka secara efektif.

Perubahan prioritas hidup

Perubahan prioritas dan tujuan hidup di kalangan Generasi Z secara signifikan mempengaruhi kesulitan mereka dalam menabung. Generasi ini cenderung mengedepankan pengalaman dan pertumbuhan pribadi daripada pencapaian materialistik yang membuat mereka lebih fokus pada kegiatan seperti perjalanan, pengembangan keterampilan, dan kesejahteraan mental. 

Menurut sebuah studi oleh McKinsey & Company, Gen Z lebih memilih untuk menginvestasikan waktu dan uang mereka dalam pengalaman yang dianggap memberikan makna seperti kegiatan sosial atau proyek kewirausahaan, daripada menabung untuk tujuan jangka panjang yang lebih tradisional (McKinsey & Company, 2021). 

Selain itu, dengan adanya tekanan dari lingkungan digital dan media sosial membuat mereka sering merasa perlu untuk mengikuti tren dan gaya hidup yang ditampilkan oleh orang lain yang dapat mendorong perilaku belanja impulsif dan mengurangi kemampuan mereka untuk menabung. Dengan demikian, perubahan dalam prioritas hidup ini menciptakan tantangan bagi Generasi Z untuk mencapai stabilitas keuangan di masa depan.

Pengaruh Teknologi dan Media Sosial

Perkembangan teknologi mempengaruhi perilaku menabung Generasi Z dengan cara yang kompleks dan sering kali merugikan. Akses mudah ke internet dan aplikasi e-commerce telah menciptakan lingkungan di mana belanja online menjadi sangat nyaman dan menarik yang mendorong perilaku konsumtif yang berlebihan. 

Menurut sebuah studi oleh Deloitte, sekitar 60% Gen Z mengaku lebih suka berbelanja secara online yang sering kali membuat mereka terjebak dalam kebiasaan belanja impulsif karena paparan terus-menerus terhadap iklan dan promosi di media sosial terutama dari konten review dari influencer/content creator yang mereka ikuti (Deloitte, 2021). 

Selain itu, kemudahan dalam menggunakan aplikasi e-shop dan fitur paylater membuat mereka lebih rentan terhadap utang konsumtif dikarenakan mereka dapat melakukan pembelian tanpa harus membayar secara langsung.

 Hal ini menyebabkan banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam menabung karena pengeluaran sering kali melebihi pemasukan yang mereka terima untuk membayar hutang mereka dari layanan paylater. Dengan demikian, meskipun teknologi menawarkan banyak peluang untuk meningkatkan pengelolaan keuangan, dampak negatif dari aksesibilitas yang tinggi terhadap belanja online dan utang dapat menghambat kemampuan Generasi Z untuk menabung secara efektif.

Namun, ada harapan bagi Gen Z untuk mengubah pola ini. Dengan semakin banyaknya sumber daya online yang menawarkan pendidikan keuangan gratis dan alat pengelolaan anggaran, generasi ini memiliki kesempatan untuk belajar dan beradaptasi. Mengembangkan kebiasaan menabung sejak dini seperti menggunakan aplikasi pengelolaan keuangan atau mengikuti kursus keuangan pribadi. 

Kebiasaan menabung  juga dapat membantu mereka membangun fondasi yang kuat untuk masa depan finansial yang lebih baik. 

Platform seperti Khan Academy, Coursera, dan edX menyediakan kursus gratis yang mencakup berbagai topik mulai dari dasar-dasar pengelolaan uang hingga strategi investasi yang lebih kompleks (Cowrywise, 2024). Selain itu, banyak channel Youtube yang memberikan banyak pengetahuan finansial yang dapat membantu mereka. 

Dengan memiliki kesadaran, pemahaman dan upaya yang tepat, Gen Z dapat mengatasi tantangan ini dan mencapai tujuan keuangan mereka. Melalui pemanfaatan teknologi dan sumber daya pendidikan yang tersedia mereka dapat mengembangkan keterampilan finansial yang diperlukan untuk membuat keputusan keuangan yang cerdas dan berkelanjutan.

Referensi:

10 Online Resources for Student Financial Literacy | TeenLife. (t.t.-b). Diambil 3 Desember 2024, dari https://www.teenlife.com/blog/10-online-resources-student-financial-literacy/

Alasan Gen Z Sulit Menabung, Benarkah karena Bergantung pada Paylater? | tempo.co. (t.t.). Diambil 4 Desember 2024, dari https://www.tempo.co/ekonomi/alasan-gen-z-sulit-menabung-benarkah-karena-bergantung-pada-paylater--89533

Future of Work | McKinsey & Company. (t.t.). Diambil 1 Desember 2024, dari https://www.mckinsey.com/featured-insights/future-of-work

Gen Z and Financial Literacy - Cowrywise Blog. (t.t.). Diambil 1 Desember 2024, dari https://cowrywise.com/blog/gen-z-and-financial-literacy/

Gen Z is Tightening its Belt, with 73% Modifying Lifestyles Due to Inflation | Press Releases | Newsroom | Bank of America. (t.t.). Diambil 1 Desember 2024, dari https://newsroom.bankofamerica.com/content/newsroom/press-releases/2023/10/gen-z-is-tightening-its-belt--with-73--modifying-lifestyles-due-.html

Przybylski, A. K., Murayama, K., DeHaan, C. R., & Gladwell, V. (2013). Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out. Computers in Human Behavior, 29(4), 1841-1848.

Shoppable media | Deloitte Insights. (t.t.). Diambil 1 Desember 2024, dari https://www2.deloitte.com/us/en/insights/industry/technology/future-of-shoppable-media.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun