Dalam beberapa tahun terakhir, industri fashion global telah menyaksikan pergeseran signifikan menuju inklusivitas dan keragaman dengan salah satu tren paling mencolok adalah munculnya fashion halal.Â
Fashion halal yang mengikuti prinsip-prinsip Islam yaitu tentang kesederhanaan dan sumber produksi yang etis telah muncul sebagai segmen pasar yang berkembang pesat, melayani jutaan konsumen Muslim di seluruh dunia.Â
Artikel ini mengeksplorasi faktor-faktor yang mendorong bangkitnya fashion halal, dampaknya terhadap lanskap fashion global, serta tantangan dan peluang yang ada.
Â
Fashion Halal
Fashion halal mencakup pakaian dan aksesori sesuai dengan panduan Islam yang menyinggung kesederhanaan, kesopanan, dan produksi yang etis. Bagi konsumen Muslim mematuhi prinsip-prinsip ini bukan hanya masalah preferensi pribadi, tetapi juga kewajiban agama.Â
Hal ini akan menciptakan permintaan akan pakaian sopan yang menutupi tubuh, menghindari kain yang transparan atau ketat, dan diproduksi dengan cara yang sejalan dengan nilai-nilai Islam seperti praktik kerja yang adil dan proses yang ramah lingkungan.
Menurut laporan State of The Global Islamic Economy tahun 2023, konsumen Muslim menghabiskan sekitar $318 miliar untuk membeli modest fashion pada tahun 2022.Â
Angka ini menggarisbawahi potensi pasar yang signifikan untuk fashion halal. Industri ini tidak hanya terbatas pada wanita Muslim saja, tetapi juga menarik bagi wanita dari semua agama dan latar belakang budaya yang menghargai kesopanan dan inklusivitas.
Â
Faktor-faktor yang Mendorong Bangkitnya Fashion Halal
Beberapa faktor telah berkontribusi pada lonjakan popularitas fashion halal secara global. Salah satu pendorong utama adalah peningkatan daya beli konsumen Muslim terutama di wilayah seperti Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Afrika Utara seiring dengan meningkatnya pendapatan yang dapat digunakan di pasar-pasar ini, demikian juga meningkatnya permintaan akan fashion yang mencerminkan sensitivitas budaya dan agama.
Selain itu, pengaruh yang semakin besar berasal dari media sosial dan platform digital telah memfasilitasi penyebaran tren fashion halal di luar negara-negara dengan mayoritas Muslim.Â
Di masa lampau, perempuan Muslim menghadapi pengucilan dan diskriminasi dalam industri fashion dengan representasi terbatas dan sedikitnya pilihan variasi untuk pakaian sopan.Â
Namun, narasi ini telah berubah dengan munculnya para influencer seperti Dian Pelangi dan Ria Miranda yang menggunakan platform mereka untuk membawa lebih banyak keragaman dalam industri ini.Â
Desainer sekaligus blogger mode Muslim ini muncul sebagai perintis gaya, memamerkan opsi pakaian yang sopan namun modis kepada khalayak global. Visibilitas online ini telah membantu memperkenalkan dan mempopulerkan fashion halal tidak hanya konsumen Muslim tetapi juga individu yang mencari alternatif pakaian sopan untuk alasan pribadi atau estetika.
Â
Dampak pada Industri Fashion
Munculnya fashion halal telah memberikan dampak yang signifikan pada industri fashion secara keseluruhan, salah satunya mendorong banyak merek mainstream untuk memperluas penawaran produk mereka untuk melayani konsumen Muslim.Â
Dengan mengakui kekuatan beli demografis ini, rumah-rumah mode dan pengecer terkenal telah meluncurkan garis modest fashion yang menampilkan desain sesuai dengan prinsip-prinsip Islam sambil tetap mempertahankan estetika khas mereka.Â
Lebih jauh lagi, penekanan pada praktik-produksi yang etis dan berkelanjutan dalam gerakan fashion halal telah mendorong lebih banyak transparansi dan akuntabilitas di seluruh rantai pasokan.Â
Merek-merek semakin memprioritaskan praktik kerja yang adil, bahan ramah lingkungan, dan standar kesejahteraan sebagai respons terhadap permintaan konsumen untuk pakaian yang diproduksi secara etis.
Â
Tantangan dan Peluang
Saat ini konsumsi modest fashion dipimpin oleh negara-negara seperti Turki, Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Italia. Laporan State of Global Islamic Economy tahun 2023 memproyeksikan pertumbuhan konsumsi sebesar 6,1% dari tahun ke tahun untuk sektor ini dengan penjualan yang diperkirakan akan mencapai $428 miliar pada tahun 2027. Pertumbuhan ini mencerminkan meningkatnya penerimaan dan permintaan akan fashion halal di seluruh dunia.
Meskipun pertumbuhannya yang cepat, industri fashion halal menghadapi beberapa tantangan termasuk perlunya keberagaman dan inklusivitas yang lebih besar dalam sektor ini.Â
Meskipun merek-merek mainstream telah membuat kemajuan dalam melayani konsumen Muslim, nyatanya masih ada tantangan karena kurangnya representasi untuk berbagai tipe tubuh, warna kulit, dan latar belakang budaya dalam industri ini. Dalam mengatasi kesenjangan ini penting untuk memastikan bahwa fashion halal benar-benar inklusif dan dapat diakses oleh semua orang.Â
Dilain itu, sifat global pasar fashion halal memberikan peluang untuk kolaborasi dan inovasi lintas batas. Dengan memfasilitasi kemitraan antara desainer, produsen, dan pengecer dari berbagai wilayah, industri ini dapat mengeksplorasi beragam bakat kreatif dan wawasan budaya, mendorong pertumbuhan dan inovasi lebih lanjut.
Â
Munculnya fashion halal mewakili lebih dari sekadar tren yang berlalu. Hal ini mencerminkan pergeseran mendasar dalam preferensi dan nilai-nilai konsumen dalam industri fashion.Â
Seiring konsumen Muslim terus mengassertikan pengaruh mereka dalam pasar global, merek harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi mereka yang terus berkembang.Â
Dengan merangkul keragaman, inklusivitas, dan praktik-produksi yang etis, gerakan fashion halal memiliki potensi untuk membentuk kembali industri fashion menjadi lebih baik, menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan kaya akan budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H