Oleh : Muhammad Abubakar Fauzi Difinubun
Refleksi
kekasihku kau tahu sendirikan kebahagian itu sederhana? toh kenpa kau merasa sulit untuk menjelani? lalu bagaimana dengan kepercayaanmu pada Tuhan yang kau anggp pemilik dari nafas dan kehidupan ini? Kekasihku ketahuilah semua yang kita jalani hari ini adalah bagaimana menyipakan untuk kematian nanti. Tempat untuk aku beristrahat adalah pundakmu,Â
Sebab disana aku bisa tidur dan melepaskan rinduku padamu. Begitulah kata Annisa padaku saat aku berteduh dari hujan dan memandang anak-anak kecil sambil berkejaran dan sambil tertawa. Aku melihat sejuta kebahagian yang muncul dari wajah-wajah itu. Mereka terlihat bahagia walau kebahagian mereka tak seperti anak-anak orang kaya, tapi mereka menemukan cara lain untuk bahagia.Â
Aku tak tahu apa nasib mereka kedepannya yang pasti mereka juga suda tahu apa yang mereka lakukan. Yang terpenting hari ini adalah tanggung jawab kita untuk merangsang pikiran mereka bahwa mereka juga  bisa seperti orang-orang dikota yang hidupnya serbah ada. Tapi bagi saya kebehagian itu bukan mereka yang meiliki segalahnya, namun kebahagian itu kita bisa melihat orang-orang yang kita sayang bisa tersenyum. Aku pernah ditanyakan salah seorang senior saya. Namaya Abang Ulhak Payapo. Kami menyapa dengan abang Ull.
Adik?
Ya?
Apa pendapatmu tentang kebahagian?
Aku menjawab, kebahagian itu kita bisa membahagiankan orang tua!
Jawab abang Ull, Apa itu cukup? Lalu bagaiman saat kita menika dan memiliki anak?
Aku sedikit tersenyum, sembari memandang pada kaca jendelah rumah yang sedikit retak. Lalu dipikiranku muncul pertanyaan.