Created By Aulia Ramadhani-Jumadi  Mori Salam Tuasikal-Bimbingan Dan Konseling-Universitas Negeri Gorontalo
Alam bahasa buol arti pogogul adalah "Pinoguguanan" yang diartikan dalam Bahasa Indonesia gunung yang di perebutkan antara mahluk halus (manurung) dan orang biasa (ombukilat) lalu masyarakat biasa mengalah dan turun meninggalkan gunung tersebut dan menuju ke Pinamula, orang manurung ini tetap tinggal di pogogul. Masyarakat biasa ini punya prinsip setiap ada pekerjaan mereka kerjakan sama sama (mopalus).
Kehidupan awal masyarakat yang tinggal di dekat gunung pogogul mereka tetap bersatu tanpa ada perpecahan karena yang saling merampaskan gunung pogogul hanya orang Manurung dan Ombukilan.
Kebanggan daerah
Menurut Narasumber Bapak Muhammad Sarif Laboko S.Hut selaku Kepala Desa Momunu Gunung pogogul ini merupakan salah satu kebanggan daerah karena berdasarkan sejarah bahwa pogogul ini merupakan salah satu titik dari daerah kita. Gunung pogogul ini juga sudah tercatat bukan hanya di Kabupaten Buol akan tetapi juga tercatat di luar Negeri, karena beberapa turis sudah pernah datang ke daerah Kabupaten Buol.
Icon Kabupaten Buol
Gunung pogogul merupakan salah satu icon Kabupaten Buol yang terletak di desa Momunu Kabupaten Buol dengan jarak tempuh kurang lebih 15km dari ibu Kabupaten.Â
Masyarakat Buol percaya bahwa pogogul adalah gunung yang keramat, karena ceritanya yang melengenda pada budaya masyarakat Buol.Â
Di gunung pogogul ada batu hitam yang dapat diartikan sebagai hati yang hitam, tidak boleh ada rasa iri, dengki dan dendam dalam hati. Hal ini merupakan sumpah dari Angga Tibone karena dirinya iri, dengki dan dendam terhadap saudaranya dia mengatakan bahwa Buol itu tidak akan bisa maju kalau masih ada rasa iri, dengki dan dendam.
Gunung pogogul kalau dilihat dari tengah laut atau dari kejauhan akan terlihat lebih tinggi, padahal kenyataanya kalau di lihat dari dekat gunung pogogul tersebut kelihatan pendek.Â
Menurut cerita rakyat di gunung pogogul duduk seorang Putri Kinomilat (manusia) lalu ada orang yang keluar dari rumpun-rumpun bambu padahal tidak.  Menurut Ibu Maryam selaku pemangku adat Buol orang itu adalah orang yang tenggelam terus tersangkut di rumpun bambu tersebut. Nama orang tersebut adalah Tamatau (orang serba tau). Tamatau (orang serba tau) dan Kinomilat (manusia) bertemu dan berjodoh lalu mereka menikah dan mempunyai anak yang bernama Tangga Alam Dondolangit.
Di pogogul juga hidup manusia biasa namanya Yakuts dan Ombakilat lalu mereka menikah dan di karuniai anak perempuan yaitu Putri Janata. Putri Janata dengan Tangga Alam Dondolangit di jodohkan dan dikaruniai anak yang bernama Ismuhu.
Di gunung pogogul juga turun mahluk halus nama suaminya Lilimbuta dan nama istrinya Lilimbuto dan mereka di karuniai seorang anak perempuan yang bernama Putri Janaure Sakilat. Ismuhu melihat Putri Janaure Sakilat dan tertarik kepadanya dan Ismuhu memberitahukan kepada orang tuanya untuk meminta di nikahkan. Pasangan ini memiliki tiga anak laki-laki, yaitu Anokoripu, Angga Tibone, dan Daibolre .
Angga Tibone pernah kecewa sama saudara nya yaitu Anokoripu dia berangkat ke sulawesi selatan. Angga Tibone melemparkan batu hitam ke sungai buol, lalu Angga Tibone berkata "saya lempar batu hitam ini ke sungai Buol, nanti terapung batu hitam ini baru Buol akan menjadi baik baik saja jika tidak ada rasa iri,dengki dan dendam." Sumpah Angga Tibone karena merasa iri,dengki dan dendam terhadap saudaranya. Sampai sekarang belum ada yang mendapat informasi alasan dari Angga Tibone mengapa ia merasa iri,dengki dan dendam terhadap saudaranya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H