Asphire Park
Taman ini terletak di belakang Pusat Perbelanjaan Hyatt Plaza dan Villagio. Termasuk dalam wilayah Sport City yang menjadi ajang utama perhelatan Asian Games 2006 yang lalu. Di sini juga terdapat komplek olahraga yang komplit dan berstandar internasional.
Di samping taman ini juga tersedia hamparan padang rumput yang luas untuk bermain bola. Saking luasnya bisa menampung lima kelompok masyarakat bisa bermain bersama-sama. Di sinilah Persiqa (persatuan Sepak Bola Indonesia Qatar) berlatih setiap Jum’at pagi.
Hamparan rumput yang luas dan menghijau itu menyihir kota padang pasir menjadi padang rumput. Di antaranya tumbuh pepohonan yang menjadi tempat pengunjung bernaung dari sengatan matahari. Ini adalah tempat yang indah bagi warga Doha menghabiskan akhir pekan atau masa liburan anaka-anak sekolah.
Di sisi taman ada gundukan tanah yang menyerupai gunung- gunung kecil. Di gunung yang menghijau bak pegungungan tropis. Ada jalan cycling track menuju bukit yang tak berbunga itu. Di tengah ada danau buatan yang airnya bening membiru. Anak-anak bebek berenang keriangan ke sana - ke mari. Di sisinya terdapat pahatan keindahan dan air mengalir di antaranya. Di sisi ujung yang lain ada air mancur yang melengkung yang saling bersautan dari kedua sisi. Menaungi dan memberi kesejukan kepada setiap pengunjung yang lewat di bawahnya.
Dua daratan yang terpisah oleh danau dihubungkan jembatan. Di seberang jalan ada rumah yang terbuat dari gelondongan kayu yang artistik. Arsitektur rumah ini mengingatkan kekayaan kayu dan hutan bumi katulistiwa. Sekilas tampak seperti bangunan rumah yang banyak kita jumpai di pinggir-pinggir hutan Indonesia.
Melihat sketsa taman ini saya dibawa masuk ke lorong waktu di masa sekolah SD dulu. Di mana pelajaran menggambar bukanlah pelajaran favoritku. Jika ada PR menggambar maka pilihanku selalu jatuh pada gambar gunung, danau atau sungai, serta gubuk sederhana ala kadarnya. Tiga pilar utama yaitu gunung, danau, dan gubuk menjadi menu wajib. Untuk mempercantik tinggal menambahkan burung, matahari, awan ataupun pepohonan.
Pembuatan taman dan danau di padang pasir seperti Qatar ini tentu memakan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Begitu juga dengan pemeliharaannya. Namun di negeri Qatar ini jumlah taman yang diperuntukkan bagi warganya tak terhitung jumlahnya. Hampir di setiap sudut kota tersedia taman atau ruang terbuka untuk memanjakan warganya. Lapangan sepak bola dan futsal hampir ada di setiap lingkungan perumahan.
Membuat taman seindah taman ini bagi Indonesia tidak semahal di negeri gurun. Idealnya setiap kabupaten mempunyai ruang yang terbuka yang luas bagi warganya. Di Indonesia setiap kabupaten memang mempunyai alun-alun namun sayang kini banyak yang berubah fungsi menjadi pasar malam. Sebagai perbandingan luas taman ini bisa mencapai puluhan alun-alun yang ada di Indonesia. Sedangkan kita satu saja tidak bisa memelihara.
Di hamparan rumput nan luas itu senyum polos anak-anak mekar seindah bunga di musim semi. Mereka saling berkejaran mengejar matahari yang mulai menepi. Mereka saling berbagi ceria pada dunianya. Di tepian danau mereka menyaksikan bebek-bebek menari-nari dengan riangnya. Seriang dunia anak-anak.
Dari guratan wajah mereka seakan mereka hendak berkata "aku butuh tempat yang lapang untuk berekspresi. Aku butuh tempat yang indah untuk menjadi pribadi yang yang baik, aku butuh berinteraksi dengan orang lain karena aku kelak akan tumbuh menjadi makluk sosial. Aku butuh tempat berlari agar biar otot-ototku kuat untuk menatap masa depan".
Di tepi danau itu kita tidak perlu menunggu purnama ketujuh untuk jumpa dengan kekasih. Bukankah kekasih manusia adalah keindahan untuk saling memberi dan berbagi. Memberi seteguk air pada orang-orang yang dahaga seperti air memberi kehidupan pada kegersangan hidup.
Di tepi rumah kayu itulah kami ditemani angin semilir menikmati rejeki Tuhan berupa nikmatnya masakan nusantara. Alhamdulillah Ya rabbi dan terima kasih para ibu yang mengerti urusan perut para kami. Sambil menikmati makan kami merenung “seandainya tidak ada democrazy di negeri kami, seandainya tidak ada pilkada, pileg dan pilpres yang menguras biaya negeri kami, tentu ribuan taman seperti ini terhampar di negeri kami”.
“Oh…….. seandainya tidak ada korupsi di negeriku, oh….. seandainya proyek-proyek negara bukan ditujukan suapaya ada lahan korupsi, oh seandainya energy anak negeri ini tadak habis terkuras untuk merekayasa dan menagkis segala fitnah, oh……… Seandainya masih ada kejujuran dan keterbukaan” Tak bisa kubayangkan dasyatnya negeriku.
Mentari terus bergerak ke peraduan. Sinarnya yang merah mewarnai alam berpadu dengan keindahan lampu kota yang mulai bergeliat. Dari kejauhan terdengar suara adzan maghrib berkumandang. Suara itu menjadi satu-satunya yang paling merdu di akhir penghujung senja. Sepanjang menyusuri taman kudapati sekelompok orang berdiri lalu rukuk dan sujud pada Sang Pencipta Keindahan. Mulut mereka terus berdzikir memuji kesucian Dzat Keindahan dan Keabadian. Ya Rabb terima kasih hari ini telah kau limpahkan hamparan kenikmatan dalam hidup kami. Jadikanlah kami insan-insan yang selalu bersyukur dan mencintai keindahan. Keindahan untuk saling berbagi pada alam dan manusia yang Engkau ciptakan.
Entah pemandangan apa yang bisa dilihat di taman-taman negeriku. Kabarnya taman menjadi ajang kemaksiatan kaum muda. Tempat memadu cinta samapai keluar adri batas-batas yang dibolehkan. Taman menjadi tempat di mana seta-setan bergentayagan meski telah dipagari oleh sang penguasa. Kalau demikian ada bagusnya pemerintah tidak membuat taman – taman yang rimbun tempat setan bersembunyi. Cukup dengan hamparan rumput dan biarkan anak-anak bermain bola sesukanya. Siapa tahu kelak muncuk Kaka, CR-7, Messi dan Beckham dari nusantara tercinta.
Malam perlahan namun pasti akhirnya datang juga. Para pencari keindahan semakin berdatangan. Kami pun beranjak pergi membawa pulang keindahan malam langit Doha.
Salam dari Doha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H