Mohon tunggu...
Abusagara
Abusagara Mohon Tunggu... -

satu hari, satu tulisan. Ingin mendapatkan kebaikan mesti harus memungut dari jalanan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kebencian Tidak Perlu Diwariskan

7 Maret 2018   10:12 Diperbarui: 7 Maret 2018   11:18 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: lamrimnesia.org

Tidak ada GPSatau kompas,

Berita bohong liar mengalir deras,

Menyerang berbagi penjuru terus tancap gas,

Ulah orang culas, semua kena imbas.

Semua teriak rakyat harus di-edukasi,

Biar cerdas tak termakan berita basi,

Penuh kesesatan miskin esensi,

Sore, petang hingga pagi,

Kebohongan sesak memenuhi negeri,

Tangan kita gatal tanpa kendali,

Tebar Hate speech seperti punya nyali,

Retweet, share, like , comment sesuka hati,

Penuh gairah menggasak bangkai saudara sendiri,

Tidak mudah kawan, memulihkan hati yang tersakiti,

Kita dulu terpecah, jasa pahlawan mengalahkan berbagai agresi,

Mestinya kita sadar, ikatan mari kita rajut kembali.

Kita adalah bangsa dewasa,

Klarfikasi adalah penawar lara,

Jiwa pemaaf , amarah bisa direda,

Analoginya air dan api tidak pernah bersama,

Hindari aduan, bawa kamera, share di media,

Mari duduk bersama, mari ngopi, minum teh sedikit gula.    

Musuh satu terlalu banyak,

Bukankah itu kata orang tua kita serentak?

Tidak pantas negara besar ini dikotak-kotak,

Bahu-membahu, jaga tanah ini yang terus dirusak,

Apa meski kebencian yang diwariskan? Dipelihara dan beranak pinak?

Indonesia selalu terjajah,

Kita sadar betul, bangsa ini kaya tumpah ruah,

Minyak bumi, gas alam, tanah subur penghasil rempah,

Berbagai negeri antri ingin menjarah,

Pahlawan kita tidak menyerah menciptakan sejarah,

Indonesia kini pasrah diberangus amarah,

Amarah murah ,kebencian penuh sampah.

Haruskah kita terbagi dan merasa berbeda?

Kawan, musuh, dan orang ketiga?

Semua samar tidak tertangkap mata,

Hoax diobral, murahan, hasilkan sengketa,

Sikut segala arah, orang ketiga tertawa,

Melihat anak pertiwi asik diadu domba.

Kita perlu pemersatu,

Bhineka itu jaminan mutu,

Tunggal ika sketsa penentu dan pemersatu,

Kami tidak apatis, negara ini layak maju,

Fokuslah berkarya agar tidak malu,

Bangsa perlu solusi, agar tidak busuk seperti kutu.

Yang perlu dibahagiakan itu anak ibu pertiwi,

Bahagia tidak berkasta, semua layak mencicipi,

Usirlah orang ketiga, penjajah raga, jiwa, dan ekonomi,

Rakyat harus terurus sesuai ayat konstitusi,

Bentengi mereka dari rasa benci, caci maki, dan merasa benar sendiri,

Rawat mereka dengan berbagai opsi,

Harapan prestasi, sehatnya kompetisi, berdaya di negeri sendiri,

Bertaring di negeri sebrang, tegak percaya diri.

Hate speech dan hoax tenggelam jika otak diisi,

Ketimpangan sirna saat perut terpenuhi,

Sekat tembok kaya jelata luluhkanlah jangan meng-hegemoni.

Kedamaian didapat memenuhi ruang diskusi.

Indonesia terkendali, kebencian mati, nusantara dianugerahi,

"Penjajah" hangus, kehabisan amunisi dan komoditi.

Bogor 7/3/2018

Abu sagara

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun