Pondok Pesantren terbesar dan termegah di Asia Tenggara, Ma'had Al Zaytun mencuri banyak perhatian masyarakat akhir-akhir ini.
Hal itu bermula dari unggahan di media sosial foto-foto kegiatan Salat Id di Ponpes Al Zaytun yang menampakkan Saf bercampur pria dan wanita dan jarak saf yang tidak rapat.
Unggahan foto tersebut viral di jagat media sosial dan media online tanah air.
Sebagian masyarakat menganggap kegiatan Salat Id di Al Zaytun adalah 'nyeleneh' dan tidak sesuai tuntunan syariat.
Banyak yang mempertanyakan soal Mazhab dan dalil apa yang dipakai di Al Zaytun saat menyelenggarakan Salat Id.
Dalam sebuah Zikir Jumat yang diadakan di Al Zaytun pada Jumat 28 April 2023, Pimpinan Ponpes Al Zaytun AS Panji Gumilang buka suara.
Pria usia 77 tahun ini dengan nada berseloroh mengatakan bahwa Mazhab yang digunakan di Al Zaytun adalah 'Mazhab' Sukarno.
"Mazhab Itu Haji Ahmad Sukarno dalam bidang pembaharuan. Jenderal Besar Soeharto dalam bidang pembangunan," ujarnya dikutip dari kanal resmi Al Zaytun, Al Zaytun Official, pada Jumat 28 April 2023.
Pria yang kerap dipanggil Syaykh ini mengungkapkan alasan kenapa Sukarno menjadi rujukannya selama ini.
Dia bercerita awal mula berjabat tangan dengan Sukarno saat dirinya masih duduk dibangku SD atau Sekolah Rakyat pada zaman itu.
Sukarno kala itu mengunjungi Gresik guna meresmikan pabrik semen Gresik.
Panji Gumilang kecil mengagumi Sukarno.
Salah satu bentuk kekaguman Panji kepada Sukarno yakni dengan melahap habis buku-buku Sukarno seperti buku berjudul 'Di Bawah Bendera Revolusi'.
Di buku inilah Syaykh bergumul dan berselancar serta berdialog gagasan-gagasan revolusioner Sukarno termasuk soal Islam.
Ada satu gagasan revolusioner Sukarno di buku tersebut yang disinggung oleh Panji misalnya tentang perbudakan perempuan dalam ibadah.
Panji bercerita, Sukarno adalah seorang Muhammadiyah. Suatu ketika dia memasuki sebuah Masjid yang didalamnya terdapat tirai yang membatasi saf pria dan wanita.
Sukarno pun berujar, dirinya masuk Muhammadiyah karena gagasan pembaharuan yang dianggapnya sesuai dengan kapasitas intelektualnya.
Namun, jika Muhammadiyah masih mempertahankan 'tirai' pembatas yang dinilainya merupakan salah satu bentuk perbudakan perempuan maka saat itu juga Sukarno mengancam akan keluar Muhammadiyah.
Belum lagi soal songkok dan cara berpakaian Sukarno (jas) yang menjadi inspirasi bagi Panji Gumilang kelak diterapkan di kampus Al Zaytun.
Pada kesempatan itu juga, Syaykh AS Panji Gumilang menyoroti soal peran MUI dan Forum Ulama Umat Islam (FUUI) yang dianggap tidak sesuai fakta dan dilandasi itikad buruk dan kebencian kepada Al Zaytun.
Menurutnya, mereka yang mengusulkan Al Zaytun diambil alih dan dikelola oleh MUI adalah Garong.
"Mereka yang mengaku ulama (FUUI) yang mengusulkan itu adalah ulama Garong," tegas Panji.
Bahkan, kata Panji Jan Pieterszoon Coen Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala datang ke Batavia (Jakarta) itu membeli lahan ke Pangeran Jayakarta bukan garong.
Kekesalan Syaykh ini menanggapi  Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) KH Athian Ali yang mengusulkan Al Zaytun diambil alih oleh MUI dan pemerintah.
Diketahui, polemik tentang salat Id di Al Zaytun telah selesai setelah Kepala Departemen Agama Wilayah Indramayu dan rombongan berkunjung ke Al Zaytun dan diterima langsung oleh Pimpinan Ponpes Al Zaytun Syaykh Panji Gumilang.
Rombongan mendapatkan jawaban langsung terkait apa yang menjadi pertanyaan masyarakat.
Kasubag TU Kemenag Kabupaten Indramayu Aan Fathul Anwar menegaskan bahwa apa yang dilakukan Al Zaytun dengan salat Id nya adalah sah merujuk dari apa yang diungkapkan MUI.
Pihaknya, kata Dia hanya mengikuti statmen MUI pusat yang menjelaskan bahwa pelaksanaan salat Idul Fitri yang viral di Ponpes Al-Zaytun terdapat kamakruhan. Sebab, sesuai faham yang dianut lebih kepada perempuan harus berada di barisan belakang jemaah laki-laki ketika salat.
"Kementerian Agama, kita merujuk dari statmennya pengurus MUI Dr Marsudi kalau nggak salah. Artinya memang secara fatwa dari MUI sah walaupun mungkin beliau menyampaikan ada istikhrah (kemakruhan) di dalam karena menurut paham yang kita anut bahwa perempuan itu ada di shaf belakang ketika salat. Mungkin pandangan kita akan mengikuti apa yang disampaikan fatwa MUI pusat terkait salat dimana pun berada di Indonesia," kata Aan, dikutip dari detikjabar, pada Kamis 27 April 2023.
Kemenag menyebut bahwa Al Zaytun memiliki alasan atau dasar hukum yang jelas dalam tata cara salat Id. Pihak Kemenag mengaku sangat menghargai perbedaan tersebut.
"Kami sangat menghargai terkait dengan keberadaan Al-Zaytun dan pelaksanaan salat Id tersebut karena mereka juga punya hujjah punya illa punya argumentatif yang punya dasar hukum yang jelas," ujar Aan.
Adapun Kegiatan Zikir Jumat yang berisi klarifikasi Al Zaytun bisa di klik di kanal youtube Al Zaytun Official.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H