Maka tak heran ketika samapai pada usia mudanya, ia terjun pada dunia pergerakan melawan rezim yang berkuasa, salah satunya karena di dorong oleh buku-buku bacaannya, maksudnya tidak hanya teman dan lingkungan saja yang bisa merubah pola kehidupan seseorng, buku pun sangat menentukan, jika anda ingin mengetahui pikiran seseorang, salah satunya anda harus tahu buku apa yang ia baca.
Sebenarnya buku ini tidak hanya perihal revolusi tapi juga tentang pentingnya membaca dan merawatnya, membaca bukan hanya tentang lembaran-lembaran buku tapi juga tentang keadaan disekitar kita, baik dalam organisasi bahkan jika jeli membaca gerak-gerik lawan. Â Pada dasarnya jika kita merawat buku, kita sedang merawat peradaban. Pun sebaliknya, kita sedang menelantarkan peradaban saat kita menelantarkannya.
Buku meerupakan penemuan terbesar dalam sejarah peradaban manusia, sebuah penemuan yang akan menghasilkan penemuan-penemuan selanjutnya. Maksud penulis adalah saat kita membaca buku jangan hanya bertujuan untuk menambah pengetahuan baru, tapi juga harus melahirkan manusia-manusia baru dengan pikiran-pikiran barunya.
Buku ini sangat rekomendet pada kalangan-kalangan muda terkhusus bagi mereka yang ingin menyelami dunia percaturan politik. Budiman juga berpesan bahwa menjadi politisi adalah menjadi manusia yang lengkap, tidak hanya mengerti ilmu politik tapi juga harus menguasai ilmu filsafat, sains, teater, bahkan musik. Karaena "Menjadi politisi adalah puncak kematangan intlektualitas dan spiritualitas manusia", pesannya.
Selanjutnya tentang lagu "Darah Juang", sudah tidak asing lagi bagi kalangan mahasiswa, apa lagi bagi kaum-kaum pergerakan yang memang menjadi lagu wajib untuk dikumandangkan saat aksi demonstrasi berlangsung, mendengar lagu itu akan meningkatkan kobaran semangat yang menyala-nyala. Lagu ini diciptakan oleh mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM), yakni Jhonsony Tobing (mahasiswa filsafat yang sering menjadi komandan lapangan dalam setiap demonstrasi), Dadang Juliantara (mahasiswa Geofisika yang banyak menyusun konsep pergerakan mahasiswa), dan Budiman Sudjadmiko.
Di negeri permai ini
Berjuta rakyat bersimbah luka
Anak kurus tak sekolah
Pemuda desa tak kerja
Mereka dirampas haknya
Tergusur dan lapar