Fenomena ini berlaku di seluruh tingkatan masyarakat kita, mulai dari tingkat rakyat biasa sampai dengan tingkat pejabat, mereka memiliki kepentingan utk menunjukan identitas dan kredibilitas mereka di dunia maya, tentunya sesuai dengan tujuan dan kepentingan yg mereka punya. Di masyarakat awam mungkin lebih cenderung kepada kesenangan semata atau hanya karena ingin dianggap pintar atau soleh saja, tapi di tingkat atas semisal pejabat baik pejabat negara atau pejabat politik, berkiprah di medsos sejatinya adalah demi sebuah kepentingan.
Fenomena di medsos inilah yg kemudian ditangkap sebagian orang sebagai peluang emas utk dijadikan mata pencaharian, dgn berbekal tehnologi informasi yg semakin canggih, maka hoax menjadi komoditi yg seksi utk diperjualbelikan.
Pengaruh hoax sedemikian besar karena bisa mempengaruhi secara masif orang orang dalam waktu singkat, dpt membentuk opini dgn cepat apalagi jika dilakukan berulang ulang dan menggunakan jaringan yg terstruktur.
Saracen adalah kenyataan yg sesungguhnya dari sebuah penyimpangan cara orang mencari uang mudah, terlepas dari orang orang yg memanfaatkannya, kelompok ini hadir sebagai bagian dari dampak negatif tehnologi informasi yg berkaitan langsung pada perubahan perilaku masyarakat dalam berkomunikasi dan bersosialisasi, sehingga berita berisi kebohongan dan kebencianpun bisa menjadi konsumsi sehari hari dan bisa diperjualbelikan. Semua terlena dan tak menyadari ketika emosi dan perasaan yg diaduk aduk oleh kepintaran pembuat hoax merangkai kalimat kalimat kebohongannya.
Hoax menjadi mainan diantara pembenci dan pecinta, antara saat kepentingan atau sentimen dan fanatisme terhadap sesuatu sudah menguasai isi kepala yang hilang akal sehat. Hoax jadi alat utama yang efektif untuk menyerang ataupun bertahan, seperti senapam mesin, Hoax bisa jadi senjata mematikan dengan momentum tembakan yang rapat dan cepat tergantung berapa banyak amunisi disiapkan, pun bisa dijadikan tameng pertahanan untuk menghadapi seranagan dari fihak lawan. Hoax adalah fenomena dari perubahan pola pikir dan pola tindak masyarakat yang dijualbelikan, bisa dikatakan bagian dari e-commerce juga yang sekarang sedang menggila.
Akankah bentuk matapencaharian baru ini akan segera hilang atau malah akan berkembang dengan mengikuti segala memanfaatkan keunggulan dunia IT yang makin canggih...?
Jawabannya masih harus kita tunggu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H