Mohon tunggu...
Hanif Ahmad
Hanif Ahmad Mohon Tunggu... Koki - Bekerja sebagai Head Pastry Chef

Shilaturahmi dengan menulis di RPHA Cianjur/Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Cinta Letnan Rose dengan Si Koki (Part 14)

14 Juli 2020   17:41 Diperbarui: 14 Juli 2020   17:39 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi si koki (hanif ahmad)

"Kakaku terhormat, betapa saya bertubi-tubi merasakan kebahagiaan. Setelah mengenal suami kakak yang luar biasa. Sekarang mengenal kakak yang tak jauh beda memiliki cara pandang cinta yang istimewa".

Si Koki :
Hallo letnan rose....! Semoga kamu tetap semangat dalam misi tugasmu. Tuhan selalu menjagamu dalam keselamatan. Letnan rose dalam kesibukan pekerjaanmu, saya ingin sampaikan bahwa sebagaimana kamu ingin berkomunikasi dengan istriku. 

Sepertinya sudah waktunya kalian berdua bisa saling berhubungan secara langsung. Saling mengenal satu sama lain adalah proses bertahap yang harus sama-sama kita lewati. Pertemuan kalian berdua sudah tidak bisa terhindarkan, karena jika kamu ingin mengenalku harus juga mengenal istriku dan kedua anaku.

Letnan Rose :
Kokiku sayang, kamu selalu saya rindukan dari setiap kata-kata pilihan yang tidak berhenti dengan penuh hikmah dan manfaat. Satiap kata yang kamu tulis seperti cahaya kehidupan, sesuatu yang unik dan baru. Saya melihat inspirasi dan imajinasimu dalam membuat kata-kata itu luar biasa. Saya tak berdaya untuk semakin ada rasa yang tak bisa saya sembunyikan bahwa kamu satu-satunya sumber inpirasiku dalam kebahagiaanku.

Tentu saja saya akan bahagia sekali bisa berkomunikasi dengan istrimu yang sangat beruntung sudah memilikimu. Kalau boleh berkenan saya akan memangilnya kakak yang sangat terhormat. Di dunia ini saya hanya sendiri, kahadiran istrimu sebagai kakaku terhormat adalah sebuah pertemuan yang akan membawa diri saya memiliki seseorang yang akan didewasakan, dengan nasehatnya pasti akan banyak kebaikan yang saya dapatkan. 

Saya bisa merasakan sebuah energi dari dirimu bahwa kakaku ini pasti seseorang yang memiliki semangat sepertimu dalam cinta kemanusiaan dan perdamaian. Sehingga tidak ada perasaanku akan kawatir untuk saling berkomunikasi. Sebelum kita benar-benar bisa bertemu, kesempatan ini akan menjadi tahapan yang sangat penting. Sebelumnya, saya sampaikan salam untuk istrimu sebagai kakaku yang sangat terhormat.

Istri Si Koki :
Salam kenal letnan rose, saya adalah istri dari seorang koki yang sudah kamu kenal dengan tahapan komunikasi sampai sekarang. Apa kabarmu saat ini....?

Letnan Rose :
Salam hormat kakaku, terimakasik sudah bersedia berkomuniksi di sini dan sudah menyapa terlebih dahulu. Sepatutnya saya yang harus lebih dulu menyapa kepada kakak terhormat.

Istri Si Koki :
Letnan rose yang baik, kehadiramu itu seibarat tamu, yang dalam ajaran agama saya, adalah seseorang yang harus kami muliakan. Sejauh ini saya sudah sedikit banyak menyimak perkenalanmu dengan suamiku. Dan itu wajar terjadi dalam hubungan satu manusia dengan manusia yang lainnya. 

Kamu seorang wanita hebat dari keadaanmu saat ini sebagai seorang pengabdi negara untuk sebuah misi yang sangat berbahaya. Setelah kehilangan kedua orang tua, kemudian kehilangan suami, lantas harus berpisah dengan kedua putrimu lena dan del.

