Partai Anjing. Berikut salah satu judul lagu Iksan Skuter, seorang musisi sederhana yang tak jarang menciptakan karya kritik sosial.Â
Kesederhanaanya tegambar dari perangkat musik seadanya dan gaya tampil yang apa adanya. Saat bermusik, Gitar hitam dan topi berlogo bintang merah selalu jadi andalannya. Topinya khas yang dikenakan Ernesto Che Guevara, sang revolusioner Kuba yang tak asing.
Tak hanya bermusik yang apa adanya, hari-harinya dipenuhi kesederhanaan. Pria penyuka kesederhanaan ini juga memiliki kendaraan motor vespa buatan lama, buatan tahun 1970an.
Ikhsan ialah penyanyi sekaligus pemerhati rakyat, ia menyalurkan aspirasi politiknya lewat bakat musiknya. Senandung lagunya cukup unik. Musiknya tak bergenre, beda dari yang lain. Ada juga lagu tentang cinta bertajuk Gadisku namun belum ada lagu senja, lagu kekinian.
Konon kabarnya, Partai Anjing dibuatnya dalam situasi bangsa yang korup. Lagu itu dirilis tahun 2012 silam, saat maraknya praktik korupsi di elit partai politik.
Berikut salah satu petikan liriknya;Â
Orang-orang brengsek suka makan duit rakyat
Masuk ke partai anjing
Yang suka korupsi dan pandai mengumbar janji
Bergabung ke partai anjing
Punya tujuan mulia menjual aset negara
Merekrut anggota yang rakus seperti hhuukk hhhukk
Merekrut anggota yang tak malu tak punya muka
Karena semua anggotanya harus keturunan anjing"
Lagu Partai Anjing sebagai tesis kritik untuk partai politik, sekaligus menjadi antitesis perlawanan terhadap wajah suram politik indonesia dan elit partai politiknya yang korup.Â
Dulu lagu itu digemari oleh banyak kalangan pemerhati sosial dan kaula muda, namun kini jarang lagi berdentum disaat karut-marut kondisi politik dan keanehan-keanehan partai politik jelang pemilu terus berulah.
Mendekati pemilu 14 Februari 2024, Partai politik bermain intrik berebut massa. Segala cara dimainkan demi mendapat kuasa. Dulu berkawan kini berlawan, sebaliknya dulu berlawan sekarang berkawan. Benar kata orang-orang, dalam politik, tidak ada kawan abadi yang ada hanya kepentingan.
Tak ingin menyebut partai politik kita seperti anjing. Karena sejatinya binatang penjaga itu sangat patuh pada tuannya. Dan mestinya, partai politik memiliki sifat patuh juga pelayan layaknya anjing. Agar ia patuh dan melayani rakyat sebagai tuannya, bukan menjilat untuk kepentingan para oligakh.
Jelang pemilu ini, partai politik harusnya menunjukan cara berpolitik yang baik, bukan menggunakan cara uang tidak sehat seperti memperalat ASN dan Aparat apalagi memanfaatkan fasilitas negara demi mendapat kekuasaan.Â
Partai politik perlu jujur dan terbuka terhadap besaran dana kampanye yang diterimanya, mengurangi kedekatan dengan oligarkh perusak, kemudian tidak lagi menggunakan politik uang, agar rakyat mendapatkan pendidikan politik yang sebenarnya. Agar rakyat memilih pemimpin berdasarkan kelayakan bukan karena kekayaan.
Isu politik tentang ketidak-netralan dan politik uang yang kini ramai adalah pertontonan politik yang tidak mendidik. Justeru memperparah kondisi demokrasi kita yang kian hari makin mundur, karena membuat rakyat makin pragmatis.Â
Partai politik harusnya mendidik rakyat dengan kritis, agar rakyat bisa menggong-gong saat ada ketidak-adilan sosial, dan hak-hak lainnya yang dirampas atasnama kepentingan tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H