Sukarno kala itu mengunjungi Gresik guna meresmikan pabrik semen Gresik.
Panji Gumilang kecil mengagumi Sukarno.
Salah satu bentuk kekaguman Panji kepada Sukarno yakni dengan melahap habis buku-buku Sukarno seperti buku berjudul 'Di Bawah Bendera Revolusi'.
Di buku inilah Syaykh bergumul dan berselancar serta berdialog gagasan-gagasan revolusioner Sukarno termasuk soal Islam.
Ada satu gagasan revolusioner Sukarno di buku tersebut yang disinggung oleh Panji misalnya tentang perbudakan perempuan dalam ibadah.
Panji bercerita, Sukarno adalah seorang Muhammadiyah. Suatu ketika dia memasuki sebuah Masjid yang didalamnya terdapat tirai yang membatasi saf pria dan wanita.
Sukarno pun berujar, dirinya masuk Muhammadiyah karena gagasan pembaharuan yang dianggapnya sesuai dengan kapasitas intelektualnya.
Namun, jika Muhammadiyah masih mempertahankan 'tirai' pembatas yang dinilainya merupakan salah satu bentuk perbudakan perempuan maka saat itu juga Sukarno mengancam akan keluar Muhammadiyah.
Belum lagi soal songkok dan cara berpakaian Sukarno (jas) yang menjadi inspirasi bagi Panji Gumilang kelak diterapkan di kampus Al Zaytun.
Pada kesempatan itu juga, Syaykh AS Panji Gumilang menyoroti soal peran MUI dan Forum Ulama Umat Islam (FUUI) yang dianggap tidak sesuai fakta dan dilandasi itikad buruk dan kebencian kepada Al Zaytun.
Menurutnya, mereka yang mengusulkan Al Zaytun diambil alih dan dikelola oleh MUI adalah Garong.