Letnan Rose :
Kakaku terhormat, sebelumnya saya minta maaf bila perkenalan saya dengan suami kakak terhormat. Menjadikan saya tidak kuasa untuk menahan perasaan jujur untuk memilihnya sebagai seseorang yang sangat istimewa. Karena perasaan komunikasi yang sangat nyaman serta banyak inspirasi kehidupan sebagai semangat baru dalam cinta dan kebahagiaan. Sekali lagi mohon maaf atas segala kelancangan yang sudah saya lakukan. Apapun yang kakak terhormat akan katakan dan lakukan, saya akan terima dengan lapang dada dan keikhlasan.

Istri Si Koki :
Dinda letnan, kamu adalah wanita terhormat, tidak selayaknya menempatkan dirimu sedemikian rupa. Untuk bisa berkomunikasi di sini dengan kami. Saya sebagai seorang istri dari suami saya, tak punya kuasa untuk membuat keputusan dalam keluarga kami. Sejak detik pertama dalam hati, ketika menerima si koki ini sebagai suami saya, dia adalah imam dalam hidup saya. 

Saya hanya bisa mengabdi dan taat kepadanya demi sebuah makna ibadah dalam agama kami sebagai sumber pahala dan kemuliaan. Saya akan percaya kepada suami saya, pastilah keputusan yang diambil akan ada hikmah yang terbaik untuk keselamatan semuanya. Dalam hal ini tidak harus ada yang merasa dikorbankan atas perasaannya. 

Tetapi kita harus mampu membangun perasaan itu, untuk menciptakan kesalamatan semuanya. Saya, kedua anak saya, kamu letnan dan kedua pitrimu. Kita sebagai seorang wanita adalah punya makna mulia bahwa anak-anak yang hadir di dekat kita pada dasarnya adalah anak-anak kita semua. Jadi bagaimana mungkin akan ada perasaan akan menyakiti. Bila anak-anak kita itu patut kita lindungi dan kita selamatkan. Ketika tidak ada keinginan menyakiti semua anak-anak yang sama-sama kita kenal, maka tidak pula ada keinginan menyakiti untuk para orang tuanya. 

Perkenalan itu takdir kebaikan, setelah saya mengetahui keadaan lena dan del yang jauh dari dinda letnan tinggalkan, ada perasaan simpati untuk mereka. Artinya saya pun tidak mungkin ada perasaan benci kepada ibunya yaitu dirimu dinda letnan. 

Saya tidak merasa bahwa dinda akan merampas suami saya. Bahkan sudah menjadi misi kami untuk berbagi kebaikan dan cinta dalam berbagai makna sebagai suami istri, sebagai cinta kemanusiaan, sebagai cinta perdamaian.
Semuanya sangat terbuka lebar yang sudah disediakan oleh Tuhan. Agar cita itu maju dan berkembang, bukan untuk saling menyakiti, tetapi saling memupuk untuk menciptakan perdamaian.

Letnan Rose :
Kakaku terhormat, betapa saya bertubi-tubi merasakan kebahagaiaan. Setelah mengenal suami kakak yang luar biasa. Sekarang mengenal kakak yang tak jauh beda, yang memiliki cara pandang cinta istimewa. Puji syukur kapada Tuhan, saya dipertemukan dengan orang-orang hebat. 

Rasa nyaman bekomunikasi dengan kakaku terhormat. Semua kata-kata kakaku terhormat serasi dengan semangat kokiku tercinta. Maaf kakaku, sebutanku kepada suami kakak terhormat. Dengan perkataan cinta dan sayang. Itu adalah budaya dan tradisi kami untuk ungkapan keseriusan dari hati yang paling dalam, bukan hanya sebutan pemanis bibir belaka.

Istri Si Koki :
Dinda letnan, setiap yang baik pasti bertemu dengan kebaikan pula. Semangat kebaikan itu tidak mudah luntur oleh sebuah masalah yang berupa kesalahan, kelemahan atau perbedaan yang manusiawi, seperti budaya hidup dan lain sebagainya. Kebaikan yang utuh itu, akan baik dalam segala situasi. 

Jadi tak ada yang saya kawatirkan dengan segala ucapan panggilan dinda kepada suami saya. Kalau itu merasa nyaman dan disukai oleh suami, saya tidak berhak untuk membencimu dengan kata-kata tersebut.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun