Tujuan dari pembuatan jurnal refleksi ini agar saya mampu mendokumentasikan kontribusi nyata penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara di kelas dan sekolah sebagai pusat pengembangan karakter.
Sebagai tahapan terakhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Aksi Nyata memberikan ruang bagi saya menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh dalam satu rangkaian modul 1.1A. Tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara dengan kegiatan mulai dari diri sendiri, eksplorasi konsep, ruang kolaborasi, refleksi terbimbing, demontrasi kontekstual, dan elaborasi pemahaman.
Aksi Nyata dimaksudkan sebagai proses pengembangan profesionalisme berkelanjutan, di mana ia dilihat sebagai kesatuan antara proses pembelajaran dan implementasi.
Dengan demikian, aksi nyata perlu dijalankan secara terus menerus, Aksi Nyata ini merupakan perwujudan dari perubahan konkret dalam proses pembelajaran saya sesuai dengan pemikiran KHD dan konteks sosial dan budaya di daerah Lamaholot Kabupaten Flores Timur.
Untuk mendukung pengembangan berkelanjutan, sepanjang proses penerapan ini saya melakukan refleksi, salah satunya dengan menulis jurnal refleksi.
Jurnal refleksi yang saya tulis secara rutin merupakan media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya lakukan sehingga memberikan kontribusi nyata penerapan pemikiran Ki Hadjar Dewantara di kelas dan sekolah sebagai pusat pengembangan karakter.
Dengan memiliki rekam jejak yang berkelanjutan seperti ini, akan mendorong saya untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selama mengikuti kegiatan Pendidikan Guru Penggerak (PGP), sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 6, saya merasa sangat terkesan, banyak pengalaman baru yang saya peroleh dari pendidikan ini bersama Instruktur Bapak Giyanto, S.Pd, M.Pd, fasilitator Ibu Rambu Ika Maramba Hau dan Pengajar Praktek ibu Maria Goreti serta teman-teman guru CGP lainya dari kabupaten Flores Timur, saya mencoba menerapkan konsep-konsep dasar pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan.
Pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelek), dan jasmani anak-anak. Maksudnya ialah supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya. Karena itulah pasal-pasal yang harus kita pentingkan yaitu :
- Segala syarat, usaha dan cara pendidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan
- Kodratnya keadaan ada tersimpan dalam adat istiadat masing-masing rakyat, sifat-sifat mana terjadi dari campurnya semua daya upaya untuk mendapatkan hidup tertib damai.
- Adat istiadat, sebagai sifat daya upaya akan tertibnya damai itu, tiada luput dari pengaruh “zaman” dan “alam” karena itu tidak tetap, akan tetapi senantiasa berubah, bentuk, isi dan iramanya. (Pidato Ki Hajar Dewantara, Lapiran 3)
Filosofi pendidikan Ki Hajar adalah student-centered. Istilah yang beliau pergunakan adalah "berhamba pada sang anak," seperti dalam kutipan asas Taman Siswa . Metode Among, tercermin di semboyan Tut Wuri Handayani, adalah metode yang berhamba pada sang anak.
Bapak Pendidikan kita sejak tahun 1922 sudah mengenalkan dan mengajarkan kita pada filosofi pendidikan yang berpusat pada siswa. Hal seharusnya tidak asing bagi semua pemangku kepentingan pendidikan Indonesia.
Filosofi pendidikan ini mensyaratkan pendidik untuk memberi tuntunan sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak secara budi (cipta, rasa, karsa) dan pekerti (tenaga), sesuai dengan kodratnya sang anak.
Ki Hajar sendiri menggambarkan tuntunan pendidikan yang "ekologis," ibarat petani yang menanam berbagai macam bibit tanaman dan memelihara tanaman tersebut sesuai dengan kodratnya.
Tuntunan ini bersifat holistik, tak boleh lepas dari pendidikan sosial dan kultural. Ia menghantarkan anak tidak hanya pada ketajaman pikiran, kehalusan rasa, dan kekuatan kemauan, namun juga pada kebulatan jiwa dan kebijaksanaan.
Ki Hajar mengkritik keras sistem pendidikan yang hanya menekankan pendidikan pikiran saja dan menomorduakan pendidikan sosial. Ki Hajar juga mengkritik keras sistem pendidikan yang mengkultuskan ujian.
Dalam sistem tersebut pelajar tidak akan belajar untuk perkembangan hidup kejiwaannya, tapi untuk nilai tinggi, rapor, dan ijazah. Sistem seperti ini, menurut Ki Hajar, harus diberantas. (Imran Tululi, Menuju Sistem Pendidikan yang Berhamba pada Sang Anak)
Dari dasar inilah saya mencoba menerapkan pembelajaran yang berpihak pada anak dengan melihat kodrat alam sebagai suatu yang harus dituntun untuk merubah lakunya, memunculkan tabiat baiknya dengan memberikan perlakuan yang baik, membimbing dan memberikan contoh yang baik terhadap anak-anak didik.
Pertama yang harus saya rubah dari diri saya adalah bagaimana menggunakan pendekatan budaya lamaholot yang penuh dengan kesantunan, saling menghargai, Peduli sesama, gotong royong, dan Religius untuk diterapkan di sekolah dan dikelas sebagai suatu kebiasaan yang mampu merubah lakunya.
