Mohon tunggu...
Hanif Ahmad
Hanif Ahmad Mohon Tunggu... Koki - Bekerja sebagai Head Pastry Chef

Shilaturahmi dengan menulis di RPHA Cianjur/Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kisah Cinta Letnan Rose dengan Si Koki (Part 14)

14 Juli 2020   17:41 Diperbarui: 14 Juli 2020   17:39 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi si koki (hanif ahmad)

Istri Si Koki :
Dinda letnan, kamu adalah wanita terhormat, tidak selayaknya menempatkan dirimu sedemikian rupa. Untuk bisa berkomunikasi di sini dengan kami. Saya sebagai seorang istri dari suami saya, tak punya kuasa untuk membuat keputusan dalam keluarga kami. Sejak detik pertama dalam hati, ketika menerima si koki ini sebagai suami saya, dia adalah imam dalam hidup saya. 

Saya hanya bisa mengabdi dan taat kepadanya demi sebuah makna ibadah dalam agama kami sebagai sumber pahala dan kemuliaan. Saya akan percaya kepada suami saya, pastilah keputusan yang diambil akan ada hikmah yang terbaik untuk keselamatan semuanya. Dalam hal ini tidak harus ada yang merasa dikorbankan atas perasaannya. 

Tetapi kita harus mampu membangun perasaan itu, untuk menciptakan kesalamatan semuanya. Saya, kedua anak saya, kamu letnan dan kedua pitrimu. Kita sebagai seorang wanita adalah punya makna mulia bahwa anak-anak yang hadir di dekat kita pada dasarnya adalah anak-anak kita semua. Jadi bagaimana mungkin akan ada perasaan akan menyakiti. Bila anak-anak kita itu patut kita lindungi dan kita selamatkan. Ketika tidak ada keinginan menyakiti semua anak-anak yang sama-sama kita kenal, maka tidak pula ada keinginan menyakiti untuk para orang tuanya. 

Perkenalan itu takdir kebaikan, setelah saya mengetahui keadaan lena dan del yang jauh dari dinda letnan tinggalkan, ada perasaan simpati untuk mereka. Artinya saya pun tidak mungkin ada perasaan benci kepada ibunya yaitu dirimu dinda letnan. 

Saya tidak merasa bahwa dinda akan merampas suami saya. Bahkan sudah menjadi misi kami untuk berbagi kebaikan dan cinta dalam berbagai makna sebagai suami istri, sebagai cinta kemanusiaan, sebagai cinta perdamaian.
Semuanya sangat terbuka lebar yang sudah disediakan oleh Tuhan. Agar cita itu maju dan berkembang, bukan untuk saling menyakiti, tetapi saling memupuk untuk menciptakan perdamaian.

Letnan Rose :
Kakaku terhormat, betapa saya bertubi-tubi merasakan kebahagaiaan. Setelah mengenal suami kakak yang luar biasa. Sekarang mengenal kakak yang tak jauh beda, yang memiliki cara pandang cinta istimewa. Puji syukur kapada Tuhan, saya dipertemukan dengan orang-orang hebat. 

Rasa nyaman bekomunikasi dengan kakaku terhormat. Semua kata-kata kakaku terhormat serasi dengan semangat kokiku tercinta. Maaf kakaku, sebutanku kepada suami kakak terhormat. Dengan perkataan cinta dan sayang. Itu adalah budaya dan tradisi kami untuk ungkapan keseriusan dari hati yang paling dalam, bukan hanya sebutan pemanis bibir belaka.

Istri Si Koki :
Dinda letnan, setiap yang baik pasti bertemu dengan kebaikan pula. Semangat kebaikan itu tidak mudah luntur oleh sebuah masalah yang berupa kesalahan, kelemahan atau perbedaan yang manusiawi, seperti budaya hidup dan lain sebagainya. Kebaikan yang utuh itu, akan baik dalam segala situasi. 

Jadi tak ada yang saya kawatirkan dengan segala ucapan panggilan dinda kepada suami saya. Kalau itu merasa nyaman dan disukai oleh suami, saya tidak berhak untuk membencimu dengan kata-kata tersebut.*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun