2.3.A.8. KONEKSI ANTARMATERI - MODUL 2.3
COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK
Oleh: Abu Bakar, S.T
A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik
1. pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh ?
Materi coaching supervisi akademik merupakan materi yang baru bagi saya, sebelumnya saya mengenal kata coach hanya pada bidang olah raga saja khususnya sepakbola. Namun sekarang saya baru tahu bahwa dalam dunia pendidikan juga ada istilah coach.
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Sedangkan supervisi akademik merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Dan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik.
Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi:
- Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
- Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu
- Terencana
- Reflektif
- Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
- Berkesinambungan
- Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik
2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar ?
Selama mempelajari modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik saya merasa sangat antusias karena materi ini sangat baik untuk diterapkan disekolah khususnya untuk kegiatan supervisi akademik. Selama ini supervisi akademik lebih mengedepankan pengisian instrumen untuk penilaian kinerja guru, tetapi hal yang paling subtansialnya tidak pernah tersentuh. Hal substansial tersebut adalah perubahan paradigma berpikir dari gurunya itu sendiri yaitu bisi memiliki semangat dan ide-ide perubahan yang konstruktif dari dalam dirinya sendiri.
Selain itu dalam mempelajari materi coaching supervisi akademik ini saya juga merasa tertantang khususnya pada saat melakukan simulasi coaching diamana kita harus berperan sebagai coach yang harus mampu membuat pertanyaan-pertanyaan berbobot yang mampu menggali motivasi dan ide-ide pemecahan masalah secara mandiri dalam diri si coachee.
3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dalam proses belajar ?
Dalam proses mempelajari modul modul ini saya sudah bisa berkolaborasi secara baik dengan teman 1 tim khususnya dalam proses simulasi coaching. Saya bisa mengerjakan semua penugasan modul 2.3 dan menyelesaikannya sebelum batas waktu berakhir.
4. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dalam proses belajar ?
Hal yang harus diperbaiki dalam proses mempelajari modul 2.3 ini adalah kecepatan dalam menyelesaikan penugasan. Selama ini saya sering mengumpulkan tugas ketika sudah mendekati batas akhir pengumpulan karena walaupun tidak melewati batas akhir, hal itu disebabkan karena banyaknya pekerjaan lain yang harus dikerjakan dengan segara dan biasanya itu merupakan tugas tambahan guru disekolah.
5. Keterkaitan materi yang dipelajari terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Mempelajari modul 2.3 coaching supervisi akademik telah meningkatkan kompetensi saya sebaga seorang pendidik. Komptensi tersebut adalah coaching, proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat..
Sementara itu kaitannya dengan supervisi akademik, kompetensi coaching yang sudah dipelajari telah mampu membuat perubahan paradigma berpikir saya terhadap tujuan dilakukannya supervisi akademik di sekolah (Sergiovanni, dalam Depdiknas, 2007):
- Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru,
- Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri,
- Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran.
.
B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
1. pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh ?
Apakah konsep coaching supervisi akademik ini efektif diterapkan di sekolah-sekolah karena konsep-konsep perubahan dan ide-ide kreatif untuk pemecahan masalah yang muncul dalam proses coaching harus secara instrinsik, sementara itu peubahan secara instrinsik memerlukan waktu yang lama sehingga kemungkinan untuk berubah secara cepat akan sangat sulit. Tetapi jika terjadi perubahan, maka perubahan itu bisa berlangsung secara sangat lama atau bahkan selamanya.