Selama pendidikan 2 minggu ini saya merasa ada perubahan yang signifikan pada diri saya, terbukti ketika saya mengajar di kelas beberapa hari setelah mengikuti materi yang saya dapatkan di kelas pembelajaran PGP membuat siswa merasa heran, ada yang lain dari praktik mengajar saya, kebiasaan saya ketika mengajar yang pertama saya lakukan adalah menanyakan pekerjaan rumah mereka jika ada yang tidak kerja dan terlambat mengumpulkan maka saya memberikan hukuman dengan cara berlutut di depan kelas, memukul tangan mereka, dan menjewer telinga, bahkan ada yang saya marah dan membentaknya, hukuman berlutut ini saya lakukan selama jam mengajar saya di kelas itu, saya mempersilahkan siswa duduk ketika bisa menjawab pertanyaan dari saya.
Tetapi ada yang lain kali ini, saya masuk ke kelas dengan memberi salam sebelum siswa memberi hormat, kemudian menyapa mereka dengan santun dan menanyakan kabar mereka, saya tidak memberikan hukuman dan tidak marah jika ada siswa yang tidak kerja tugas, jika ada masalah siswa terkait belajar, masalah teman, orang tua, keuangan mereka maka saya memberikan penguatan, masukan dan motivasi. Suasana begitu tenang sangat bersahaja saya merasa seolah-olah hilang semua target indikator selama ini saya kejar.
Setelah memberi motivasi tentang kehidupan, saya mulai dengan menyampaikan materi, kebiasaan saya dulu, memberikan materi dengan menyuruh anak mencatat di depan kelas kemudian saya menjelaskan kadang waktu pembelajaran habis dengan mencatat dan penjelasan saya, siswa seolah-olah tidak diberikan peran dalam proses pembelajaran, kebiasaan ini kemudian saya rubah, saya memberikan judul materi kemudian saya bagi kelompok, masing-masing kelompok membuat pertanyaan-pertannyaan tentang meteri yang di pelajari, kemudian dari pertanyaan itu mereka mencari jawaban dari diskusi kelompok dengan bahan refrensi bebas boleh di ambil dari buku paket, jurnal, internet berbagai sumber.
Kali ini saya memberikan kebebasan belajar dengan memakai gawai/Hp android, karna saya menyadari selain kodrat alam ada kodrat zaman yang perlu kita perhatikan bahwa zaman kita dulu dengan zaman anak kita sekarang itu berbeda, hampir semua aktivitas mereka tidak terlepas dari menggunakan gawai kesadaran inilah saya membolehkan siswa belajar dengan bebas memakai gawai/hp untuk mencari refrensi tentang topik pembelajaran, tentu kebebasan yang saya berikan ini tidak terlepas dari pengawasan dan kontrol dari saya jangan sampai ada peserta didik yang menggunakan kesempatan ini mengakses konten-konten yang tidak bermanfaat. setelah berdiskusi dan mencatat hasil, saya mempersilahkan masing-masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas dan menjawab tanggapan dari kelompok lain,.
Di akhir pertemuan saya menyimpulkan materi dan memberikan penguatan dan meberikan profesiat kepada masing-masing kelompok yang sudah berani tampil dan mampu menjawab pertanyaan baik sesama teman dalam kelompok maupun dari kelompok lain.
Sebelum kami berpisah di kelas saya menanyakan kesan mereka selama belajar dari awal samapai akhir pembelajaran sebagai refleksi. beberapa siswa mengangkat tangan dan saya memberikan siswa yang bernama Teodora Irsanti (siswa kelas X Kep A) salah satu siwa yang mepersentasikan hasil kelompok 1 tadi untuk menjawab, menurut Irsan "hari ini kami belajar tanpa tekanan sangat senang dan menarik, kami belajar dengan bebas. pembelajaran kali ini saya merasa begitu aktif dalam belajar, pak tidak marah-marah kami, kami sangat senag".
Untuk pembelajaran selanjutnya saya akan menyajikan materi dengan konten-konten menarik agar lebih menyenangkan siswa saya akan sajikan dengan gambar, video, dan audio sebagai praktek baik yang di dapat pada saat pembuatan video refleksi dari pemahaman konsep selama pendidikan guru penggerak.
Hal ini dilakukan merupakan salah satu implementasi dari teori pendidkan Ki Hajar Dewantara yang menghamba pada siswa. kedepanya saya lebih bersabar dan ikhlas, dapat memberikan teladan agar siswa bisa melihat dan meniru, mengenali lebih dalam krakter dan latar belakang siswa, keluarga atau lingkungan. dan memilih media pembelajaran yang bervariasi.
Dengan apa yang saya peroleh dalam 2 mimggu ini dan dukungan dari Kepala Sekolah Bapak Ahmad Taher, SE serta dengan modal potensi yang dimiliki sekolah SMK Sura Dewa Larantuka , saya berkeinginan untuk dapat mewujudkan menjadi sekolah yang nuansa ajaran Ki Hajar Dewantara nampak kelihatan, yang penting ke depan saya berusaha dulu sedikit demi sedikit mulai dari saya pribadi dan ke depanya dapat menular kepada rekan guru lain dan warga sekolah termasuk karyawan dan tata usaha.
Aamiin.
Salam Guru Penggerak ...!!!
By : Abubakar S. Dasy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H