Mohon tunggu...
Abu Al Givara
Abu Al Givara Mohon Tunggu... Lainnya - Hanya Menulis, Bukan Penulis

Jadilah pembelajar yang terus bersabar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bertemu Pierre Bourdieu Di Warkop Pak Udin

26 Juni 2020   15:18 Diperbarui: 22 Juni 2023   21:26 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara aspek Eksterior berasal dari Arena. Arena ialah struktur objektif yang ada di luar diri perilku manusia. Arena bisa di contohkan sebagai ruang sosial seperti pekerjaan, lembaga politik, pemerintahan dan sebagainya. Sementara Kapital ialah modal sosial yang kita miliki, seperti status sosial seumpama jabatan, gelar kebangsawanan, kekayaan ekonomi dan seterusnya.

Lanjutnya, dialektika antara Habitus dan Arena sangat ditentukan oleh Kapital. Kapitallah yang sangat berperan penting dalam menentukan di Arena mana kita akan berada. Terlebih terjadi kesesuaian antara Habitus dan Arena. Misalnya, habitus kita adalah punya pribadi yang baik, cerdas, dan Kapital kita ialah Jaringan, punya kekayaan, keturunan bangsawan, berstatus dan gelar yang tinggi maka kita akan mudah bertarung dalam Arena Politik untuk menduduki jabatan pemerintahan.

Sebaliknya, jika terjadi ketidak sesuaian antara salah satu dari ketiganya "Habitus, Arena dan Kapital" maka peluang sangat kecil untuk berada di arena yang kita kehendaki. Jikapun kita mendapatkannya, maka keseharian kita akan menemukan banyak kendala dan persoalan. Contoh sederhana, kita ingin menjadi seorang Aktivis, tapi kita tidak berusaha menciptakan Habitus seperti kritis dengan membangun budaya belajar, meskipun kita punya Kapital seperti buku bacaan, senior, dan kuota Intenet maka akan sulit berada dalam arena aktivisme. Kira-kira begitu , ucap Bourdieu

Penjelasan Piere Bourdieu begitu panjang, antara mengerti dan pusing, namun kami mengagumi pemikirannya. Mungkin nalar kami masih sempit sehingga kami belum bisa mencernah semua pemikiran dan perkataanya. Lalu kami bertanya kembali mengenai satu istilah yang juga pernah disinggung dalam pemikiran-pemikirannya. Kami bertanya tentang "Dominasi Simbolik". Kalau Dominasi Simbolik itu Apa maksudnya Bourdieu ?

Terangnya, Dominasi Simbolik itu ialah kondisi dimana kita di domiinasi atau ditindas secara simbolik baik secara sadar atau tidak sadar, tetapi kita menerimanya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar dan kita membiarkan juga tak melawannya. Contohnya seperti apa itu ? Tanyaku. 

Contohnya, ketika kita sebagai seorang buruh yang bekerja dalam perusahaan. Dalam perusahaan, Pimpinan perusahaan adalah satu simbol kuasa sementara kita sebagai buruh pekerja ialah orang yang berada dalam kuasanya. Dengan itu, apapun yang mereka katakana maka kita akan iakan, termasuk ketika menyuruh pekerja untuk lembur dan bahkan dengan upah minimum. Kita kemudian tidak mempersoalkannya karna kita menganggap semua hal yang di ucapkannya adalah benar karena ia punya kuasa.

Dua jam bersama Pierre Bourdieu membuahkan banyak hal bagi kami, termasuk memahami beberapa buah pikirnya meskipun banyak yang masih membuat kami pusing dan kesulitan karna keterbatasan kemampuan kami memahami pikiran-pikirannya yang disampaikan.  Setelah itu, karena sudah di rasa lama duduk di Warkop Pak Udin dengan hanya memesan Es Teh dan tiga batang rokok surya, maka kami merasa tidak enak dengan pak Udin, apalagi pesanan kami tak sebanding dengan ilmu yang kami dapatan di Warkopnya dan juga menikmati suasana Warkopnya. Kami kembali pulang dan kembali menanggalkan diskusi kami mengenai Covid yang sempat tertunda. Sekiaan.......

Cerita ini hanya kisah fiksi, sekedar mencoba menulis sedikit dari banyak pikiran-pikiran Pierre Bourdieu. Masih banyak pikiran-pikiran menarik lainnya dari Bourdieu yang belum di singgung karna keterbatasan pengetahuan tentangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun