Punya tujuan mulia menjual aset negara
Merekrut anggota yang rakus seperti hhuukk hhhukk
Merekrut anggota yang tak malu tak punya muka
Karena semua anggotanya harus keturunan anjing"
Lagu Partai Anjing sebagai tesis kritik untuk partai politik, sekaligus menjadi antitesis perlawanan terhadap wajah suram politik indonesia dan elit partai politiknya yang korup.Â
Dulu lagu itu digemari oleh banyak kalangan pemerhati sosial dan kaula muda, namun kini jarang lagi berdentum disaat karut-marut kondisi politik dan keanehan-keanehan partai politik jelang pemilu terus berulah.
Mendekati pemilu 14 Februari 2024, Partai politik bermain intrik berebut massa. Segala cara dimainkan demi mendapat kuasa. Dulu berkawan kini berlawan, sebaliknya dulu berlawan sekarang berkawan. Benar kata orang-orang, dalam politik, tidak ada kawan abadi yang ada hanya kepentingan.
Tak ingin menyebut partai politik kita seperti anjing. Karena sejatinya binatang penjaga itu sangat patuh pada tuannya. Dan mestinya, partai politik memiliki sifat patuh juga pelayan layaknya anjing. Agar ia patuh dan melayani rakyat sebagai tuannya, bukan menjilat untuk kepentingan para oligakh.
Jelang pemilu ini, partai politik harusnya menunjukan cara berpolitik yang baik, bukan menggunakan cara uang tidak sehat seperti memperalat ASN dan Aparat apalagi memanfaatkan fasilitas negara demi mendapat kekuasaan.Â
Partai politik perlu jujur dan terbuka terhadap besaran dana kampanye yang diterimanya, mengurangi kedekatan dengan oligarkh perusak, kemudian tidak lagi menggunakan politik uang, agar rakyat mendapatkan pendidikan politik yang sebenarnya. Agar rakyat memilih pemimpin berdasarkan kelayakan bukan karena kekayaan.
Isu politik tentang ketidak-netralan dan politik uang yang kini ramai adalah pertontonan politik yang tidak mendidik. Justeru memperparah kondisi demokrasi kita yang kian hari makin mundur, karena membuat rakyat makin pragmatis.Â