"Kesuksesan adalah semangat yang harus terus diperjuangkan. Yakinlah bahwa setiap orang akan menemukan jalannya sendiri untuk berhasil." (Ruswanto, Peraih penghargaan Science Education Award 2001, Guru Berprestasi 2013, dll., kini mengajar di Singapura)
Saya dan kawan saya sama-sama memasuki dunia kerja. Mengkhidmati dan menikmati suka duka sebagai pendidik. Di waktu luang, kami kerap berbagi cerita, berbagi perihal metode pembelajaran, dan sebagainya.
Satu hari kami mengikuti workshop "Cara Gila Jadi Pengusaha" yang dihelat oleh Pak Purdi E. Chandra. Alhamdulillah event tersebut memberikan keajaiban, saya dapat beasiswa di Entrepreneur University.
Selanjutnya kami mengikuti semacam perkuliahan bisnis. Kawan saya mesti membayar penuh. Ia mengajukan pinjaman di koperasi. Honornya sebagai GTT (Guru Tidak Tetap), tiap bulan ia sisihkan untuk mencicil (bukan mecicil).
Kami terjangkit "virus" entrepreneur. Dengan modal kepala dan dengkul, saya bekerjasama dengan kawan baik, namanya Agus Munasir. Konon, Munasir merupakan akronim dari "Muga-muga akeh sing naksir". Kami berhasil mendapatkan pinjaman dan menyewa rumah dua lantai. Lantai bawah kami fungsikan sebagai konter pulsa, percetakan, jasa pengetikan, dan cetak foto. Banner kecil bertuliskan "Dahsyat Com (DC) Purbayasa" kami pasang dengan hati riang.
Ruang atas memiliki dwi fungsi. Pertama sebagai semacam sekolah untuk bersenang-senang dengan ilmu eksakta. Kami pasang banner besar bergambar Mbah Einstein dengan tulisan Sekolah Ilmu Eksakta (SIE). Itu merupakan cabang dari SIE Mejasem yang didirikan oleh Toean Prof Ahmad Thoha Faz.
Fungsi kedua sebagai tempat berbagi perihal motivasi dan pengembangan diri. Kami namakan Personality Development Center (PDC).
Kawan saya juga mulai belajar berbisnis. Pelbagai jenis usaha ia lakoni. Menjajakan es krim di acara-acara semacam resepsi pengantin, sunatan, dan lain-lain. Ia juga mengedarkan jajanan kecil ke warung-warung. Saat Indonesia demam batu akik, ia gegas ambil peluang. Take action, menjadi "pengedar" batu akik. Ia menyewa lapak dekat PG Pangka. Alhasil, laris manis tanjung kimpul.
Ia cukup aktif di masyarakat. Selain mengisi monolog Jumat, eh, maksudnya khotbah Jumat, ia juga menjadi pembicara di sejumlah jam'iyah.
Di organisasi pendidik pun ia aktif, sebagai sekretaris KKG (Kelompok Kerja Guru). Tahun lalu ia dan sejumlah kawan turut memperjuangkan "nasib" GTT agar beroleh Tunjangan Profesi Guru (TPG) atau lazim disebut sertifikasi.
Beberapa kementerian terkait, ia datangi, melakukan audensi, diplomasi, mencari solusi, dan si si yang lain. Sampai di kabupaten tidak berhasil. Ia dan beberapa kawan mendatangi kementerian pusat. Setelah proses demi proses yang cukup alot dan mrekitik dilalui, alhamdulillah, perjuangannya membuahkan hasil. Para GTT, khususnya mapel PAI yang mengajar di sekolah negeri, di kabupaten Tegal, mendapatkan haknya memperoleh TPG.
Amrul Hakim, itulah nama kawan yang saya ceritakan di tulisan ini, dari part 1 sampai part 2. Selain kawan dekat, ia juga saudara sepupu. Bulan lalu, tokoh kita yang satu ini baru saja mendapat panggilan dari Kemendikbud RI untuk mengajar di Singapura, menjadi Guru Luar Negeri (GLN).
Tepat hari ini, ia berulang tahun. "Semoga kian sehat dahsyat, berkah berlimpah, inspratif dan bercahaya. Selamat mengenang kali pertama merayakan cahaya ya". Tulisan ini adalah kado dari saya untukmu, Ndan Amrul Hakim.
Selamat dan sukses, saudaraku. Kau tak lagi menjadi "pengedar" es krim, jajanan ringan, batu akik, dll. Kini kau adalah mantan "pengedar". Kini kau adalah Guru Gemladag Mulad-Mulad dan Mrekitik (G2M2) di negeri seberang. Teruslah berbagi inspirasi pada kawan-kawan.
The last, Meski kita bukan Slankers lagi, tapi sekedar sebagai pengenang, saya sampaikan Salam Peace, Love, Unity 'n Respect. Yeah!!
(The End)
* Part 1 bisa disimak di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H