Mohon tunggu...
ABU BAKAR
ABU BAKAR Mohon Tunggu... Guru - Guru Otomotif di SMKN 1 Kawali Kabupaten Ciamis

Saya adalah guru Dasar program keahlian Otomotif di SMKN 1 Kawali Kabupaten Ciamis Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching untuk Supervisi Akademik

30 Maret 2023   00:02 Diperbarui: 30 Maret 2023   00:08 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

2.  mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Supervisi  akademik sebagai proses berkelanjutan yang memberdayakan. Kualitas pengajaran atau akademik guru diharapkan meningkat melalui supervisi akademik, namun hal ini tidak berarti supervisi akademik hanya berfokus pada peningkatan keterampilan dan pengetahuan semata. Kualitas guru yang diharapkan untuk berkembang juga termasuk didalamnya peningkatan motivasi atau komitmen diri. Kualitas pembelajaran meningkat seiring meningkatnya motivasi kerja para guru.

3.  Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal di tingkat sekolah 

Disekolah saya seringkali supervisi akademik dilihat sebagai sebuah proses yang bersifat satu arah. Apalagi jika supervisi akademik ini hanya terjadi satu tahun sekali menjelang akhir tahun pelajaran. Supervisi menjadi sebuah tagihan atau kewajiban kepala sekolah dalam tanggung jawabnya mengevaluasi para pendidik yang tujuannya hanya untuk memenuhi program penilaian kinerja guru (PKG) sehingga pada akhirnya supervisi akademik hanyalah sebuah kegiatan rutin tahunanan saja yang dilakukan secara seremonial.

4.  Memunculkan  alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Berkaitan dengan permasalahan B.3 diatas maka ada beberapa alternatif solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, yaitu:

  • Mengubah paradigma berpikir kepala sekolah tentang supervisi akademik melalui diskusi prakarsa perubahan baik secara formal maupun non formal.
  • Mengadakan seminar khusus yang membahas coaching supevisi akademik dengan pemateri calon guru penggerak atau guru penggerak yang sudah menguasai coaching supervisi akademik.
  • Mengubah paradigma berpikir para pendidik mengenai supervisi akademik melaui kegiatan diskusi baik secara individual maupun melalui komunitas praktisi.

C.  Membuat keterhubungan

1.   Pengalaman masa lalu ?

Pengalaman saya saat menjalani peran sebagai guru yang disupervisi (supervisee), kegiatan supervisi adalah kegiatan yang dilakukan hanya untuk menilai kinerja guru berdasarkan instrumen yang sudah baku, yang diantaranya adalah tentang administrasi pembelajaran yang dibuat dan bagaimana menjalankannya pada saat proses belajar mengajar. Sedangkan esensi tentang bagaimana seorang pendidik harus memenuhi kebutuhan belajar murid secara maksimal, apa saja kendala dan bagaimana cara mengatasinya berdasarkan ide dan motivasi dari pendidiknya itu sendiri belum dilakukan dalam supervisi akademik.

2.  Penerapan di masa mendatang ?

Kepala sekolah sebagai pemimpin dan supervisor pendidikan harus menggunakan prinsip-prinsip coaching didalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik, yaitu :

  • Kemitraan : Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar bagi coachee.
  • Proses Kreatif: Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang: 1) dua arah 2) memicu proses berpikir coachee 3) memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru
  • Memaksimalkan Potensi: untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan.

3.  konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari ?

Pada modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat  yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses coaching dengan memberdayakan (andayani/handayani) semua kekuatan diri pada murid. Sebagai seorang Guru (pendidik/pamong) dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau paradigma berpikir Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun).  Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Oleh sebab itu, empat (4) cara berpikir ini dapat melatih guru (coach/pamong) dalam menciptakan semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses komunikasi dan pembelajaran

4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Inti dari kegiatan supervisi adalah membantu guru dan berbeda dengan penilaian kinerja guru, meskipun di dalam supervisi akademik ada penilaian. Dalam supervisi akademik menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987). Menurut Sergiovanni (dalam Depdiknas, 2007: 10), ada tiga tujuan supervisi akademik, yaitu:

  • Supervisi akademik dilakukan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam memahami kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
  • Supervisi akademik dilakukan untuk memonitor kegiatan proses belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas- kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian peserta didik.
  • Supervisi akademik dilakukan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugastugas mengajar, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (dalam Depdiknas, 2007) Supervisi akademik yang baik adalah supervisi akademik yang mampu berfungsi mencapai multi tujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memperhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya

Sumber/referensi : Modul Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah Supervisi Dan Penilaian Kinerja Guru (MPPKS - PKG) Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun