Mohon tunggu...
abu syakil
abu syakil Mohon Tunggu... -

Islam is peace

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

ADA APA DENGAN BANGSA KITA?

9 Februari 2011   06:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:46 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu'alaikum wr.wb.

Akhir-akhir ini ibu pertiwi kembali menangis. Sebagian anak bangsa berduka. Dua peristiwa yakni peristiwa cikeusik dan temanggung mengangkat nama indonesia di mata dunia. Ada apa dengan bangsa kita.

Tulisan ini saya buat tiada lain adalah ingin mencoba membuka hati kita sebagai bangsa yang terkenal dengan bangsa yang  toleran.

Kita melihat peristiwa dicikeusik. Berbagai komentar di media masa baik oleh tokoh agama, pemerintah maupun warga saling memberikan komentar.  diantaranya tentang kelalaian pemerintah melindungi rakyatnya,  tentang pelanggaran ham, tentang kerukunan beragama bahkan kembali membahas masalah aqidah atau keyakinan.

Untuk yang terakhir ini saya ingin berbagi ilmu kepada saudara-saudara saya kaum muslimin. Saat ini dalam kalangan kaum muslimin heboh tentang bermunculannya orang yang mengaku nabi. Mengenai hal ini :

Disini saya tidak akan memberikan pandangan pribadi  tapi saya akan mengutip sebuah buku yang dikarang oleh seseorang yang pasti tidak asing lagi ditelinga. Seorang ulama besar di Tanah air ini,  dalam buku beliau TAFSIR AL AZHAR jilid 3. Beliau adalah Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan BUYA HAMKA.

1 . Tafsir tentang Kewafatan Nabi Isa as.

Dalam hal ini Buya Hamka menafsirkan Surah Ali Imran ayat 55  :  " (Ingatlah) ketika Allah berkata  (Berfirman. pen.) :  Wahai Isa, Sesungguhnya Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku dan membersihkan engkau dari orang-orang yang kafir .........."

Pada halaman 252  beliau menulis.

" Kata  Mutawwafika telah kita artikan menurut lughatnya yang terpakai arti asal itu diambil arti mematikan, sehingga wafat berarti mati, mewafatkan berarti mematikan. Apa lagi bertambah kuat arti wafat  berarti mati, mewafatkan ialah mematikan itu karena banyaknya bertemu dalam Alquran ayat-ayat, yang disana disebutkan tawaffa, tawaffahumul-malaikatu, yang  semuanya itu bukan menurut arti asal yaitu mengambil sempurna ambil, melainkan berati mati. Sehingga sampai kepada pemakaian bahasa yang umum jarang sekali dirtikan wafat dengan ambil, tetapi pada umumnya diartikan mati juga.  Maka dari itu arti yang lebih dahulu dapat langsung dipahamkan, apabila kita membaca ayat ini ialah : " Wahai Isa, Aku akan mematikan engkau dan akan mengangkat engkau kepada-Ku dan membersihkan engkau dari tipu daya orang kafir." Diakan diangkat ke sisi Tuhan , ialah sebagaimana Nabi Idris yang diangkat drajatnya ketempat yang tinggi.  sebagaimana tersebut di dalam Surat Maryam (surah ke 19 ayat 53.) Seperti juga orang mati syahid  di dalam Surah Ali Imran ayat 169, dikatakan bahwa dia tetap hidup."

Pada halaman 254 beliau menulis :

"Al Alusi di dalam tafsirnya yang terkenal Ruhul Ma'ani, Setelah memberikan keterangan beberapa pendapat tentang arti Mutawwafika, akhirnya menyatakan pendapatnya sendiri bahwa artinya telah mematikan engkau, yaitu menyempurnakan ajal engkau (Mustaufi ajalika)  dan mematikan engkau menurut jalan biasa, tidak sampai dapat dikuasai oleh musuh yang hendak membunuh engkau.

Dan beliau menjelaskan lagi bahwa arti warafi'uka ilayya, dan mengankat engaku kepada-Ku, telah mengakat derajat beliau, memuliakan beliau, mendudukkan beliau ditempat yang tinggi, yaitu roh beliau sesudah mati. Bukan mengangkat badannya.

