Mohon tunggu...
Muhammad Yusuf Romadhoni Al Faruq
Muhammad Yusuf Romadhoni Al Faruq Mohon Tunggu... -

saya seorang ahlussunnah, pencinta hadits, seorang developer web, linux mania, blogger.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar dari Diri Sendiri tentang Kekuasaan Tuhan

21 Desember 2011   06:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:57 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seandainya kamu dilahirkan dalam keadaan dapat memahami seperti keadaanmu pada masa dewasa, kehidupanmu akan sengsara, karena kamu melihat dirimu digendong, menyusu, diikat dengan selendang gendongan, terpenjara di buaian, lemah, dan tidak berdaya melakukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Bayangkan bagaimana jadinya hidupmu jika dalam kondisi semacam ini kamu sudah berpikiran matang, lalu kamu tidak menerima kenikmatan, kelembutan, dan kasih sayang seperti yang diberikan kepada bayi. Engkau menjadi makhluk AllahSubhanahu wa ta’alaa yang paling merana dan sengsara.

Kedatanganmu ke dunia ini dalam keadaan bodoh dan tidak mengetahui apa-apa, sebenarnya penuh hikmah dan rahmat. Kamu menerima segala hal dengan otak yang lemah dan pengetahuan yang kurang. Kemudian akal dan pengetahuanmu terus bertambah sedikit demi sedikit sampai kamu terbiasa dengan benda-benda, dan mencoba-cobanya. Engkau tidak lagi heran dan mengamat-amati saja, tapi sudah bisa langsung mempergunakannya. Di samping itu, masih ada lagi hikmah selain yang telah kami sebutkan.

Jadi, siapa yang terus menjaga dan merawatmu sampai terpenuhi segala manfaat, alat, dan keperluanmu tepat pada saat kamu membutuhkannya; tanpa perlu mempercepat atau memperlambatnya dari waktu butuhnya?

Dia memberimu kuku-kuku pada waktu kamu memerlukannya untuk bermacam manfaat. Kuku-kuku itu membantu dan menguatkan jari-jari. Karena kebanyakan pekerjaan dilakukan dengan ujung jari, maka ia dibantu dengan kuku untuk menambah kekuatannya. Di samping itu, kuku juga berfungsi untuk menggaruk badan yang gatal, mencongkel sesuatu yang tidak dapat dikeluarkan dengan daging jari, dan sebagainya.

Dia mempercantik kamu dengan rambut di kepala sebagai hiasan, dan pelindung dari panas dan dingin. Sebab, kepala adalah tempat beradanya indera-indera, dan sebagai sumber pikir dan zikir. Dan, buah dari akal pun akan bermuara kepadanya.

Khusus untuk lelaki, wajahnya diperindah dengan jenggot dan cambang untuk menambah kewibawaan, kegagahan, ketampanan, dan tanda kedewasaan, serta pembeda antara lelaki dan wanita. Sedangkan wanita tetap dalam kondisinya (tanpa jenggot) mengingat dia tercipta sebagai pemuas lelaki. Wajahnya halus mulus agar lebih membangkitkan syahwat lelaki dan lebih sempurna kenikmatan berhubungan dengannya. Meski spermanya sama, bahannya sama, wadahnya juga tidak beda, siapa yang memberikan lelaki sifat-sifat kelelakian dan memberi wanita sifat kewanitaan?

Jangan pedulikan pernyataan para ilmuwan alam yang dungu tentang sebab janin menjadi lelaki atau perempuan. Mereka mengembalikannya kepada faktor-faktor biologis yang kadang memang benar secara kebetulan dalam masalah ini, tapi salahnya lebih banyak dari benarnya. Sandaran terjadinya kelamin lelaki dan wanita tidak lain hanyalah ketentuan kehendak ilahi yang diberikan-Nya kepada malaikat perupa, yang bertugas membentuk rupa makhluk ketika dia bertanya, “Tuhan, ini lelaki atau wanita? Bahagia atau sengsara? Apa rezekinya? Dan, berapa usianya?” Kemudian Allah mewahyukan kepada malaikat tersebut apa yang dikehendaki-Nya, lalu sang malaikat menulisnya.[sebagaimana hadits shahih riwayat Bukhari]

Kalau memang alam berperan dalam penentuan jenis kelamin, lelaki atau wanita, tentu dia juga berpengaruh terhadap rezeki dan ajal, bahagia dan sengsara. Kalau tidak, berarti juga tidak berpengaruh terhadap jenis kelamin, karena semuanya bersumber dari wahyu Allah Subhanahu wa ta’alaa kepada malaikat tersebut. Kami tidak mengingkari jenis kelamin juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Namun, faktor-faktor itu hanya diketahui oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa, manusia tidak tahu apa-apa. Dia berfirman,

artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (asy-Syuura: 49-50)

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’alaa menyebutkan empat jenis wanita.

Pertama: yang melahirkan wanita saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun