Kalau yang Anah pernah menyimak uraian Abah Nata, bahwa marah itu boleh kan ?
Abah Nata :
Iya boleh Anah, yang harus dikurangi itu adalah marah-marah.
Anah Lajnah :
Marah dan marah-marah, memang apa bedanya Abah ?
Abah Nata :
Marah itu hanya sekali saja, kalau marah-marah adalah keadaan yang berulang-ulang dan terus menerus. Marah dan marah-marah itu sama saja sih. Diakibatkan habisnya kreatifitas, putus asa atau tidak menemukan cara lain untuk menyelesaikan masalah.
Anah Lajnah :
Mengapa begitu ya Abah ?
Abah Nata :
Karena pola teladan kita turun temurun seperti demikian Anah, sudah tertanam kuat dalam alam bawah sadar.
Anah Lajnah :
Anah belum faham Abah ?
Abah Nata :
Sering kita menyaksikan atau mengalami dalam kebiasaan keseharian, baik di rumah orang tua yang marah, di sekolah guru yang galak, dipekerjaan bos yang marah. Seolah-olah menjadi senjata pamungkas untuk menyelesaikan masalah dengan kemarahan. Dan memang sepertinya sangat berhasil, tetapi....
Anah Lajnah :
Tetapi apa Abah ?
Abah Nata :
Tetapi karena kejadiannya berulang-ulang terus-memerus, akan tersimpan dalam memori alam bawah sadar. Jika suatu waktu mengalami situasi  yang sama dalam menghapai masalah, maka marah-marah adalah spontan sebagai akibat yang timbul. Dan ini menjadi mata rantai yang sangat sulit untuk diputus. Akan terjadi terus-menerus juah ke generasi yang akan datang, apabila....
Anah Lajnah :
Apabila apa Abah ?
Abah Nata :
Apabila kita tidak bisa merubah marah atau marah-marah itu, untuk sebuah peluang pelajaran yang bisa kita tampilkan.
Anah Lajnah :
Maksud Abah ?
Abah Nata :
Harus ada upaya  dengan pendekatan humanis atau memanusiakan manusia atau bahkan memuliakan suatu manusia dengan manusia yang lainnya. Melalui banyak kreatifitas yang harus dilewati. Salah satunya seperti sebuah kesalahan atau sebuah kerugian, jangan dijadikan sebab marah ataupun marah-marah. Dalam hal ini perlu kajian, latihan terus-menerus untuk saling mengambil hikmah pelajaran.Â
Pola teladanya adalah setiap kesalahan harus banyak lahir solusi, sehingga yang terekam dalam kejadian ini adalah banyak solusi, bukan marah, panik atau stressnya.
Jika kebiasaan ini disikapi dengan positif akan tertanam kuat tersimpan dalam alam bawah sadar.
Anah Lajnah :
Iya Abah perlu kita coba dan latih terus menerus. Sebuah kesalahan bukan menjadi marah, panik atau stres. Tetapi akan lahir kreatifitas banyak solusi. Dalam hal ini, marah-marah bukan lagi upaya balas dendam atau kebiasaan yang diwariskan. Tetapi karya solusinya yang bisa diwariskan untuk kemajuan sikap mental saling memuliakan.
(Cerita Mang Nata 357, karya buku untuk Indonesia/Perpusnas RI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H