Masih dihalaman yang sama.:

Syaikh Muhammad Abduh menerangkan tentang tafsir ayat ini demikian. : Ulama didalam menafsirkan ayat ini ada menempuh dua jalan. Yang pertama dan yang masyur ialah bahwa dia diangkat Allah dengan tubuhnya dalam keadaan hidup , dan nanti dia akan turun kembali di akhir zaman dan menghukum diantara manusia dengan syariat kita (Syariat Islam, pen.) Dan kata beliau seterusnya..... Dan jalan penafsiran yang kedua ialah memahamlan ayat menurut asli yang tertulis, mengambil arti tawaffa dengan maknanya yang nyata, yaitu mati seperti biasa, dan rafa'a (angkat), ialah rohnya diangkat sesudah beliau mati. dst.................. . Kemudian beliau terangkan juga takhrij golongan kedua ini tentang nuzul Isa (akan turun Nabi Isa diakhir zaman) itu. Menurut Golongan ini kata beliau turunnya Isa bukan turun tubuhnya, akan tetapi akan datang masanya pengajaran Isa yang asli. dst.........."

Pada halaman 255 :

"Sayid Rasyid Ridha pernah menjawab pertanyaan dari Tunisia. Bunyi pertanyaan : "Bagaimana keadaan Nabi Isa sekarang? Dimana Tubuh dan nyawanya? Bagaimana pendapat tuan tentang ayat inni mutawwafika wa rafi'uka? Kalau memang dia sekarang masih hidup, seperti didunia ini , dari mana dia mendapat makanan yang diperlukan bagi  tubuh jasmani-haiwani itu? Sebagaimana telah menjadi Sunatullah atas makhluk-Nya.

Jawab beliau :

Jumlah kata, tidaklah ada Nash yang sharih (tegas) di dalam Alquran bahwa Nabi Isa telah diangkat dengan tubuh dan nyawanya ke langit dan hidup di sana seperti di dunia ini, sehingga perlu menurut Sunatullah tentang makan dan minum.sehingga timbul pertanyaan tentang makan beliau sehari.....dst.

Dan berkata pula Syaikh Mustafa Al-Maraghi, Syaikh Jami Al-Azhar yang terkenal sebelum perang dunia ke 2., menjawab pertanyaan orang tentang ayat ini : Tidak ada dalam Alquran suatu nash yang sharih dan putus tentang Isa as. diangkat kelangit dengan tubuh dan nyawanya itu, dan bahwa dia sampai sekarang masih hidup dengan tubuh dan nyawanya. Adapun sabda (firman. pen) Tuhan mengatakan : Aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepada-Ku  dan membersihkan engkau daripada orang-orang yang kafir itu!. Jelaslah bahwa Allah mewafatkan nya, dan mematikannya dan mengangkatnya, zahirlah (nyata) dengan diangkatnya sesudah wafat itu., yaitu  diangkat derajatnya disisi Allah , sebagaimana Nabi Idris as.  dst.......

Pada halaman 258  buya Hamka menulis :

Adapun ulama Indonesia yang menganut faham seperti demikian dan menyatakan pula faham itu  dengan  karangan  ialah guru dan ayah hamba Dr. Syaikh Abdul Karim Amrullah di dalam bukunya al-Qaulush Shahih, pada tahun 1924. Beliau pun menyatakan faham beliau bahwa Nabi Isa meninggal dunia menurut ajalnya dan diangkat derajat beliau di sisi Allah , Jadi bukan tubuhnya yang dibawa kelangit."

Saudara-saudaraku kaum muslimin, kenapa saya mengutip tulisan Buya Hamka ini tiada lain adalah memberikan sedikit pencerahan bahwa melalui tulisan beliau itu dan juga penafsiran para ulama besar terdahulu  dapat membantu menyelesaikan persoalan saat ini. Ternyata sebagian ulama berpendapat bahwa Nabi Isa as. sudah wafat berarti  Nabi Isa yang akan turun di akhir zaman adalah dalam wujud orang lain. Berarti pendapat  yang mengatakan ada nabi sesudah nabi Muhammad saw. tidak hanya Ahmadiyah. Apakah kita akan berani mengatakn beliau-beliau tersebut (Nauzubillahi min zalik)  adalah sesat?

Segala persoalan seharusnya kita kembali kepada Alquran. Di dalam Alquran banyak sekali Allah swt. menceritakan kisah para nabi-nabi Allah.  tujuannya adalah agar kita mengambil pelajaran dari itu semua . Semoga Allah swt. mengampuni segala kesalahan dan dosa kita. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun